Dingin

2391 Words
Wajah ayu itu memandang Alif dan Kiara tak berkedip. Wajahnya semakin kesal saat melihat Alif memegang tangan Kiara. Matanya melotot dengan tatapan ingin membunuh. Gadis cantik itu Amalia sepupu Alif anak dari Om Wira adik laki-laki Mamanya. Sudah lama Lia panggilan dari Amalia menyukai Alif. Walau terpaut sebelas tahun perbedaan usia mereka tapi Lia terus berusaha mengejar Alif. Padahal yang dikejar tidak perduli sama sekali. Lia yang sebenarnya baru tiba di cafe milik Alif segera berbalik pulang, ia tidak mau menumpahkan air matanya. Dia akan mencari cara lain agar Alif mau menikah dengannya. Flash back Alif yang mengetahui kedatangan Lia segera memegang tangan Kiara dengan raut wajah yang susah ditebak. Dia bersandiwara agar Lia melihatnya sehingga Lia tidak akan datang mengganggu seperti biasanya. Dan ia berhasil, satu senyum kemenangan terlihat dari bibirnya ketika Lia berbalik untuk pulang atau entah kemana yang Alif sendiri tidak tahu. Karena setahunya Lia malas jalan-jalan, dia lebih senang berada di rumah atau di kampus daripada jalan-jalan dengan teman- temannya. Tapi semenjak Alif pulang dari Luar Negeri Lia mulai sering datang mengganggunya lagi. Alif jengah dengan semua itu, tapi membuat Lia menangis sama saja dengan mendatangkan marah Mamanya. Sudah dua hari Alea bersama Abi. Dan dua hari itu baik telepon maupun pesan Kiara tidak dibalasnya. Kiara baru saja selesai makan malam ketika ada telepon dari Abi yang mengabarkan kalau Alea sakit panas. Sejak semalam terus mengigau memanggil mamanya. Dengan tergesa-gesa tanpa bedak hanya polesan tipis lipstik kiara segera menuju apartemen Abi. Tapi sebelumnya ia berpamitan pada Mamanya, tapi Kiara tidak memberitahu Mamanya tentang Alea yang sedang sakit. Kiara tidak ingin Mamanya menjadi Khawatir. “Mas ... Alea bagaimana keadannya ?" berondong Kiara ketika sudah tiba di apartemen Abi. “Sudah agak mendingan, Tadi dokter Sakti datang memeriksa dan sudah memberikannya obat turun panas, Tapi tiap terbangun dia akan selalu mencari mamanya,” ucap Abi dengan wajah yang murung. “Ya sudah, Mas Abi istirahat saja biar aku yang jaga Alea. Mas kelihatan lelah sekali," ucap kiara khawatir melihat wajah Abi yang lelah. Pasti semalaman dia menjaga Alea. Apalagi di saat sakit begini Alea lebih nyaman di gendong. Dan biasanya Daddy nya yang selalu melakukannya. Anak itu nyaman jika berada dalam pelukan Daddy nya, demikian yang pernah Almarhumah Kayla ceritakan padanya. "Iya aku tidur sebentar saja ya, kepalaku pusing sekali," ucap abi sambil berlalu. "Terimakasih kiara," ucap abi lagi sebelum menutup pintu kamar yang hanya dibalas senyum kiara. Kiara memegang kening Alea masih sedikit terasa panas. Putri keci yang sangat cantik. Kiara mencium kening Alea. Gadis kecil itu hanya menggeliat sesaat lalu tidur lagi. Mungkin pengaruh obat yang membuatnya masih tertidur. Kiara menyelimuti Alea memastikan anak itu benar-benar pulas, setelah diyakininya Alea sudah benar-benar pulas, Kiara segera menuju pantry, dia hendak membuat bubur untuk Alea. Siapa tahu tengah malam Alea merasa lapar. Saat memasuki Pantry, Kiara melihat Abi sedang duduk termangu sambil memegang gelas yang sudah kosong dengan air mata yang mengalir di pelupuk matanya. Lelaki yang biasanya