Chapter 10

1130 Words
Abigail mengerutkan dahi lalu memiringkan kepalanya, sejak berangkat kesekolah tadi dia di buat bingung oleh sahabatnya sendiri di mana seorang nina yang tak pernah bersikap memohon kali ini gadis itu melakukannya di depan fathir. Ingat! fathir si pria dingin tak tersentuh dan misterius. “Ikutlah makan siang bersama kami kau belum pernah makan bersama temanmu kan dan aku ingin menjadi orang pertama yang megajakmu” Abigail tersenyum miris melihat nina yang di abaikan di depan fathir, lelaki itu memang jarang mengeluarkan suara aby pun tidak tau kenapa. “Ayo ikutlah aku janji kau tidak akan bosan di sana dengan teman barumu” nina menarik tangan fathir membuat lelaki itu meninggalkan tempat duduknya. Cukup sudah, aby tercengang dengan tindakan yang nina lakukan dan dia hanya mengikuti kedua orang itu dari belakang apalagi tangan nina yang masih menarik tangan fathir. Kedatangan nina dan fathir langsung menjadi pusat perhatian, nina menyuruh fathir duduk sedangkan ia memesankan makanan, tak lama nina datang dengan tiga mangkuk di atas sebuah nampan. Setelah meletakkan pesanan di depan fathir dan aby nina meletakkan untuk dirinya sendiri sebelum aby menarik tangannya dan membisikkan. “Kau tidak salah minum obatkan hari ini? Kau tau kau sangat aneh” “Aku baik-baik saja sekarang cobalah menjadi teman fathir aku yakin dia anak yang baik hanya tidak tau cara bergaul” “Fathir makanlah ku harap kau suka” ucap nina kepada fathir. Ingat tentang fathir bukan manusia, ia adalah seorang vampire, ingat vampire. Tapi gadis di depannya ini terus mendesak, oke fathir tau dan jujur yang ia suka adalah darah selain itu semua akan terasa hambar untuk dia. Tapi demi menghargai niat baik nina fathir mulai menyuapkan makanan yang nina pesankan meskipun rasanya sangat hambar bagi fathir. “Kau menyukainya?” Tanya nina, fathir hanya mengangguk. “Coba sekali saja gunakan suaramu untuk menjawab” fathir menggeleng. Nina mengela nafas kuat. “Baiklah tapi aku akan terus berusaha membuatmu berbicara seperti kami jadi jangan salahkan aku” kemudian nina memakan makanannya. “Kau tidak perlu melakukannya” kata fathir yang cukup membuat Abigail terpana, untuk pertama kalinya ia mendengar fathir berbicara. Waw double applause untuk nina yang berhasil membuat fathir mau memakai suaranya, awalnya aby pikir fathir itu bisu jadi dia tidak berbicara ternyata anggapannya itu semua salah, fathir tidak bisu. “Setidaknya aku sudah mendengar suaramu” dan nina kembali memakan makanannya yang sempat tertunda. Sedangkan Abigail sendiri masih tercengan sebelum tepukan halus dari nina di lengannya menyadarkan dirinya yang sempat terbengong. *** NINA Hari sudah malam waktunya penduduk bumi untuk istirahat meskipun ada sebagian Negara yang memiliki perbedaan waktu sehingga di sana masih siang. Tapi di tempat nina sudah malam bahkan waktu menunjukkan setengah sebelas malam tapi mata gadis itu belum terpejam sesekali dia berbalik ke kanan kemudian kekiri lalu menghadap langit langit kamar dan mendesah. Malam sudah semakin larut tapi nina masih tak kunjung bisa memejamkan mata sampai suara ketukan jendela dari luar membuyarkan pikirannya. Nina masih teringat waktu di mana ia melihat makhluk besar bermata merah menyalang di luar sana dan itu membuatnya takut setengah mati apalagi ini sudah malam siapa yang berani mengetuk jendela kamar yang terletak di lantai dua. Tubuhnya meringsut di bawah selimut tebal menyembunyikan seluruh tubuhnya, ia takut ingin rasanya teriak namun nina tidak ingin mengganggu istirahat ibunya. Ketukan dari luar jendela kembali terdengar dan nina semakin ketakutan Oke sudah cukup nina ingin melawan rasa takutnya tak peduli ada apa di luar sana. Perlahan selimut yang menutupinya ia buka dan mengintip, hanya cahaya lampu yang remang-remang yang nina nyalakan dan ia melihat siluet orang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berbaring. Sepertinya ke takutan nina semakin membuncah dan keberanian yang sempat muncul kembali bersemayam jauh di sana. “Ku kira wanita sepertimu tidak punya rasa takut” ejek suara yang mungkin milik orang yang berdiri di sana. Nina yakin betul ia mengetahui suara itu. Segera mungkin tangannya meraih tombol lampu dan seketika ruangan itu menjadi terang membuat siluet orang tadi kini terlihat jelas. “Fathir?” “Aku hanya datang untuk mengujimu, menguji seorang gadis yang tak punya rasa takut namun sepertinya aku salah ketika melihatmu tadi yang sedang ketakutan” Mengabaikan apa yang fathir katakan nina kembali berucap “Bagaimana kau bisa masuk?” “Kau tidak perlu tau bagaimana caraku masuk” lelaki itu mulai melangkah mendekati nina. "Apa mungkin kau memanjat masuk ke kamar yang ada di lantai dua ini? kau tau apa yang akan tetangga katakan jika mereka melihatmu di kamarku” “Ssttt mereka tidak akan tau sekalipun mereka tau mereka akan segera melupakannya” “Bagaimana kau seyakin itu?” “Kau masih belum mengingat” “Memang apa yang ku lupakan?” Fathir tersenyum miring tentu saja nina tidak mengingatnya dan jika sampai gadis ini ingat maka yakin dia akan menjauhi fathir dengan sendirinya. “Kau akan mengingatnya, tidak akan lama lagi dan ku harap kau menjauhiku” “Sebenarnya apa yang tidak ku ingat hingga membuatmu yakin aku akan menjauhimu, fathir ingat ini. Aku nina, aku tidak akan menjauhimu walaupun aku sudah mengingat apa yang kau maksudkan tadi” Fathir berdecih ia tidak bisa melawan kekeras kepalaan nina, lelaki itu duduk di samping nina bukan di tepi tapi lebih tepatnya di atas tempat tidur benar-benar di samping nina karna kasurnya yang muat dua orang dan baru diganti kemarin lusa. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Hanya menemanimu tidur bukannya kau susah tidur” “Tapi tidak baik seorang pria ada di kamar gadis” “Mengapa” sela fathir. “Aku tidak tau tapi mama yang mengatakannya” “Bukannya kau temanku jadi apa salahnya aku menemani temanku untuk tidur lagian aku hanya tidur tidak melakukan apa-apa” Nina menghela nafas pasrah setidaknya ia cukup senang saat fathir mengakui pertemana mereka. Nina sedikit bergeser dan berbagi selimut untuk fathir namun fathir menolak. “Kamu saja yang memakainya” “Nanti kau akan ke dinginan” “Tidak jika sudah melihatmu tertidur” Nina tersenyum, kata-kata fathir cukup terdengar manis menurut nina meski hal itu cukup sepele bagi beberapa orang. “Besok di sekolah jadilah fathir yang banyak bicara seperti saat kau denganku” “Aku tidak bisa melakukannya di tempat umum hanya beberapa orang tertentu” “Lalu bagaimana caramu berinteraksi dengan orang sekitarmu” Tanya nina yang kali ini menatap langit-langit kamar dan fathir melakukan hal yang sama. “aku akan menuliskan apa niatku di dalam sebuah kertas” Nina menoleh menatap fathir “Bagaimana jika mereka menganggapmu orang bisu?” “Aku tidak peduli buktinya aku tidak bisu” Nina mengangguk anggukkan kepalanya lalu menguap lebar dan perlahan matanya mulai lengket. Fathir memiringkan badannya menghadap nina “Sekarang sudah malam tidurlah” sedangkan tangannya menyisipkan anakan rambut gadis itu di belakang telinga. Nina tersenyum sebagai ucapan selamat malam untuk fathir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD