Chapter 11

963 Words
Pagi hari nina kembali membuka matanya melihat lelaki semalam sudah tidak ada di sampingnya tidur dan nina bersyukur berkat kehadiran fathir semalam ia tidur dengan nyenyak. Bahkan badannya berasa  lebih ber energi dari sebelumnya, setelah selesai mandi dan memakai seragam nina berdiri di depan kaca untuk memperbaiki penampilan tapi sesuatu yang asing baru di lihatnya. Dia memiringkan kepala melihat leher sebelah kirinya berwarna biru seperti habis terkena sesuatu. “mungkin hanya gigitan nyamuk” gumam nina dan kembali menyisir rambutnya agar rapih. “Lehernya kenapa di plester sayang?” Tanya retya mama nina saat anak gadisnya itu duduk di kursi meja makan. “Semalam di gigit nyamuk mah jadi nina tutupin biar gak infeksi” “kalau begitu hari ini makan yang banyak ya biar cepat sembuh” Nina terkekeh “Apaan sih mama, inikan cuman gigitan nyamuk” Retya tersenyum mengusap bahu nina dan mencubit pipinya gemas. *** FATHIR Setelah pergi ke rumah nina semalam fathir teringat apa yang hampir dia lakukan, sedikit saja ia telat menyadari maka dia sudah melakukannya pada nina. Menyerap darah gadis itu tapi untungnya fathir cepat menyadari dan ia segera pergi. Sekarang fathir cukup kenyang setelah dari rumah ayahnya yang juga seorang vampire, ayahnya itu tau kebutuhannya saat ia datang. Satu ekor rusa menjadi santapan fathir pagi ini. Hari ini berjalan seperti hari kemarin di mana nina memaksanya untuk pergi ke kantin meski ia sudah menolak dengan gelengan kepala nina malah menarik tangannya alhasil dia pasrah untuk ikut. Kali ini bukan hanya nina yang ingin dekat dengan fathir, perlahan satu persatu gadis lain mulai mendekati fathir dan pergi dengan sendirinya karna tidak betah dengan lelaki yang irit bicara. Perlahan nina mulai membaca fathir dari gerakan dan sifatnya. Pelajaran yang nina dapat hari ini adalah ‘fathir tidak bicara ke sembarang orang’ hanya itu yang nina tau. Wajah tampan di padukan wajah putih pucat yang nyaris tak kentara juga penampilan yang berbeda, siapapun pasti akan menyukai fathir hanya saja sifat dingin dan irit bicara itulah yang membuat banyak orang jengkel. “Hei fathir, kenapa kau diam saja” panggil aby. Fathir hanya menoleh, aby memutar bola matanya sebal. “Kau memang aneh. Kuharap kau tidak tersinggung” celetuk aby menambahi. “Sudahlah aby jangan begitu sekarang dia juga teman kita” ujar nina menengahi. Abigail mendesah “Jujur aku tidak rela jika sahabatku lebih membela mu dari pada diriku jadi kau harus berucap syukur karna hal ini aku tidak memarahimu” Nina tertawa singkat “Teman” kata fathir. “Coba ulangi sekali lagi” sambar aby. “Kita teman” ulang fathir. “Ku rasa mulai hari ini aku harus berbagi sahabat denganmu jadi awas saja jika kau menyakitinya atau aku benar-benar memarahimu tapi karna kau juga temanku aku akan beri kau kesempatan” Setelah berucap demikian tanpa sengaja mata aby menangkap sosok yang sangat ia hindari dan dengan refleks dia bergerak mundur mengenai nina. Nina melihat apa yang Abigail lihat dan dia langsung menyadari situasinya berhubung aby sudah menceritakan apa masalah mereka. Dean berjalan ke meja yang di tempati nina, aby dan fathir. “Sepertinya kalian sudah berteman” kata Dean lebih tepatnya di peruntukkan bagi fathir. Sedangkan aby menunduk tak berani menatap Dean yang menatapnya sekilas, Dean hanya ingin menyinggung keberadaan fathir di antara para mangsa bahkan berteman dengan makanan. “Selamat menikmati makan siang kalian aku hanya akan membeli sesuatu lalu pergi” dean berjalan menjauh. “Dia tidak akan melakukan hal jahat lagi padamu aby jadi tenanglah” ujar nina mengusap bahu aby. Aby bergerak memeluk nina. “Lain kali aku akan mendengar nasihatmu” kata dia lalu melanjutkan “Siapapun orang yang menolongku kemarin aku sangat berterima kasih padanya” dan aby menarik diri dari nina lalu menyeka air mata yang menetes di pipi dia. --- Hari ini pukul sepuluh nina baru pulang dari salah satu toko untuk membeli keperluan membuat kue dengan sepeda yang selalu menemaninya. Jalanan sudah sepi dan toko elektronik milik paman kevin sudah tertutup tapi jalan dari toko menuju rumah nina masih di terangi oleh lampu jalan sehingga membuat nina tak perlu khawatir takut dengan ke gelapan. Namun sayangnya saat ia sampai tepat di depan toko paman kevin pemandangan mengerikan yang seharusnya tidak ia lihat tersaji di depannya. Tepatnya di gang sempit di samping toko itu dua orang pria sedang melakukan sesuatu. Dimana salah satu di antara mereka sedang menggigit leher pria yang lainnya hingga jatuh terkulai di tanah. Nina yang tanpa sengaja melihat ke jadian itu berteriak kencang membuat lelaki yang masih berdiri kini menatapnya dan berjalan kearah dia. Sesegera mungkin nina mengayuh pedal sepedanya namun sepertinya nasib berpihak pada lelaki itu, sepeda yang nina naiki tergelincir batu dan ia pun terjatuh membuat si pria itu dapat menyusul dia. “Tolong jangan lakukan apapun aku masih punya seorang ibu” kata nina yang ke takutan. Tangan lelaki itu memegang bahu nina dan nina bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu di bawah sinar lampu jalan. “Fathir? Kau anak baru itu kan?” “Aku tidak akan menyakitimu kau hanya akan lupa kejadian ini” Nina terbangun dari tidurnya, nafas dia tidak beraturan ia ingat apa yang terjadi di toko paman kevin. kemudian nina meraih ponsel dan mengetikkan sesuatu namun ia mengerutkan dahi ketika menyadari ada yang aneh dengan aplikasi chatnya. Jadi yang di katakan Abigail waktu itu dirinya. Dia sendirilah yang mengatakan pada Abigail. Tidak ada hal lain yang di pikirkan nina selain meletakkan kembali ponsel dia ke atas meja nakas sembari melihat jam di sampingnya yang menunjukkan pukul setengah dua belas. Nina mengusap wajahnya gusar kemudian mulai memejamkan matanya kembali sembari mengingat mimipinya apakah itu bunga tidur atau memang benar-benar terjadi. Namun pesan yang ia kirimkan pada Abigail telah membuktikan kebenarannya. Jadi kesimpulannya adalah FATHIR ADALAH SEORANG MAKHLUK PENGHISAP DARAH "He is a vampire"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD