“Aku ... minta maaf.” Rasanya aku merasa buruk jika diam begitu saja atas apa yang menimpa Kak Arthur. Setidaknya, aku perlu menunjukkan rasa bersalahku padanya. Karena bagaimanapun juga, Kak Arthur ini dimarahi oleh kedua orang tua Tiff karena aku. Kini mama dan papa Tiff telah pergi. Aku memang tak mendengar bagaimana Kak Arthur dimarahi oleh mereka, yang jelas aku merasa bersalah dengan apa yang menimpanya. “Apa?” Pria yang sejak tadi menekuk wajahnya ini pun mendongak. Dia sedang duduk di sofa lalu melepas headphone dari telinga dan menatapku. “Aku tidak mendengarmu,” lanjutnya dengan tatapan mata sinisnya. “Kak Arthur, aku ... minta maaf. Orang tuaku memarahimu karena aku,” ungkapku dengan tulus. Aku jujur mengenai rasa bersalahku kali ini. Karena aku yang berteriak-teriak me