Part 7

1054 Words
Keesokan harinya... Selena akan berangkat untuk berkerja, dia memasak sarapannya sendiri. Dia terbiasa melakukan semua hal sendiri, tapi dia masih lebih beruntung dari pada harus dirumah keluarga Handoko. Keluarga yang selalu memperlakukannya seperti asisten rumah tangga. "Aku harus selalu bersyukur atas apa yang ku capai sampai hari ini tidak boleh mengeluh." Selena berusaha menyemangati dirinya sendiri. Selena berangkat ke kantor menggunakan transportasi online, dia belum mampu membeli kendaraan pribadi. Begitu tiba di kantor, Selena heran melihat beberapa temannya berkumpul seperti sedang mendiskusikan sesuatu atau lebih tepatnya sedang bergosip. "Hei ada apa? kenapa? Ada gosip apakah ini?" tanya Selena dengan penasaran. "Eeh, Lena kamu udah datang, sini gabung. Ada berita terbaru tentang bos kita," ujar Riana salah satu teman Selena di kantor. "Bos kita? Maksudmu bu Serly?" Kata Selena yang masih kebingungan. "Aduuh, non bukan bu Serly, tapi CEO yang baru katanya cucu pemilik Johanson Group." "Ooh terus?" "Nih, anak kesambet apaan sih kok loadingnya lama. Katanya, CEO yang baru masih muda dan ganteng banget. Dia dulu jadi salah satu direktur perusahaan Johanson Group di Singapore dan sekarang menjadi CEO di seluruh cabang Johanson Group. Sampai sini paham?" ujar Riana dengan kesal. "Terus apa hubungannya dengan kita? Bagiku yang penting kita mengerjakan perkerjaan dengan sebaik mungkin lalu dapat gaji. Tak perlu bergosip hal yang bukan kapasitas kita dan juga kita tidak berhubungan langsung dengan CEO masih melalui bu Serly sebagai manager keuangan lalu ada pak Darwin direktur keuangan," kata Selena dengan bijak. "Udahlah sana susah berbicara dengan karyawan teladan," usir Riana. Selena hanya tersenyum dengan reaksi teman-temannya di kantor, dia memang tak ingin berurusan hal yang bukan urusannya. Dia harus tetap berkerja agar tak perlu merepotkan keluarga Handoko yang sudah mengangkatnya sebagai anak. "Perhatian semuanya," ujar Serly manager keuangan. Semua karyawan disana melihat Serly dengan serius. "Sebentar lagi CEO yang baru akan datang dan pak Darwin meminta kita divisi keuangan untuk menyambut kedatangan beliau dengan baik," ucap Serly. Beberapa karyawan mendadak heboh ingin melihat CEO baru yang merupakan cucu pemilik Johanson Group. "Tapi tidak semua karyawan bisa ada di ruangan pertemuan karena ada juga karyawan dari bagian yang lain dan saya hanya memilih tiga orang termaksud saya sebagai manager keuangan untuk bertemu beliau disana." Serly lalu melihat beberapa karyawan bagian keuangan. "Saya memilih Gery, Selena, dan Riana yang ikut saya dan kalian harus bisa menjaga sikap jangan sampai memalukan bagian keuangan," ujar Serly melihat bergantian pada Selena, Riana, dan Gery. "Baik bu," sahut Riana dan Gery bersamaan. Tapi tidak dengan Selena, dia memilih untuk diam saja. Gery dan Riana sangat senang dipilih untuk melihat secara langsung CEO yang baru, berbeda dengan Selena dia tak ingin bertemu dengan CEO yang baru. "Len, kamu kenapa sih dari tadi cuma diam aja? Apa lagi punya masalah?" tanya Riana curiga dengan tingkah Selena yang berbeda dari biasanya. "Ga ada apa-apa, aku hanya kurang tidur." Selena mencari alasan, dia memang lagi banyak pikiran dan tak ingin bertemu siapapun. "Tapi kita tetap harus ke sana untuk bertemu CEO yang baru," ujar Riana yang khawatir keadaan Selena. "Yaa memang harus bertemu aku bisa bilang apa," ujar Selena pasrah. Berbagai divisi di perusahaan sudah berada di ruangan pertemuan. "Waah baru ini aku melihat semua divisi berkumpul. Aku sudah tak sabar untuk melihat CEO yang baru," ujar Riana dengan semangat. Selena hanya menanggapi dengan anggukan kepala. CEO yang baru pun memasuki ruangan, semua mendadak jadi hening. Selena hanya menundukan kepalanya, tak ingin melihat atasannya yang baru. "Selamat siang. Saya Marlina Johanson akan mengenalkan cucu saya, penerus selanjutnya Johanson Group" ujar Marlina nama nenek Devan. "Perkenalkan saya Devan Johanson, CEO baru Johanson Group, semoga kita bisa berkerja sama dengan baik demi ke perusahaan Johanson Group," ujar Devan memperkenalkan dirinya. Selena merasa familiar dengan suara Devan Johanson, suara itu seperti suara pria yang pernah tidur dengannya. Selena mengangkat wajahnya melihat CEO yang baru, betapa kagetnya Selena ternyata pria itu orang yang sama dan sekarang merupakan CEO tempat dia berkerja. "Ooh ternyata namanya Devan. Kenapa pria sialan ini jadi bos ku, sih," ujar Selena dalam hati. Selena berpikir dia harus menghindari Devan. Selena menundukan wajahnya, Devan tidak boleh sampai mengenalinya. Semua karyawan berbagai divisi bergantian menyapa dan beramah tamah dengan CEO perusahaan baru. Tiba lah saatnya divisi keuangan untuk menyapa, Selena sangat gugup. Seandainya ada pintu ajaib doraemon di sini, dia pasti sudah kabur dengan situasi yang tidak mengenakan ini. "Selamat siang tuan Devan. Saya Darwin direktur keuangan, ini manager keuangan Serly dan beberapa karyawan dari Divisi keuangan," ujar pak Darwin memperkenalkan divisi keuangan. "Baik. Terima kasih," kata Devan dengan dingin. Selena terus menundukan kepalanya walau dia bersalaman dengan Devan. Awalnya Devan tidak menanggapi hal tersebut tapi melihat tingkah aneh Selena yang berbeda dengan karyawan yang lain membuat Devan jadi curiga. Hanya Selena yang terus menunduk dan tak terpesona padanya, Devan menjadi penasaran. "Berani-beraninya karyawan ini tidak melihatku. Awas aja kamu, akan aku buat perhitungan," ujar Devan dalam hati. "Andi," panggil Devan pada asisten pribadinya. "Iya tuan." "Apa kamu melihat kelakuan karyawan yang tadi?" "Hmm yang menundukkan wajahnya kan tuan?" "Iya yang nuduk terus dari tadi, mencurigakan." "Iya tuan." "Bagaimana menurutmu tingkahnya?" "Agak berbeda dengan karyawan yang lainnya tuan, ada aneh dan mencurigakan." "Dia dari divisi keuangan, aku ingin tau siapa dia. Berani-beraninya tidak melihatku," ujar Devan makin curiga. "Baik tuan." Tingkah laku Selena malah membuatnya curiga dan membuatnya menjadi penasaran. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Devan, untuk mencari tahu siapa karyawan yang mencurigakan tersebut. Betapa kagetnya Devan saat mengetahui karyawan tersebut Selena. "Tuan, maaf menganggu karyawan yang anda maksud ternyata wanita yang sama," ujar Andi. "Wanita yang sama? Apa maksudmu—" "Selena Handoko, karyawan bagian divisi keuangan adalah wanita sama yang menemani tuan pada malam itu." Andi lalu menyerahkan berkas tentang data-data Selena. "Benarkah? Aku tak menyangka bisa bertemu dengan dia di sini, wanita 300 juta ku." Andi melihat wajah tuannya yang tampak tertarik pada Selena. "Sepertinya akan ada kisah asmara yang baru nih dalam hidup, tuan Devan. Sudah seperti di sinetron dan n****+-n****+ yang aku baca dah ini. Hubungan CEO dan karyawan," ujar Andi dalam pikirannya. "Terima kasih Andi," ujar Devan. "Sama-sama, tuan." Devan membaca semua data tentang Selena. "Aku tidak menyangka kamu ternyata berkerja di perusahaanku, Selena. Kita bertemu lagi wanita 300 juta," ujar Devan dengan seringai di wajahnya. *************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD