Bab 15. Dia bukan siapa-siapa

1107 Words
Kean mengamati foto seorang gadis yang menjadi topik pembicaraannya dengan Andre malam ini. Kean yakin sekali jika ia pernah bertemu dengannya. Tapi sayangnya, Kean lupa di mana tempatnya.  Sekilas, Kean menduganya sebagai gadis yang ia lihat malam itu. Namun, Kean sendiri juga tidak yakin tentang penglihatannya. Karena bisa saja ia salah.   Kean mengamati wajah cantik putri tunggal Johan Pratama, pemilik Dharma Group Company. Seutas senyum tiba-tiba saja terbit di sudut bibirnya. Merasa lucu pada Papanya. Bagaimana mungkin, papanya menjodohkannya dengan seorang gadis yang Kean taksir usianya lebih muda darinya.  “Bagaimana? Cantik bukan? Lebih cantik dan elegan, juga lebih berpendidikan di bandingkan gadis pengeretan simpanan lo itu,” cibir Andre yang sengaja menjelek-jelekkan Amanda. Karena sejak pertama bertemu dengannya, Andre sangat tidak menyukai Amanda.  “Dre, please! Jangan selalu menjelekkan Amanda seperti itu. Dia juga nggak pernah cari masalah sama lo, kan?” protes Kean yang kesal akan ucapan Andre yang selalu menjelekkan Amanda.  Andre hanya mendengus sebal, “Iya, lo belain aja terus cewek kayak gitu. Pegang omongan gue, suatu saat lo akan menyesal nggak ikutin apa kata gue sama orang tua lo, buat jauhin Amanda,” kritik Andre jengkel pada Kean yang selalu membela Amanda.  Kean hanya bisa menghembuskan napasnya lelah. Tak lagi peduli pada ocehan Andre, Kean kembali menatap foto gadis yang terlihat sedang berdiri di sebelah sang papa dan tampak tersenyum manis, namun entah mengapa. Kean seperti merasakan jika itu adalah sebuah senyum palsu. Senyum yang di paksakan.  “Namanya ‘ Edrea Ananta Pradipta ‘ anak tunggal dari Johan Pratama Pradipta. Cucu kesayangan dari Subrata Wijaya. Pewaris tunggal dari perusahaan milik mamanya yang juga di wariskan dari ayahnya. Dharma Group Company adalah perusahaan gabungan dari dua keluarga kaya raya di Indonesia. Pendidikan Rea juga nggak main-main,” jelas Ande yang membacakan tentang siapa sebenarnya gadis yang akan Kean nikahi.  Sedangkan Kean hanya diam mendengarkannya. Entah mengapa ia sangat ingin bertemu dengan gadis yang ada dalam foto tersebut.  Andre tersenyum mengejek melihat Kean yang terus saja menatap foto dalam ponselnya itu. “Kenapa? Dari tadi Lo lihatin foto Rea? Lo naksir sama dia? Kayaknya nggak mungkin, sih,” cibir Andre dengan senyum menjengkelkannya.   “Bukan urusan Lo,” balas Kean sengit. “Tapi gue penasaran, kenapa lo mau terima perjodohan itu ? Sedangkan gue tahu, Lo sulit buat jatuh cinta. Pasti ada hal lainnya yang buat Lo akhirnya menerima perjodohan ini. Walaupun dengan terpaksa.” Asumsi Andre yang tahu seperti apa Kean selama ini.  Kean tersenyum kecut, “Ya, Lo benar. Gue memang terpaksa harus menerimanya. Karena Bokap pakai seseorang buat ngancam gue. Supaya gue nggak bisa nolak keinginannya,” ungkap Kean akhirnya. Dengan helaan napasnya yang berat.  Andre menghembuskan napasnya panjang. Ia tahu, jika Papa Kean terlalu berambisi untuk menjadi Kaisar di dunia bisnis ini. Hingga selalu mengabaikan perasaan Kean sendiri. Dan tak segan untuk memaksakan kehendaknya kepada anaknya sendiri.  “Siapa? Nyokap Lo?” tebak Andre penasaran.  Kean menggelengkan kepalanya pelan. Sambil meletakkan ponsel Andre ke meja, ia menjawab, “Amanda. Dia yang jadi senjata papa buat mengancam gue. Dan nyokap juga minta gue buat ikuti saja apa yang papa inginkan. Karena mama juga nggak mau, Sampai Amanda jadi korban ambisi Papa dan keegoisan gue,” terangnya lagi.  Andre terkejut tentu saja. Ia baru mengetahui bahwa Papanya Kean bisa menggunakan cewek pengeretan seperti Amanda untuk menekan Kean sampai seperti ini.  “Kean, Lo nggak jatuh cinta beneran sama Amanda, Kan?” tanya Andre yang takut jika sahabatnya mencintai cewek yang menurutnya sangat licik tersebut.  Kean menoleh kaget, mendengar kata-kata Andre barusan. “What? Lo gila, yah? Ya, nggak mungkin gue suka sama cewek yang sudah gue anggap kakak sendiri. Gue cuman kasihan sama dia, karena dia sebatang kara disini. Di panti dulu juga, dia nggak punya teman dan banyak di musuhin sama anak panti. Gue juga nggak tahu kenapa,” jelas Kean seraya membayangkan masa lalu Amanda.  Andre terdiam, ia masih tidak puas akan jawaban yang Kean berikan. “Lantas, kalau memang Lo nggak cinta sama dia, Kenapa juga Lo mau mengorbankan kebahagiaan Lo sendiri, demi cewek yang bukan siapa-siapa Lo?” cecar Andre lagi.  Kean menghela napasnya panjang. “Ya, benar. Gue juga sempat berpikir bahwa ini nggak adil buat gue. Tapi, kalau sampai ada yang terluka dan terancam hidupnya hanya gara-gara gue nolak pernikahan ini. Bukankah sama saja gue juga ikut terlibat? Mama juga bilang, kalau dia nggak mau siapa pun akan jadi korban dari pertengkaran antara gue dan Papa. Walaupun Mama nggak suka sama Amanda. Tapi Mama nggak mau ada yang menjadi korbannya.” Kean terlihat sangat tertekan sekali saat ini.  Andre tahu, ini memang tidak mudah bagi Kean. Terlebih lagi menikahi seorang gadis yang tak pernah ia temui. Bahkan ia termasuk seorang pria yang sangat sulit untuk jatuh cinta. Amanda saja yang sudah berada di sisinya sekian lama. Tak bisa jua meruntuhkan dinding yang sengaja Kean bangun.  Entahlah. Akan jadi seperti apa pernikahan Kean dan Rea nantinya. Hanya satu yang Andre harapkan. Yakni kebahagiaan sahabatnya tentu saja.  ####  Pagi harinya. Rea sudah siap di meja makan dengan pakaiannya yang akan bekerja di minimarket depan. Sedangkan Mike, laki-laki itu pun baru saja datang ke meja makan. Dan sikapnya juga masih sama.  Acuh tak acuh terhadap Rea. Gadis itu pun tak tahu apa yang terjadi kepada laki-laki yang semalam nyaris saja mengajaknya bercinta itu. Bahkan saat ini, perubahan sikapnya tampak kentara sekali.  Mike makan dalam diam. Tak seperti biasanya yang selalu saja heboh membicarakan tentang segala hal. Entah, apa maksudnya mendiamkan Rea seperti ini.  Rea juga tak ingin pusing memikirkan sikap laki-laki gila yang menurutnya begitu cepat berubah hanya dalam semalam.  “Dasar sinting,” gumam Rea pelan seraya menyuapkan sesendok makanannya. Menatap sinis ke arah Mike yang meliriknya dan menyeringai. Mendengar gumaman Rea yang mengumpatnya.  Mike mengabaikan perkataan Rea dan fokus pada makanannya. Ia akan membalas apa yang Rea lakukan semalam. Sekaligus melihat perasaan Rea terhadap dirinya yang sebenarnya.  Hanya balas dendam semata karena telah dengan lancang mengambil ciuman pertamanya. Atau karena memang jatuh cinta kepadanya.  Rea segera mencuci piring bekas makannya dan bergegas pergi berangkat ke minimarket. Tak lagi mempedulikan Mike yang hanya diam melihat kepergian Rea dengan terkekeh geli. Melihat wajah masam Rea pagi ini.  “Rea, Rea, kenapa Lo lucu banget sih? Gue yakin, Lo nanti akan sangat terkejut melihat siapa yang gue undang untuk menyempurnakan balas dendam gue,” seloroh Mike sambil tersenyum menyeringai dan melanjutkan makannya. Dengan senyum yang masih tercetak di wajah tampannya melihat kekesalan Rea pagi ini.  Sungguh menjadi hiburan tersendiri baginya pagi ini. Dan nanti Mike juga akan mendapatkan hiburan yang jauh lebih menarik lagi. Saat Rea pulang dari minimarket, pada sore harinya.  Mike tak sabar untuk segera melihat reaksi Rea. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD