“Tiff, karena kami merasa kau menjadi lebih boros dari sebelumnya, untuk itu mama dan papa memutuskan untuk menghentikan pemakaian kartu debitmu. Kami akan mengembalikan semua ini, jika kau sudah bisa mengontrol pengeluaranmu, ya.” Suara dari mama Tiff terngiang-ngiang dan membuat aku merasa bersalah. Aku yang sudah membuat Tiff kehilangan akses pada kartu debitnya. “Kenapa wajahmu murung begitu?” tanya Kak Arthur dengan nada dingin seperti biasanya. Ya, meskipun ekspresinya dingin, setidaknya dia mau bertanya padaku. Kali ini giliranku yang berlaku cuek padanya. Entah kenapa aku sedang tak ingin bersuara. Tiff, kenapa kedua orang tuamu sungguh tega begini? Mulai dari menuduh boros begitu pertama bertemu dan kini malah menyita kartu debit yang kugunakan. Padahal, saldo dari rekening