28. Sungguh, Bukan Karena Aku!

1104 Words

Datang ke kampus seperti biasa. Dengan setelan blouse ungu muda dan rok plisket putih, ditambah tas ransel mungil yang berwarna senada dengan blouseku. Sudah tak heran jika setiap datang kemari aku menjadi pusat perhatian. Tapi setidaknya, aku lebih percaya diri karena penampilan Tiff sekarang sudah lebih baik, jadi aku tak perlu risi dengan tatapan mereka lagi. Mungkin, dulu Tiff merasa risi karena tatapan sinis dari kawan-kawan di kampus ini. Belum lagi, mereka yang berusaha untuk bersikap baik sebenarnya berniat untuk menjadi penjilat dan memanfaatkan Tiff. Aku pun mengerti dan merasa lelah setelah menjadi Tiff sendiri. Memiliki wajah yang kurang menarik dan juga tubuh yang gemuk membuat orang-orang memandang rendah padanya, padahal tak ada orang yang suka dipandang rendah, apalag

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD