Mike masih cengo di sofa. Menatap Rea yang berlalu masuk ke dalam kamarnya. Mike tak mengerti, mengapa Rea bisa terlihat sangat marah. Saat ia berniat untuk mengundang kekasihnya agar datang kemari. Hal itu bukan masalah besar seharusnya. Tapi kenapa Rea tampak sangat marah sekali.
“Tunggu, apa dia cemburu? Ah, nggak mungkin juga dia cemburu. Gue yakin dia cuman nggak mau rumahnya kotor aja paling. Bodo amat. Gue akan tetap bawa Sarah ke sini. Gue kan juga butuh pelepasan,” gumam Mike pelan. Dengan seringai liciknya.
“Salah siapa buat gue ‘naik’ tapi nggak mau tanggung jawab. Dasar cewek jahat,” sungut Mike yang masih saja menatap pintu kamar Rea dengan kesal. Teringat saat di mana ia harus berjuang seorang diri untuk meredamkan gejolak gairahnya yang meninggi.
Mike tak takut pada ancaman yang Rea lontarkan tadi. Ia yakin Rea tak akan tega mengusirnya. Terlebih lagi, Mike juga yakin sekali jika Rea memiliki perasaan kepadanya.
Dengan kedatangan Sarah nanti. Mike akan melihat bagaimana reaksi Rea terhadapnya. Apakah gadis tersebut akan marah karena cemburu?
Atau memang tidak suka jika ada orang lain yang datang ke rumahnya. Karena memang ada sebagian orang yang tak menginginkan orang lain untuk datang berkunjung ke rumahnya. Entah alasan kebersihan atau juga alasan yang lainnya. Mike tak tahu pasti alasan Rea.
Rea keluar dari kamarnya. Bersiap untuk berangkat bekerja di club. Menoleh sekilas ke arah Mike yang tampak fokus pada layar televisinya. Seakan-akan tak peduli pada Rea. Tidak seperti sikapnya yang biasanya selalu menyapa Rea dan memberinya semangat bekerja.
Namun malam ini, Mike menoleh pun tidak. Seolah Rea adalah makhluk tak kasat mata. Rea hanya tersenyum kecut dan memilih untuk bergegas berangkat ke club. Ia tak ingin terlambat lagi seperti kemarin. Hingga membuat Nico mengkhawatirkannya.
Selepas kepergian Rea. Mike menoleh ke arah pintu depan. Ia tersenyum sinis, “Biar dia tahu siapa Mike sebenarnya,” pungkasnya dengan santai dan kembali melanjutkan tontonannya.
Mike juga tak lupa segera mengirimkan pesan kepada Sarah untuk datang besok ke rumah Rea. Dengan cara ini, Mike bisa tahu seperti apa sebenarnya perasaan Rea kepadanya.
Mike juga ingin membuktikan dugaannya terhadap Rea. Karena ia yakin jika gadis tersebut memiliki perasaan terhadapnya.
###
“Jadi bagaimana? Apa keputusanmu tentang rencana, Papa? Masih ingat apa akibatnya, ‘kan?” tanya Rangga kepada putranya, Kean yang duduk di sofa berseberangan dengannya.
Mereka berdua memang masih berada di kantor Kean. Papanya sengaja datang ke kantor anaknya untuk menanyakan apa keputusan yang di ambil Kean.
Kean mengangguk pelan, sebagai jawabannya. Toh, ia memang tak bisa menolaknya bukan? Karena Sang Papa bukan orang yang mudah untuk di tentang. Kean sendiri juga tak memiliki kekuatan untuk melawan papanya. Terlebih ada Amanda yang menjadi senjata papanya untuk membuatnya tunduk.
Rangga tersenyum puas. “Bagus, Kean. Kamu memang anak papa yang penurut. Papa yakin sekali jika kamu akan menjadi orang yang lebih sukses lagi dari pada sekarang, Nak. Percayalah! Papa melakukan semua ini demi masa depanmu. Agar tidak akan ada orang yang akan meremehkanmu lagi. Papa senang sekali dengan jawabanmu,” tuturnya seraya tertawa kecil.
Kean hanya diam menanggapinya. Terlalu malas mendengar apa yang baru saja papanya katakan. Bagi Kean, itu hanyalah omong kosong belaka.
Karena kenyataannya, semua itu hanya untuk memenuhi ambisi papanya semata. Ambisi yang ingin selalu menjadi yang terkuat, terdepan dan terunggul dari orang lain.
“Bagaimana kalau malam ini kita mengundang keluarga Mas Johan untuk makan malam di rumah. Sekaligus memperkenalkan kamu kepada beliau sebagai calon suami anaknya. Bagaimana?” tanya Rangga dengan antusias.
Kean hanya mengangguk malas. “Terserah, Papa. Memangnya suara Kean penting?” sindir Kean yang membuka pesan di ponselnya. Rangga mendengus kesal mendengarnya.
Mengabaikan wajah kesal papanya. Kean Lalu bangkit berdiri dan membenarkan jasnya, sembari berpamitan kepada papanya. “Pa, aku mau makan malam sama Andre. Soal bisnis restoran kami. Aku pergi dulu, Pa,” pamit Kean yang langsung keluar begitu saja tanpa menunggu jawaban Papanya.
Rangga hanya bisa menghela napasnya. Melihat tingkah laku putra semata wayangnya. Tapi biarlah. Karena bagi Rangga yang terpenting adalah kesetujuan Kean untuk di jodohkan dengan anak dari Johan.
Putri tunggal pewaris kerajaan bisnis yang lebih besar dan menggurita dari miliknya. Maka dari itu, Rangga akan melakukan segala cara untuk bisa mewujudkan rencananya.
Tak peduli dengan perasaan Kean. Bahkan apa keinginannya. Rangga benar-benar telah di butakan oleh ambisinya sendiri. Tanpa pernah menyadari, jika ambisinya itu hanya akan menghancurkan dirinya dan keluarganya.
###
Sesampainya Kean di restoran yang menjadi tempat bertemunya dengan Andre. Kean segera mencari di mana sahabatnya tersebut duduk.
“Sudah lama?” tanya Kean basa-basi dan langsung saja duduk di kursinya.
“Enggak kok, gue juga baru datang. Tumben banget lo ngajak gue makan malam. Ada apa?” tanya Andre yang seolah tahu apa yang sedang menjadi beban pikiran Kean.
“Lebih baik kita makan dulu. Baru gue ceritain semuanya,” sahut Kean santai.
Kedua pria tersebut lantas memesan makan malamnya dengan santai. Setelahnya, Kean dan Andre pergi ke club ‘ SPARKLY ‘ yang menjadi langganan Andre dan teman-temannya. Untuk sekedar menghilangkan penat seharian bekerja.
Kean sama sekali tak menyadari saat melewati tangga yang akan mengantarkannya ke lantai dua. Di mana di sebelah tangga adalah meja bar. Tempat gadis yang ia sebut ‘ gadis aneh ‘ berada di sana dengan keahliannya mengolah minuman beralkohol.
Kean duduk di sofa yang tersedia di sana. Di sampingnya, Andre menuangkan wine yang tadi ia pesan. Tak ada gadis di sini. Karena memang, Kean bukan tipe pria seperti itu. Ia risih jika berada di dekat para wanita yang menggelayutinya seperti itu.
Namun berbeda jika itu Amanda. Entahlah. Mungkin karena Kean telah mempercayai Amanda dan mereka juga teman sejak kecil. Jadi wajar bukan?
“So? Ada masalah apa sampai lo kelihatan stress berat kayak gitu?” Andre mulai menginterogasi Kean yang memainkan gelas wine di tangannya. Tatapannya lurus ke depan.
“Gue di jodohin.” Satu kata yang mampu membuat Andre tersedak minumannya.
Dengan cepat, Andre menoleh ke arah Kean yang masih memutar-mutar gelas winenya dengan tatapan tak percaya akan apa yang baru saja di dengarnya.
“Serius lo?” tanyanya memastikan kembali.
Kean mengangguk lesu. Matanya masih menatap ke depan dengan kosong. Terlihat jelas jika ia tertekan dengan keinginan papanya yang konyol menurutnya ini.
“Oke. Gue percaya apa kata-kata lo setelah melihat wajah tertekan lo yang jelek banget kayak gitu. Jadi, siapa cewek yang akan di jodohkan sama lo?” Andre duduk dengan sedikit memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Kean.
“Gue lupa namanya. Tapi yang jelas, dia punya kekayaan yang jauh di atas gue. Lo tahu sendiri bokap gue kayak gimana orangnya,” jelas Kean yang melupakan nama calon istrinya.
“Ya, gue tahu selera seperti apa bokap lo itu. Tapi kan banyak cewek yang kaya raya. Masa lo nggak ingat nama calon istri sendiri sih?” cibir Andre sebal.
“Gue nggak butuh buat tahu namanya. Tapi yang jelas, dia sangat kaya. Kalau nggak, mana mungkin papa mau menjodohkan gue sama tuh, cewek,” balas Kean yang kesal akan cibiran Andre.
“Ya kalau nggak tahu namanya. Setidaknya lo ingat perusahaan bapaknya, kan? Nggak mungkin bokap lo nggak bahas perusahaannya?” desak Andre lagi yang sangat penasaran dengan calon istri Kean.
Entah mengapa ia merasa jika ini adalah perempuan yang Kean tunggu sejak lama. Andre sangat tidak menyukai Amanda. Dan bila Kean jadi menikah dengan calonnya ini. Maka ia yakin sekali, jika Kean akan mengabaikan Amanda yang terlalu bergantung kepada Kean.
“Nama perusahaannya kalau nggak salah, Dharma Group Company. Nggak tahu lagi. Gue nggak mau ingat-ingat nama perusahaannya. Males banget,” jawab Kean yang tidak terlalu peduli dengan perusahaan dari calon istrinya itu.
Toh, bukan itu hal yang ingin Kean ketahui. Melainkan siapa gadis itu, serta seperti apa sifatnya. Kean tidak mau rencana yang sudah ia rancang harus gagal. Karena calon istrinya itu tidak mau di ajak bekerja sama.
Setidaknya Kean harus tahu dulu bagaimana karakter calon istrinya. Supaya dia tahu bagaimana cara untuk menghadapinya.
“Itu bukannya perusahaan terbesar di Indonesia yah? Denger-denger sih, anaknya memang cewek. Anak tunggal pula. Jadi, otomatis memang pewaris kerajaan bisnisnya. Hebat juga bokap Lo cari mangsa. Mau lihat nggak calon istri Lo kayak apa?” goda Andre yang tahu jika sahabatnya ini juga penasaran akan sosoknya.
Andre segera mencari informasi terkait tentang siapa yang akan menjadi calon istri dari sahabatnya tersebut.
“Ini fotonya saat dia masih kuliah. Tapi kayaknya sehabis lulus S-2 di New York. Dia sudah nggak ada kabarnya lagi. Ada yang bilang juga kalau dia kabur dari rumah? Cuman orang tuanya selalu saja bilang kalau anaknya itu sedang dalam proses mencari jati dirinya. Makanya tidak pernah ada kabarnya lagi. Aneh banget sih, menurut gue,” ungkap Andre pelan.
Melihat reaksi Kean yang terkejut. Sepertinya ia benar. Kean penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi pada calon istrinya itu.
“Mana sini gue lihat fotonya?” Kean merebut ponsel Andre dan melihatnya sendiri. Seperti apa gadis yang akan menikah dengannya.
Kean mengamati foto Rea dengan seksama. Ia merasa pernah melihatnya, namun lupa di mana.