Sudah satu bulan semenjak kepergian Kayla menghadap sang khaliq. Alea masih tinggal dirumah Neneknya karena mengaggap Kiara adalah Mamanya.
"Mama ... jalan jalan yuk...." Suara ceria Alea memecah lamunan Kiara pada Kayla. "Iya sayang, kamu mau jalan jalan kemana ?" tanya kiara lembut sambil memeluk Alea.
"Tapi Daddy kok belum datang sih ... Mama telpon Daddy dong Alea kangen," ucap alea lagi karena sudah dalam satu bulan ini hanya beberapa kali saja Abi datang menjenguknya. Dan Kiara tau itu karena Abi ingin menghindarinya.
"Iya sayang ... nanti mama telpon Daddy ya," ucap Kiara mencium rambut Alea sayang. "Alea maunya sekarang ma ... Alea kangen," ucap alea lagi dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Iya Alea sayang nanti mama telpon Daddy biar ajak alea jalan jalan ya," ucap Kiara menenangkan Alea.
"Sama Mama juga dong," ucap Alea lagi sambil memeluk Kiara manja seakan-akan kiara benar-benar Mamanya.
Kiara mencoba menelepon Abi tapi nomornya tidak aktif, akhirnya dicobanya menelepon ke nomor rumah Abi dan tersambung. Rupanya pembantu dirumah yang mengangkat dan mengabarkan kalau Abi ada dirumah.
Kiara akhirnya memutuskan ke rumah Abi walau nanti pasti berjumpa dengan Mamanya Abi yang jelas-jelas tidak suka padanya.
Ah ... masa bodohlah batin kiara setidaknya Alea senang bisa bertemu Daddy nya.
Diajaknya gadis cilik itu menuju ke rumah Daddynya. Saat tiba disana bibik pembantu yang membukakan pintu. Saat melangkahkan kaki ke dalam rumah yang megah dan indah tapi terkesan sepi. Di ruang tengah Kiara melihat Mama Abi dan Juga Kania Kakak Abi.
"Ngapain kamu kesin ?!" tanya Maya Mama Abi dengan ketus dan juga diikuti pandangan sinis Kania kakak Abi.
"Saya cuma mau antar Alea lihat Daddy nya" ucap Kiara dengan sesopan mungkin.
"Kamu tinggalin saja Alea disini biar saya yang antar dia ketemu Daddy nya," ucap Kania kakak Abi dengan kasar yang membuat Alea makin mengeratkan pelukannya pada Kiara.
Mamanya Abi dan juga Kania sangat membenci Alea sama halnya seperti mereka membenci Kayla.
"Izinkan saya ketemu Mas Abi karena saya juga tidak mungkin meninggalkan Alea disini sendiri," ucap Kiara masih berusaha berbicara dengan sopan dan lembut.
"Mengapa kalian berisik sekali !." Satu suara menginterupsi suasana tak bersahabat antara Kiara dan juga Mama serta saudari perempuan Abi. Rupanya Abi yang berjalan menghampiri mereka. Alea segera berlari memeluk Daddy nya yang langsung dibalas oleh Abi dengan ciuman sayang pada pipi putri kecilnya itu.
"Daddy ... Alea kangen Daddy," ucap Alea dengan senyumnya yang manis.
"Daddy juga kangen Alea kok, tapi Daddy lagi enggak enak badan, kalau dekat-dekat sama Alea nanti sayangnya Daddy juga ikutan sakit gimana dong ...." Percakapan anak dan juga ayahnya yang membuat haru sebenarnya mengingat bahwa si anak sudah kehilangan Mamanya, tapi tidak buat mamanya abi dan juga Kania Kakaknya. Mereka malah bahagia Kayla pergi untuk selama - lamanya.
Dengan pandangan sinisnya Mama Abi melangkah pergi yang diikuti kania.
Kiara hanya dapat menghela napas, sesak rasanya. Pasti Kayla juga mengalami hal begini saat tinggal bersama mertuanya. Kayla pernah bercerita sambil menangis saat baru pertama kali masuk ke rumah Abi. Sebagai menantu Mertua perempuannya pernah juga membentaknya saat dia tidak sengaja menumpahkan minuman ke baju mertuanya ketika menghidangkan minuman dingin buat sang mertua.
kiara kembali mengelus dadanya sesak.
"Kamu pulang saja, Alea biar sama aku," ucap abi tiba tiba menginterupsi lamunan Kiara.
"Badan dan pikiranku sudah baikan, jadi aku bisa merawat Alea sendiri," ucap Abi membuat kiara tak berkutik, karena Kiara sadar bahwa ia tidak punya hak penuh pada Alea. Tapi meninggalkan Alea pada Abi apalagi ada Mamanya membuat Kiara merasa tak nyaman.
"Mas ... kalau boleh Alea biar sama aku dulu ya," ucap Kiara berusaha memohon pada Abi yang dibalas tatapan dingin Abi.
"Alea sayang ... malam ini dirumah sama Daddy ya ?" ucap abi membujuk putrinya dengan sayang.
"Mama juga kan ?" tanya Alea sambil memandang Daddy nya dengan tatapan polosnya, tanpa tahu bahwa Daddy tidak menyukai kehadiran Kiara.
"Mama ada kesibukan di kantor jadi enggak bisa menemani Alea hari ini," ucap Abi memberikan alasan tanpa meminta pendapat Kiara yang dibalas pelototan Kiara.
"Bik Irah ... tolong bawa Alea ke belakang, buatkan s**u ya." Panggil Abi kepada pembantu yang sudah dianggap seperti keluarganya sendiri.
Setelah Alea dan Bibik berlalu ke dapur, Abi mulai dingin lagi pada Kiara.
"Tolong kamu jauhi Alea ! cepat atau lambat dia harus tahu hal yang sebenarnya," ucap Abi dengan dingin dan penuh penekanan.
"Tidak bisa Mas ... aku enggak mungkin meninggalkan Alea, dia satu-satunya kenangan keluarga kami pada Kayla. Dan aku juga sudah berjanji pada Kayla akan selalu menjaga putrinya. Seandainya aku benar-benar harus jadi Mamanya aku rela mas, tolong mengertilah," ucap kiara dengan penuh tekanan juga.
"Maksud kamu apa ?" tanya Abi tidak paham.
"Kita menikah Mas ... agar Alea tidak merasa kehilangan siapapun. Sampai dia dewasa dan mulai paham bahwa aku bukan Mamanya, kamu bisa memceraikan aku," ucap kiara mantap yang hanya dibalas kebisuan abi.
"Tidak semudah itu Kiara, aku tidak bisa menikahimu aku tidak mencintaimu dan juga itu seperti aku mengkhianati kayla yang baru pergi," ucap abi menolak keinginan Kiara.
"Tapi semua demi Alea, aku enggak mau dia bersedih karena hal ini, kematian Mamanya adalah hal yang paling menyakitkan yang harus diterima seorang anak. Dia belum paham apa-apa aku enggak mau dia terluka, selain itu biarkan aku melaksanakan janjiku pada Kayla," ucap Kiara mencoba meyakinkan Abi.
"Ahhhhh ... aku pusing Kiara ! kamu pulanglah," ucap abi mengusir kiara.
"Mas ... aku nekat kalau sampai kamu pisahin aku sama Alea, cuma dia kenangan kayla buat keluarga kami !" ucap kiara mengulang katanya dengan nada yang mengancam.
"Kamu ngancam aku ya ? aku akan buat hidup kamu menderita kalau sampai kamu berbuat aneh aneh!." Ancam abi balik kepada kiara.
"Hari ini Alea biar sama aku, rencananya aku akan menginap di apartemen jadi kau tidak perlu khawatir jika Mama atau Kania akan mengganggunya," ucap Abi yang setidaknya membuat tenang hati Kiara.
"Baiklah Mas aku pulang, titip alea kalau dia ngambek kamu telepon saja aku," ucap Kiara sambil berpamitan pulang tanpa bertemu lagi dengan Alea yang hanya dibalas anggukan Abi.
***************
Saat di perjalan pulang tiba-tiba Alif menelepon Kiara mengabarkan kalau dia baru kembali dari London dan ia ingin berjumpa dengan Kiara.
Dengan ogah-ogahan Kiara mengiyakan ajakan Alif. Pikirannya masih tertuju pada Alea. Entahlah anak itu menguras emosinya. Rasanya dia tidak mau jauh- jauh dari gadis cilik itu.
"Apa kabar kiara ?" tanya Alif sesaat setelah mereka bertemu di Cafe milik Alif.
Alif memiliki sebuah Cafe clasic yang hangat. Bisa menghangatkan hati siapapun tapi tidak bagi kiara saat ini.
Entah setan mana yang membuat dia bisa tidak peka pada ketampanan Alif dan hanya berfokus memikirkan Alea dan juga penolakan Abi, padahal ia sudah berusaha membuang malunya meminta Abi menikahinya dan itu semua demi Alea bukan untuk dirinya.
"Hallo ... disapa kok melamun sih ?." Tegur Alif lembut sambil memegang tangan kiara.
"Eh ... maaf ...," ucap Kiara kaget karena ketahuan melamun oleh Alif.
"Kamu sedang ada masalah ya kok kayak gk semangat begitu ?" tanya alif dengan senyum manisnya. Senyum yang membuat para wanita bertekuk lutut.
Dengan wajah tampan dan masa depan cerah ditambah perhatiannya hati wanita mana yang enggak akan meleleh. Tapi itu semua tidak berlaku untuk Kiara. Ia hanya mengaggap Alif sebagai Sahabat padahal Alif mati-matian mengejarnya.
"Enggak ada masalah sih ... mungkin aku kecapekan aja, kerjaan kantor lagi banyak banget ni," ucap Kiara menjawab pertanyaan Alif.
"Maafkan aku tidak hadir saat pemakaman Kayla, Aku enggak bisa pulang saat itu karena ada kerjaan yang menuntutku harus tetap disana," ucap Alif dengan wajah bersalah.
"Enggak apa-apa, aku paham. Doakan saja untuk Kayla, setidaknya saat ini ia sudah tenang disana," ucap Kiara sambil tersenyum.
"Oya Ra ... kalau kamu gak suka suasana disini mendingan kita cari tempat lain yang bisa buat kamu senyum dan juga kembali ceria," ucap Alif masih dengan senyum manisnya.
"Enggak usah Lif ... biar disini saja". Tolak kiara.
"Kamu cerita biar aku tahu keresahan hatimu" ujar Alif sambil menggenggam tangan Kiara.
Kiara saat ini memang butuh seseorang yang bisa mendengarkan gundahnya. Apalagi Alif begitu perhatian padanya. Dan Kiara sangat tahu kalau sahabatnya itu tulus padanya. Akhirnya mengalirlah cerita Kiara pada Alif tentang Alea dan juga Abi.
Tentang dirinya yang berat melepaskan Alea yang masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu. Kiara tidak ingin Alea tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, dan membayangkan jika Alea memiliki Ibu Tiri yang menyia-nyiakannya.
"Aku akan coba bicara pada Abi terkait Alea, walau kami tidak dekat setidaknya aku akan coba memahamkannya kalau kamu hanya ingin Alea tidak kehilangan kasih sayang ibunya. Tapi mengenai kamu ingin menikah dengan Abi karena Alea aku tidak setuju !" ucap Alif dengan nada yang agak kasar. Kiara hanya diam saja karena tidak ingin berdebat dengan Alif.
"Senyum dong ...," ucap Alif berusaha mencairkan suasana. Alif masih menggenggam tangan kiara. Tanpa mereka sadari tampak sepasang mata yang memandang mereka dengan wajah kesal.