dingin dan juga tegar tampak rapuh. Efek kehilangan pasti masih menyelimutinya. "Mas Abi ...." Panggil kiara pelan. Abi yang dipanggil tampak kaget dan buru-buru menghapus air matanya. "Iya kiara maaf ada apa ? apa Alea mencariku ?" tanya Abi sedikit gugup karena ketahuan menangis. "Mas Abi ... enggak istirahat ? Atau Mas enggak nyaman aku ada disini ? " tanya kiara menebak jalan pikiran Abi. "Sebenarnya demikian, aku ingin kita tidak pernah bertemu, tetapi aku juga tidak bisa egois karena ada Alea yang ternyata membutuhkanmu," ucap Abi tanpa basa-basi sambil menghela napas. "Aku enggak bisa halangi kamu ketemu Alea, jadi ...." Abi berhenti sejenak menarik napasnya, terasa susah hendak memgucap kalimat selanjutnya. "Jadi ... aku setuju untuk menikah denganmu. kita akan menjalani hidup berumah tangga hanya sampai alea paham akan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah Alea paham kita berpisah," ucap Abi melanjutkan kata-katanya yang sempat terhenti. Kiara diam mendengarkan kata-kata Abi, dia tidak menyangka secepat itu Abi mengiyakan permintaannya. Kiara menarik napas dalam. "Jika itu yang terbaik untuk Alea, maka mari kita menikah," Ucap Kiara dengan yakin atau berusaha untuk yakin dengan keputusannya. Semua demi Alea. Abi memandang Kiara dengan mata elangnya, memandang dengan pandangan yang sulit dimengerti. "Kamu sudah benar-benar yakin dengan keputusanmu ? karena hal ini bisa saja mengambil kebahagiaanmu," ucap Abi meyakinkan Kiara. "Aku yakin mas, saat ini kebahagiaan Alea lebih penting, aku tidak ingin dia tumbuh dengan memiliki orang tua lengkap," jawab Kiara sambil memandang Abi. "Baiklah kalau kamu sudah yakin, setelah menikah anggap saja aku orang asing dan kita berdua berjalan apa adanya tanpa mencampuri urusan masing-masing," ucap Abi penuh penekanan. "Besok aku akan menyuruh asistenku untuk mengurus semuanya agar kita bisa segera menikah," ucap Abi dengan mata yang menatap tajam ke arah Kiara. "Lalu bagaimana dengan orang tuamu ? Papamu ? Mamamu?" tanya kiara karena dia tahu bagaimana Mama Abi yang sudah pasti akan menolak mentah-mentah. "Papa pasti mendukung keputusanku jika itu baik, sedangkan Mama dengan atau tanpa persetujuannya aku akan tetap menikahimu, karena aku melakukannya demi Alea" ucap Abi datar dan dingin. Hening, baik Abi maupun Kiara tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya Abi beranjak meninggalkan pantry, meninggalkan Kiara yang masih terpaku meyakinkan hatinya atas keputusan yang diambilnya ******** ~Kiara Pov~ Akhirnya pesta pernikahan itu digelar di rumahku, sangat sederhana hanya anggota keluarga saja yang hadir dan tentu saja tanpa kehadiran Mama Abi dan juga Kania kakak mas abi. Saat mas Abi mengatakan akan menikahiku Mamanya sangat marah karena diam-diam beliau sudah mempersiapkan pesta kecil agar Mas Abi bisa dekat dengan Dona. Tapi lagi-lagi niatnya gagal. Aku mengetahuinya dari Bik Irah, asisten rumah tangga di rumah Mas Abi yang sangat dekat sekali dengan Mas Abi. Tiba-tiba saja beliau duduk di sampingku dan bercerita. Beliau bilang seperti melihat Kayla. Aku hanya tertawa karena aku dan Kayla kembar Pernikahanku dengan Mas Abi begitu kaku dan terasa aneh. Mas Abi terlihat begitu dingin tanpa senyum padaku. Dia mengucapkan ijab