Chapter 13

905 Words
FATHIR Cukup lama fathir menghabiskan waktunya hanya untuk duduk di atap rumah yang kala itu langit masih menampilkan warna gelapnya. Matanya terpejam menikmati semilir angin malam sembari menengadahkan wajah ke langit. Sepertinya menatap langit adalah hobi barunya sekarang. Kedua bola mata itu tiba-tiba terbuka ketika ia merasakan bau ancaman masuk ke indra penciuman dia. Fathir menengok ke bawah seketika ia menjadi waspada. “Trapper” gumam fathir. “Radar kita mengatakan dia ada di sekitar sini” kata seorang wanita yang fathir curigai sebagai salah satu dari para trapper tersebut. Terdengar bunyi radar yang berdenging dengan keras menunjukkan jika keberadaan vampire incaran mereka sudah dekat. Fathir berdiri dia siap pergi dari rumah itu mungkin mencari tempat tinggal baru. Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya hingga salah satu trapper di sana mengetahui keberadaannya dan menembakkan sesuatu berupa cairan berwarna biru pekat. Fathir terjatuh tepat di dalam ruang tamu karna atap yang roboh. Di bawah tumpukan bekas reruntuhan fathir bangkit kemudian dia berlari menghindari para trapper tadi. Para trapper yang berjumlah tiga orang satu perempuan mengejar fathir saat lelaki itu keluar dari rumah lewat jendela. Tentunya fathir sudah berlari cepat dan menghilang dari pandangan dalam sekejap. Fathir tidak takut untuk melawan para trapper itu tapi yang fathir takutkan adalah peralatan yang mereka bawa semua adalah kelemahan para vampire, bisa saja jika fathir terkena ia akan lumpuh dan musnah. “Dia berhasil kabur” kata salah satu trapper. “Ah menyebalkan sekali padahal kita sudah menunggu waktu ini tapi dia malah lolos” ujar satunya lagi mendesah kecewa. “Ku pikir dia tidak sendirian di sini meski dia tidak berkelompok tapi dia memiliki teman” wanita yang sedang memegang sebuah benda berbentuk pistol namun dengan bentuk yang sedikit aneh itu menimpali  “Kita harus memusnahkannya atau banyak manusia yang akan menjadi korban para vampire itu” saat itu tepat cahaya matahari mulai terlihat dari arah timur, bibir wanita itu menyunggingkan senyum sinis “Kemana pun kau sembunyi kau tak akan selamat” katanya entah di tujukan dengan siapa. --- NINA Hari yang cerah namun tidak secerah pikiran seorang gadis yang kini sedang duduk sendirian di salah satu kursi kantin karna hari ini sahabatnya tak bisa hadir karena acara keluarga di luar kota. Nina hanya memakan bekal dia tanpa semangat sesekali di aduk aduk sembari tangan yang menopang sebelah pipi. Mendengar suara deritan kursi di tarik nina menoleh ke samping di sana fathir duduk menatapnya juga. Senyum mengembang di bibir nina namun hanya sekejap sebelum kembali mengaduk aduk makanannya. Fathir memperhatikan Nina. Tanpa semangat seperti biasanya. “Ada apa denganmu hari ini?” Tanya fathir membuat nina langsung menghentikan gerakan tangannya. Tidak biasanya seorang fathir mengeluarkan suara tanpa paksaan dulu dari nina apa lagi ini di tempat umum. Fathir sudah mulai berubah. Nina membuang nafasnya. “Abigail hari ini tidak hadir aku merasa tidak bersemangat. Ah ya aku juga senang sekarang kau mau menggunakan suara tanpa ku minta terlebih dulu” “Aku hanya bicara denganmu” fathir memalingkan wajah menghadap deretan murid lain yang sedang mengantri makanan mereka. Nina mengedikkan bahu “setidaknya kau mau berbicara” katanya sambil menutup kotak makan dia. Berdiri untuk kembali ke kelas. “Sekarang aku ingin kembali ke kelas di sini masih banyak murid lain yang akan makan" lanjut gadis itu. Fathir mengangguk tapi dia mengikuti nina dari belakang hal itu membuatnya di perhatikan oleh beberapa orang yang dia lewati. Nina yang merasa risih di perhatikan seperti itu langsung mempercepat langkahnya namun fathir menarik lengan nina ke suatu tempat. Letaknya di belakang sekolah yang jarang di lewati oleh orang-orang fathir melepaskan tangannya lalu menatap nina dengan pandangan seperti biasa yaitu datar. “Ada apa? Kau ingin membicarakan hal penting untukku?” Tanya nina. Fathir maju beberapa langkah hingga nina kini sudah bersandar di dinding di himpit tubuh tinggi milik fathir. “Kenapa kau diam?” Lelaki itu meletakkan sebelah tangannya tepat di sebelah kepala nina. “Fathir~” “Mereka sudah ada di sekitarku” sela fathir, nina menaikkan sebelah alis karna bingung. “Apa maksudmu?” “Mulai sekarang menjauhlah dariku mereka juga bisa melukaimu” “Berapa kali harus ku katakan aku tidak akan menjauhim~” Seketika kedua bola mata nina melebar kemudian perlahan tertutup menikmati kecupan halus di bibirnya dari fathir. Rasanya aneh, di dalam perutnya terasa geli. Nina menatap kedua mata Fathir. Fathir mengusap bibir nina yang basah dengan ibu jari “Ku mohon menjauhlah dariku karna kau bisa dalam bahaya” “Aku tidak akan menjauhimu” keukuh nina. “jangan keras kepala ini demi kebaikanmu” ujar fathir sambil meninju dinding sebelah nina. “Apapun yang terjadi aku tidak akan menjauhimu” nina menyentuh lengan fathir, lelaki itu meringis dan segera menepis tangan nina. Nina mengerutkan dahi. Kemudian kembali menarik tangan fathir dan menyingkap lengan seragam lelaki itu lalu nina bisa melihat sebuah luka yang membuat fathir kesakitan. “Kau terluka? Ku kira vampire tidak bisa terluka” celetuk nina saat melihat luka Fathir. Fathir pasti kesakitan. Fathir menarik diri dan mundur beberapa langkah dari nina. “Vampire juga bisa terluka kau pikir cuman manusia yang bisa terluka” desis fathir sembari menurunkan kembali lengan seragamnya. “Jika begitu aku harus mengobatimu sebelum luka itu menginfeksimu” “Berhenti di sana!” seru fathir, refleks nina pun berhenti. Lelaki itu menghela nafas panjang “Jauhi aku, aku berbahaya untukmu” “Fathir!” teriak nina saat lelaki itu sudah pergi dan hilang dari pandangannya seperti angin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD