Hari sudah malam, Adan masuk ke kamar Widi dengan pakaian tidurnya yang seperti biasa, hanya membawa ponsel di tangannya. Anehnya hati Widi seperti dimasuki sesuatu, sampai ia tak bisa bernapas dengan baik, detak jantungnya itu yang seolah membuatnya tak bisa berbicara ataupun melarang seperti biasanya.
Jujur saja, ini bukan hal yang di inginkan Widi. Ia ingin tidur bebas di ranjangnya, karena ia cenderung tidur seperti gasing.
Adan naik ke atas ranjang dan menoleh sesaat melihat istrinya yang masih bermain ponsel. Widi berusaha menyuruh hatinya untuk tidak menoleh melihat suaminya itu. Meskipun jelas ada di sampingnya.
"Pura-pura?" tanya Adan.
"Hem?" Widi menoleh sesaat dan menggelengkan kepala. Apa maksud suaminya itu?
Adan menggeser duduknya dan kini duduk dekat sekali dengan Widi. Widi tak bergeming sama sekali meskipun sempat deg-deg-an dan bergidik. Lalu tangan Adan melingkari pinggangnya. Adan benar-benar akan mengambil jatah darinya. Widi tak tahu harus bagaimana, ia langsung meraih tangan Adan dan melilitnya, membuat Adan memukul ranjang mereka dengan tangan satunya. Istrinya itu benar-benar kasar.
"Eh maaf," kata Widi mengelus leher belakangnya.
"Kamu apa-apaan sih, kayak sama siapa saja," geleng Adan.
"Kamu memangnya mau ngapain? Kamu mau macam-macam, ya?" tanya Widi.
"Macam-macam? Apa kamu sudah kehilangan otak? Saya ini suami kamu, tentu saja saya akan melakukan hal yang lebih dari sekedar menyentuhmu." Adan menggelengkan kepala.
"Aku belum siap," geleng Widi.
"Berani menolak saya?" tanya Adan menatap wajah Widi. Hingga Widi tak bergeming sama sekali karena tatapan suaminya itu.
"Apa sih? Kamu ini kenapa? Ngebet banget ya mau pecahin perawanku?"
"Kamu masih perawan?" tanya Adan menautkan alisnya.
"Lalu kamu pikir aku cewek apaan? Aku masih perawan lah. Gak ada satu pun pria yang menyentuhku. Hanya kamu doang nih kayak gini, bikin kesel aja," geleng Widi.
Adan mengalihkan pandangan sesaat dan tersenyum, ia sengaja memalingkan wajah agar Widi tak melihat senyuman diwajahnya. Bukan kesal, Adan malah menganggap apa yang di katakan Widi sangat lah lucu.
Adan lalu meraih tangan Widi dan mengecup bibir Widi tanpa aba-aba. Widi membulatkan mata dan mendorong d**a Adan yang sudah siap mau memasuki Widi, tapi Widi selalu saja melakukan sesuatu yang mengejutkan seperti ini.
"Ada apa lagi?" tanya Adan.
"Aku sakit perut," jawab Widi mencari alasan agar tak sampai di sentuh oleh suaminya itu. Ia tak mau pecah keperawanan saat ini. Karena, ia benar-benar belum siap di tiduri oleh suaminya yang sudah memiliki empat istri, hal yang tidak pernah di impikan oleh Widi.
Widi selalu menginginkan ada pria berkuda yang membawanya pergi dari sini. Tapi, itu hanyalah mimpi belaka.
Adan mendesah napas halus dan berkata, "Ya sudah. Tidur." Adan lalu membaringkan kepalanya di atas bantal dan melihat langit-langit kamar istri ke empatnya itu. Adan menoleh sesaat dan berkata lagi, "Kamu tidak mau tidur? Atau saya lanjutkan?"
Widi menggeleng kuat dan akhirnya membaringkan kepalanya di atas bantal tepat disamping suaminya, untung saja ranjang Widi adalah ukuran king, jadi ia tak perlu dekat-dekat dengan Adan.
Widi berusaha mengatur napasnya saat ini, napas yang memburu, karena ini pertama kalinya ia tidur dengan seorang pria. Dan, pria itu bukan impiannya, pria itu adalah pria yang memiliki istri banyak.
Widi selalu bermimpi akan menjadi wanita satu-satunya di dalam kehidupan seorang pria yang akan menjadi suaminya nanti. Namun nyatanya ia adalah orang keempat yang ada di sisi Adan saat ini.
Entah apa yang pernah dilakukan Widi sehingga ia terjebak dengan pernikahan yang ia anggap tidak sehat seperti ini. Bagaimana seorang pria yang berusia 31 tahun memiliki empat istri. Apa yang sebenarnya terjadi?
Widi menoleh sesaat karena tidak ada lagi suara dari suaminya yang saat ini berbaring tepat di sampingnya. Widi berusaha menjaga harga dirinya meskipun pada suaminya.
Widi hanya merasa bahwa suaminya itu tidak pantas mendapatkan tubuhnya apalagi setelah bergilir menyentuh istri lainnya.
"Jangan terus menatap saya jika kamu tidak mau terjadi sesuatu malam ini." Adan yang saat ini memejamkan mata menyadari tatapan istrinya.
"Selalunya seperti itu, mengancam terus."
"Saya sedang berusaha menahan diri, jadi jangan sampai membuat saya jadi tak tahan. Menahan diri seperti ini, tidak sama dengan menahan lapar."
"Kamu saja yang mesum."
"Terserah."
"Kamu kenapa menikahiku?" tanya Widi.
Yang namanya suami istri biasanya akan mengobrol di atas ranjang untuk menambah keakraban di antara mereka. Membuat hubungan itu juga harmonis.
"Ya karena kamu wanita." Adan menjawab.
"Apa kamu menganggap itu adalah jawaban?"
"Tentu. Saya tidak mungkin menikahi seorang pria. Jadi, alasannya saya menikahi kamu karena kamu seorang wanita." Adan menoleh sesaat.
Wangi mint dari tubuh suaminya itu menguar hingga ke indera penciumannya, Widi yang menjaga jarak malah tergoda dengan wangi itu.
"Itu bukan jawaban yang aku inginkan."
"Lalu jawaban seperti apa?"
"Aku ingin tahu kenapa kamu menikah hingga empat kali? Ada apa sebenarnya? Apa kamu tidak puas dengan istri-istrimu?" tanya Widi.
"Saya tidak mau membahasnya karena pembahasan itu tidak penting bagi saya, lebih baik kamu tidur karena dengan tidur lebih cepat lebih baik untuk menenangkan saya, jangan sampai saya melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan."
Widi mendesah napas kesal ia sedang berbaring bersama suaminya namun entah mengapa Widi seolah tidak menerima semua takdir dan nasibnya yang seperti ini.
Bagaimana nanti jika teman-temannya tahu jika ia adalah istri ke 4? Semua teman-temannya itu tahu bahwa dia memiliki impian besar bersama seorang pria yang ia cintai.
"Apa semudah itu baginya menikah sampai empat kali? Apa karena uang? Huft," gumam Widi lalu memejamkan matanya.
Widi lalu memanjangkan tangannya dan mematikan lampu nakas disamping ranjangnya. Lalu, lampu pun mati dan tak lagi ada cahaya terang, hanya ada cahaya temaram.
Widi berusaha memejamkan matanya dan menenangkan hatinya saat ini. ini adalah pertama kalinya ia akhirnya tidur bersama suaminya pria yang menikahinya beberapa hari yang lalu.
Widi akui suaminya itu tampan dan mempesona ketampanannya pun berada di atas rata-rata begitupun dengan kekayaan yang ia miliki. Siapa yang tidak mengenal keluarga Broto, keluarga bangsawan yang memiliki segalanya dan bisa membeli apapun di dunia ini, bahkan bisnisnya sudah internasional, melakukan ekspor dan impor di berbagai negara membuat nama Broto melambung tinggi di dunia bisnis semenjak Adan mewarisi perusahaan ayahnya.
Jangankan istri sampai empat, menjadi satu-satunya pria tampan saja, Adan bisa bersaing, wajahnya mengalahkan aktor papan atas.
Adan membuka pejaman matanya dan menoleh melihat istrinya yang sudah tidur sepertinya. Adan tersenyum dan menggelengkan kepala. Lalu, ia pun memejamkan mata lagi.
Bagaimana kah kisah mereka selanjutnya?