kabul dengan sangat lancar tanpa keraguan. Begitu kata sah diucapkan saksi, masih juga tidak kulihat senyum di wajahnya. Setelah Mas Abi menyematkan cincin di jemariku aku mencium tangannya sebagai tanda kepatuhan seorang Istri pada Suami. Diam-diam aku menangis dalam hati. Tapi ini keputusanku jadi buat apa aku bersedih. Setelah selesai aku segera memeluk ayah dan mama, lalu menangis sepuasnya di pelukan Ayah. Pernikahan yang aku impikan bukan seperti ini. Pernikahan ini begitu kering. Sedari kecil aku dan Kayla berangan-angan akan menikah dengan mewah dan juga penuh kebahagiaan, dengan banyak senyum dan kehangatan. Kayla mendapatkannya walau menikah dengan orang yang dicintainya yang pada akhirnya juga mencintainya. Tidak seperti aku saat ini begitu menyedihkan. Semua demi Alea, aku merapalkan kalimat itu seakan-akan sebuah mantra penguat hatiku. Setelah menikah kami akan tinggal dirumah Papa Mas Abi dan bukan di apartemen karena Papa Mas Abi menginginkan demikian. Dan Mas Abi sangat menyayangi Papanya. Dia menjadi begitu penurut dan menghangat jika bersama papanya. Lelaki tua yang bersahaja yang terkenal keras pada yang curang dan lembut pada keluarganya. Tak ada yang berani melawannya. Beliau teman terbaik ayah. Beliau senang sekali Mas Abi menikahiku. "Kiara." Aku sedikit kaget rupanya Papa Mertuaku yang memanggil. " Iya Om," jawabku dengan senyum. " Kok panggil Om, panggil Papa dong," ucap Papa mertuaku yang aku balas dengan senyuman mengiyakan, beliau senang dan tersenyum hangat padaku. "Terimakasih kamu mau menikahi Abi, dia tampak tegar tapi sebenarnya dia rapuh," ucap Papa Mertuaku sambil menghela napas panjang sebelum melanjutkan bicaranya. "Dia tidak pernah cocok dengan mamanya dan Kania kakaknya, Abi sebenarnya anak dari wanita yang aku cintai yang tidak pernah disetujui oleh Ayahku," Ucap Papa Mertuaku dengan senyum getir. Aku kaget mendengarnya, mendengar kenyataan yang baru aku ketahui kebenarannya. Karena selama ini Kayla tidak pernah menceritakannya. Dan Aku pikir Tante Maya adalah Mama kandung Abi. pantas saja wajah mereka juga tidak mirip. Wajah Mas Abi mirip Papa mertuaku sedikit Bule dengan matanya yang jernih. "Papa rasa engkau harus tahu Kiara karena saat ini kau bagian dari keluarga," ucap Papa Mas Abi sambil tersenyum tapi nampak kesedihan di matanya. "Dia sudah lama pergi tapi aku masih terus menyimpannya disini," ucap papa Mas Abi sambil menunjuk hatinya. Saat Papa Mas Abi hendak melanjutkan ceritanya tiba-tiba saja Ayah melambai padanya agar mendekat. Aku yang masih ingin tahu cerita selanjutnya hanya bisa menanti saat yang tepat untuk mencari tahu rahasia keluarga Mas Abi Suamiku. Aku sedikit tersenyum dengan kata suamiku, rasanya aneh, tapi membayangkan Alea punya Orang Tua lengkap saat ini membuatku bernapas lega. Biarlah kata Suamiku sementara kupakai sampai Alea benar-benar paham kenyataan bahwa Mama kandungnya telah tiada. Dan kenyataannya saat ini Suamiku adalah Suami dari saudara kembarku yang telah tiada. Si pria dingin yang selalu menatapku tanpa kata dan tanpa senyum. Tapi pernah sekali aku melihatnya tersenyum, sangat tampan terlalu tampan. Kalau dalam keadaan normal mungkin aku bisa jatuh hati padanya tapi tidak saat ini. Entah bagaimana hubungan kami selanjutnya hanya waktu yang akan menjawabnya. Karena tanpa sengaja aku melihatnya saat ini berpelukan dengan seorang wanita di saat statusku beberapa jam lalu adalah Istrinya. Aku hanya menarik napas, apakah ada lagi rahasia Mas Abi yang tidak aku ketahui. "Kiara," satu suara lagi-lagi memanggilku. Saat menoleh rupanya Alif. "Kia ... kamu menikah sangat cepat dan bukan dengan pria yang kamu cintai," ucap Alif dengan nada kecewa karena bagaimanapun dia begitu mencintaiku dan menginginkanku. Tapi aku lebih memilih menikah dengan Mas Abi. "Aku mencintaimu, tapi kenapa harus Abi" ucap alif dengan nada parau. Aku mengusap lembut tangan Alif. "Kamu pasti mendapatkan jodoh terbaikmu Lif, aku menyayangimu sebagai teman, dan aku harap selamanya kita tetap berteman baik," ucapku tetap mengusap lembut tangan Alif. "Aku belum rela, aku ingin kamu hanya kamu yang bersanding denganku Kia" ucap Alif lagi dengan wajah yang penuh marah. Aku hanya mengelus lembut tangannya dan menenangkannya. Aku hanya menganggap Alif teman tidak lebih. Aku tahu banyak gadis menggilainya dan mengharap cintanya tetapi selalu ditolak dan itu semua karena aku yang malah tidak mencintainya. "Kiara!ayo kita pulang" satu suara mengagetkanku rupanya mas abi.dia tidak mau diinterupsi dan segera berlalu tanpa menyapa alif.aku membuntutinya dari belakang setelah berpamitan pada ayah dan mama.barang barangku sudah dibawakan supir ke mobil.aku melihat punggung mas abi, pernikahanku seperti di kutub utara.dingin terlalu dingin ~Abi Pove~ Aku terpaksa menikahi saudara kembar almarhumah istriku karena ini semua demi alea putriku, buah cintaku bersama kayla. kiara dan kayla benar benar identik.aku seakan akan melihat kayla hadir kembali dengan keadaan yang lebih sehat dan kuat. Kadang aku lupa diri saat ia datang aku gila mengaggapnya kayla karena walau bagaimanapun mereka berbeda.aku selalu menghindarinya karena tidak ingin mengkhianati cintaku pada kayla walau dia telah tiada.entahlah sampai kapan aku bisa membuka hatiku.saat ini tujuanku hanya satu agar alea bahagia tidak lebih dari itu.walau pertengkaran kembali terjadi antara aku,mama dan kania.tapi memang selalu begitu.mama dan kania tidak pernah menyukaiku semenjak kehadiranku dirumah itu.aku seperti kotoran di mata mereka.walau begitu mama selalu berusaha menjodohkanku dengan anak teman teman sosialitanya demi sebuah penghormatan.karena dia tau anak gadis teman temannya itu begitu menyukaiku.mama mengincar harta dan kedudukan dan aku akan dijadikan tumbal.karena adikku masih kecil maka mama tidak bisa berbuat apa apa. Tapi selama ini aku tidak pernah mengikuti mau mama yang pada akhirnya membuat ia frustasi dan makin membenciku.ia selalu berusaha mencelakakan alea.saat kayla menjadi istrikupun ia berusaha agar kayla mati.tapi selalu bisa aku gagalkan.pada puncaknya papa mengancam akan menceraikan mama dan menarik semua aset yang pada akhirnya membuatnya tidak berani mengganggu kayla dan alea.aku tetap bertahan di rumah karena papa.lelaki tua yang sangat menyayangiku.ayah kandungku.yang aku temui saat mama meninggal pada saat usiaku 12 tahun.aku benci saat harus ikut papa masuk rumah ini.yang terasa dingin dan gelap.apalagi tatapan kebencian mama dan kania padaku tak pernah surut hingga hari ini.sedangkan adikku anak kandung mama walau tidak membenciku tapi sikapnya cuek.tidak menjauh dan juga tidak dekat.dia menurut pada papa.dialah yang hadir di pernikahanku karena menuruti mau papa.rahasia kelam yang tidak ada yang pernah tau.karena yang orang2 tau bahwa aku adalah putra kandung papa dan mama.rahasia yang harus ditutup rapat rapat demikian kata kakekku, ayah dari papa selalu mengingatkan. "Mas abi apa kabar" satu suara membuyarkan lamunanku "Hmmm.." ucapku acuh saat tau siapa yang menyapaku "Mas kok dingin sekali padaku,aku datang hanya mau ucapkan selamat" ucap sang gadis yang ternyata dona anak sahabat mama dan juga teman waktu kuliahku yang begitu menggilaiku.sampai pernah membuat isu bahwa dia hamil anakku tapi akhirnya ketahuan berbohong saat adi dokter keluarga yang juga temankku membongkar semua kebohongannya. "Mau apa lagi kamu datang" ucapku dingin karena hanya keluarga saja yang diundang jadi aku sedikit heran dia tiba tiba datang ke rumah kiara. Kami memang tidak adakan di gedung karena semua mendadak hanya satu hari persiapan. " aku hanya mau ucapkan selamat mas tidak lebih,aku berharap saat istrimu meninggal aku ada kesempatan mendekatimu ternyata aku salah,kamu malah menikahi kembarannya" ucap dona getir karena dia tau bagaimana sikapku padanya saat mama mati matian menjodohkan kami.tapi aku betul betul tidak menyukainya.memanfaatkan kekayaan orang tuanya untuk semua keinginannya. "Boleh aku memelukmu sekali saja mas" ucap dona berharap " sekali saja mas" dona makin memelas " baiklah,tapi setelah itu jangan menggangguku lagi" ucapku pedas tapi biarlah aku tidak suka diganggu.apalagi mama begitu bernafsu agar aku mau menikah dengan dona hal yang membuat aku ingin menjauh darinya.dona yang aku tau kalau ayahnya memiliki aset kekayaan yang tak akan habis dari bisnis hotelnya.mama begitu menyukai dona.anak tante grace yang selalu mebawakan tas mahal seharga mobil atau berlian kesukaan mama. Dona memelukku dan aku membalas pelukannya.aku tau kiara melihatku tapi biarlah toh kami hanya melakukan pernikahan palsu.dan dia tidak bisa mengatur hidupku. "Sekarang pergilah, dan jangan ganggu hidupku lagi" ucapku kejam pada dona yang hanya dibalas anggukan sedih. " selamat tinggal semoga kamu bahagia mas, tapi jika ada kesempatan sekecil apapun untuk bersamamu akan aku kejar mas" ucap dona masih dengan egonya sambil berjalan pergi membiarkan air matanya yang ditahannya sejak tadi keluar. Aku hanya mengangkat bahu lalu berbalik menatap kiara sekilas lalu pergi menghampirinya. Sebelum aku sampai dihadapannya rupanya alif telah lebih dulu memanggilnya.aku membiarkannya sejenak bersama alif.saat kiara menyentuh tangan alif aku tiba2 merasa kurang suka.segera aku menuju ke arah mereka. " ayo kita pulang ke apartemen dulu,aku lelah ingin istirahat" ucapku pada kiara.dan saat ini aku tidak ingin diperotes.akupun malas menyapa alif yang menatapku dengan wajah tak bersahabat Kiara dengan patuh mengikuti langkahku.setelah berpamitan pada papa dan ayah mertuaku aku segera keluar dari rumah kiara.aku malas berlama lama.biarlah tiga hari kedepan kami di apartemen setelah itu baru kembali ke rumah papa.aku ingin menenangkan pikiranku sebelum bertemu mama dan kania.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD