Josh mulai sibuk bekerja hari ini. Masa liburannya sudah habis. Dan apa yang bisa dia lakukan selama liburan di rumah? Tidak ada!
Ia bahkan masih perjaka ting-ting setelah seminggu menikah. Hebat!
Hari ini papa dinilai acara penting di kantor, maka dari itu Josh harus menyelesaikan semua pekerjaanya sebelum papi menyambutnya.
"Pak Josh," sapa sekretaris Josh.
"Ya?"
"Pak Joe sudah memanggilmu."
"Tunggu sebentar lagi, sedikit lagi ya."
"Baik, pak."
Josh buru-buru menyelesaikan semuanya. Dan langsung menuju ruang papi nya. Tapi ruangan itu kosong.
"Loh kemana papi?"
"Pak, maaf tapi bapak ada di ruang rapat utama."
"Ruang meeting utama?"
"Iya pak, mari pak semua sudah berkumpul di sana."
"Oh, oke."
Josh mengambil sekretarisnya dan pindah ke ruang pertemuan utama. Yang sudah berubah dekorasinya menjadi seperti acara pesta.
"Papi, eh pak Joe," panggil Josh. Papi menoleh dan langsung tersenyum
"Kemari nak, papi kenalkan dengan rekan bisnis papi dari Dubai. Tuan Ahmed Ali."
"Salam kenal Tuan Ali."
Mereka berjabat tangan di sana. Dan saling membahas masalah pekerjaan.
"Papi, ini ada apa sih?" Bisik Josh
"Nanti kau akan tahu, Josh."
Si papi selalu saja merahasiakan sesuatu. Bikin Josh penasaran saja.
"Para hadirin sekalian, dimohon untuk tenang, karena acara akan segera dimulai," ucap seorang MC
Semua tamu tenang. Josh pun ikut diam karena penasaran. Acara demi acara selesai ditunjukan. Hingga nama Joe Smith selaku pemilik investasi terbesar di perusahaan ini dipanggil untuk mengucap sepatah kata.
Josh mengerutkan keningnya. Apa yang akan papi nya katakan?
Joe nampak tenang menaiki podium. Dan berdiri dengan gagah di sana. Menyentuh mick dan mengetesnya.
"Tes...tes, oke... selamat siang semuanya," sapa Joe.
"Siang pak!"
"Ya... saya rasa sudah lama sekali saya berdiri di perusahaan ini. Entah berapa belas tahun atau bahkan puluhan tahun, saya bekerja di sini dan membangun perusahaan mulai dari nol. Hingga sebesar sekarang.
"Saya rasa saya sudah cukup tua untuk terus melanjutkan kinerja saya. Dan pasti ada yang lebih hebat dan lebih muda dibanding saya.
"Ya... saya berdiri di podium ini, di hadapan para hadirin semua. Untuk mengatakan bahwa, saya Joenatan Smith. Akan memberikan jabatan saya kepada putra tunggal saya yang bernama Joshua Natanael Smith !"
Tepukan gemuruh langsung terdengar memenuhi ruangan. Sementara Josh hampir pingsan karena tak percaya. Ini kejutan. Kejutan yang luar biasa untuk Josh.
"Kemarilah nak, ini adalah hadiah pernikahan mu dengan Flower."
Josh maju dengan mata yang tak percaya. Suara tepukan terus terdengar hingga Joshua sampai di podium bersama sang ayah.
"Papi, ini... Josh...."
"Papi sudah janji bukan denganmu, apabila kau sudah menikah maka jabatan CEO akan kau pegang."
"Itu artinya papi akan berhenti bekerja?"
Joe menggeleng. "tidak Josh, papi akan tetap memantau kinerjamu. Bila sudah stabil dan kau bisa dilepas maka papi akan benar-benar mengundurkan diri."
"Papi." Josh memeluk papinya dengan sayang. Air mata Josh tumpah di sana.
"Jangan bikin malu papi dengan air mata manjamu, Josh."
Josh langsung melepas pelukannya dan menatap papi dengan tajam.
"Papi aku tidak manja lagi, aku sudah dewasa. Aku sudah menikah pi."
"Benarkah, apa artinya kau sudah tak perjaka lagi?"
"Astaga papi. Ini terdengar diseluruh ruangan "
Semua orang yang berada di dalam ruangan tertawa serentak. Begitu mendengar kata perjaka. Astaga... Josh malu sekali.
Malam ini Josh harus meminta Flo untuk membuatnya hilang perjaka. Tapi apa Flo mau ya. Aduh sumpah mau di taro di mana ini muka ganteng.
*******
Josh pulang ke apartement. Tapi Flo belum pulang dari kerjanya. Josh memilih duduk di sofa dan melepas sepatu lalu membuangnya asal dan juga kaos kakinya. Berserakan di mana-mana.
Lalu Josh merebahkan diri di Sofa. Niat hati ingin langsung memeluk Flo begitu pulang. Ini malah kosong melompong. Makanan juga tak ada, hufh....
Tanpa sadar Josh tertidur di sofa setelah mengerutu panjang lebar.
Flo pulang dalam keadaan lelah, ia seharian mencari berita untuk bahan artikelnya. Dan ketika pulang, bahan artikelnya sedang tidur di Sofa dengan sepatu dan kaos kaki berantakan. Membuat Flo kesal sekali.
"Bangun... bangun MANJA !" Bentak Flo kesal. Josh yang kaget karena dibangunkan paksa.
"Apa sih Flo. Santai aja kali banguninya nggak usah mukul dan teriak juga. Budek gue dengernya."
"Lihat, kelakuan lo yang kaya bocah ! Lo kira beresin apartement nggak capek apa? Lo seenaknya aja main naro sepatu sama kaos kaki sembarangan gitu."
"Yaelah Flo cuma kaos kaki sama sepatu doang kali, gitu aja ribet."
"Sekarang ia sepatu sama kaos kaki, kalau gue biarin sampe besok. Semua baju kotor dan bersih lo bisa nyatu di lantai sini."
"Ga usah berlebihan lah Flo nanti juga gue beresin kok."
"Emang cowok manja kaya lo sanggup beresin rumah hah?"
"Kok lo manggil gue manja lagi sih?"
"Kenapa? Karena lo emang manja kok, sifat manja lo tuh nggak bisa ilang sampe kapanpun juga."
Josh kesal sekali, dirinya sudah dewasa, harus berapa kali ia bilang. Apa perlu ia buktikan pada Flo kalau ia sudah bukan anak manja lagi.
Sepertinya Flo memang harus diberi pelajaran. Josh menarik lengan Flo dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Lo mau ngapain Josh!" teriak Flo
"Mau lepas perjaka."
Flo melotot tak percaya dengan ucapan Josh barusan.
"Lo gila ya?"
"Ya, gue emang udah gila. Kenapa?"
"Josh, please... Josh jangan lakuin ini ke gue," mohon Flo.
Josh sudah gelap mata, dia benar-benar kesal. Di kerjaan ia di tertawakan oleh karyawan karena dirinya masih perjaka. Di rumah ia masih di ledek manja oleh istrinya sendiri.
"Gue benci Flo. Gue benci di bilang manja selama ini. Gue emang manja terus kenapa? Apa salah nya hah !" Teriak Josh kesal.
"Maaf Josh. Gue... gue...."
"Lo juga sama aja Flo. Nggak ada bedanya sama yang lain. Bisanya ngatain gue doang, gini-gini gue juga cowok Flo. Punya harga diri."
Flo memeluk Josh. Tak tega melihat suaminya yang sudah frustasi, salahnya karena selalu mengatakan Josh anak manja.
Semua memang bukan salah Josh. Tapi perlakuan orang tua nya juga yang terlalu memanjakannya. Sehingga menjadi sebuah kebiasaan ketika sudah besar.
"Lo suami gue Josh, lo bukan anak manja lagi," ucap Flo menenangkan Josh sembari mengusap punggung Josh.
"Flo, lo mau bantu gue?"
"Apa Josh?"
"Gue malu Flo dibilang masih perjaka."
"Terus?"
"Bantuin gue, biar gue nggak di bilang perjaka ting-ting lagi Flo."
Flo diam. Bantuin Josh biar nggak perjaka lagi? Artinya Flo harus...?
"Maksud lo kita?"
"Iya Flo. Please Flo, kali ini aja Flo."
Bletak !
"Aduh."
"Lo kira ini pertolongan macam apa hah. Sekali aja gue bantuin lo artinya SELAMANYA GUE BAKAL NGGAK PERAWAN g****k !"
gondok Flo dibuatnya.
"Ya gue tahu kali Flo. Makanya gue minta tolong nya sama lo. Karena lo kan bini gue Flo."
"Nggak ada, apa-apaan lo. Enak di lo rugi di gue lah."
"Lah kok bisa gitu Flo. Kalau di bokep kan keliatannya enak Flo."
"Edeh buset nih bocah. Disamain gue ama bokep. Mereka mah udah nggak perawan. Iya lah nggak sakit. Lah gue, perawan ting-ting."
"Kata temen gue kalau perawan enak loh."
Bletak
"Udah sih Flo gatak mulu perasaan."
"Biar otak lo bener dikit."
"Lah emang gue salah?"
"Iyalah, buat lo enak. Buat gue nanti sakit nya tuh banget banget banget. Lo tahu seumpama gini. Luka di tangan lo. Lo korek dalem-dalem terus lo kasih jeruk nipis."
"Idih pedih banget, Flo."
"Itu yang bakal gue rasain nanti."
"Ih Flo beneran?"
"Ia beneran."
Josh langsung memeluk Flo. Sampe Flo kaget.
"Maafin gue ya Flo. Josh nggak bakal sentuh Flo deh, nggak apa-apa deh gue di kata perjaka ting-ting. Yang penting nggak nyakitin Flo."
Ya ampun Josh lo polos apa bego sih. Mau aja gue begoin. Gue cuma belom siap Josh. Karena gue belom ada cinta buat lo.
Maafin gue ya Josh