Seharian ini Josh nampak sibuk, karena jabatanya sudah berganti menjadi CEO. Mungkin ia telah menjadi CEO di negara ini.
Mungkin orang mengira Josh hanya anak manja yang tak bisa apa-apa. Hanya mendapatkan posisi Ceo saja harus diberikan dari sang papi.
Sebenarnya tak seperti itu, Josh itu adalah anak dari Joenatan Smith. Dan yang bernama Lily yang adalah seorang jenius. Walau sekarang sang mami sudah tak bekerja lagi. Tapi kejeniusannya tetaplah ada dan menurun di belakang.
Josh adalah anak jenius dengan segudang prestasi, namun perlu kalian ingat, anak jenius memilih jadi anak pendiam. Dan berbicara jujur apa adanya.
Dan bernyanyi mami selalu mengajarkan prinsip pada Josh. Sejenius apa pun Josh jika sudah mencoreng nama baik keluarga maka ia tak bisa lagi disebut jenius.
Itulah Mengapa Josh selalu menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia malam. Bukan berarti Josh tak pernah clubing. Sering. Hanya saja ia tidak pernah menentang berhubungan dengan gadis di luar nalar.
Terlebih karena takut dosa, dan juga keluarga Smith.
Josh memang terkadang menyebalkan tapi sebenarnya dia adalah pria yang bertanggung jawab. Dan tak bisa melihat air mata wanita. Karena selalu mengingatkannya pada maminya.
Karena itu ia cepat sekali luluh dengan Flo, walau untuk Flo sendiri masih sulit menerima sosok Josh.
"Permisi, pak."
"Ya masuklah," ucap Josh
Sekretarisnya masuk dan memberikan artikel yang baru saja Josh buka pagi.
"Terima kasih ya."
"Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi."
"Eh tunggu, tolong bawakan air dingin ya."
"Baik, pak."
Sekretaris itu pergi. Josh langsung membuka artikel dimana wajah utamanya lah yang dipasang di sana.
Josh memang sudah biasa masuk ke dalam koran karena kehebatan bisnisnya. Maka dari itu ketika ia diangkat menjadi Ceo, tak seorang karyawanpun yang menolak. Karena memang sudah tahu sepak terjang Josh dalam bisnis.
Ayah Josh juga tahu betul dengan kinerja sang anak. Hingga ia rela jabatanya di limpahkan kepada Josh.
Jadi jangan pernah berfikir bahwa Josh menjadi Ceo hanya karena diberi oleh sang ayah ya.
Josh membalik artikel itu dan membaca tulisan dalam artikel tentang dirinya. Ucapan selamat kepada tuan muda JOSHUA SMITH.
Atas kenaikan jabatannya. Dan Menjadi Ceo muda pertama di negara ini.
Josh tersenyum. Ketika nama yang tercetak disana. Nama penulis. Flo.
Dia tetap saja menyingkat namanya. Dasar cewek jutek yang simple.
Ternyata lo udah tahu tentang jabatan gue. Tapi kemarin kenapa lo ga ngucapin selamat langsung ke gue. Malah bikin artikel. Gumam Josh gemas. Rasanya ingin sekali ia pulang. Dan bertemu dengan istrinya.
Dia ingin minta hadiah. Tiba-tiba Josh punya ide. Josh meraih ponselnya dan menelpon Flo.
"Hallo."
"Flo?"
"Apa, Josh?"
"Kalau udah pulang. Bikinin gue masakan yang enak ya. Lo tahu kan karena apa?"
"Ortu dateng?"
"Bukan Flo."
"Temen-temen lo dateng?"
"Bukan juga, Flo."
"Pacar lo yang dateng?"
Josh menepuk jidatnya pusing.
"Bukan Flo, gue udah putus."
"Oh berarti ngerayain putus hubungam kalian?"
"Astagah Flo! Jangan pura-pura bego deh!"
Flo tersenyum di sana. Flo tahu sebenarnya untuk apa. Tapi ia senang sekali kalau menggoda Josh. Josh sangat ekspresif. Dan itu sangat lucu.
"Flo."
"Iya denger, Josh. Yaudah pulang nanti aku langsung masaknya."
"Oke deh."
"Mau dimasakin apa?"
"Trserah Flo aja. Masakan Flo semua enak."
"Iya tukang makan."
Josh tertawa dan mematikan panggilannya.
*******
Flo kembali mengetik di sana. Sampai tak menyadari kehadiran Bima sedari tadi.
"Flo."
Flo menoleh sekilas lalu mengetik lagi.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Ngomong aja, Bim."
"Nggak bisa di sini, Flo."
"Tapi gue lagi ada deadline ini Bim. Nggak bisa berhenti ngetik gue."
"Bentar doang, Flo."
"Maaf ya Bim. Bener deh, ini Deadline banget, lo tahu bos kaya apa kan kalau ampe telat nyetor."
"Yaudah pulang kerja gimana?"
"Boleh deh."
"Gue tunggu pulang kerja ya."
"Ya."
Bima pergi keruangannya sementara Flo tetap fokus mengetik. Hingga Artikel terbarunya selesai dan langsung ia kirim pada bos nnya untuk di cek ulang.
Walau sebenarnya bosnya tak perlu lakukan itu karena Flo adalah penulis artikel terhandal di kantor.
Jam pulang, dan Flo langsung membereskan tas miliknya. Dan hendak pergi keluar. Namun Bima sudah ada di depan pintu.
"Ayo, Flo."
Flo menurut dan mengikuti Bima. Ternyata Bima mengajaknya ke resto depan kantor baguslah tak harus jauh-jauh karena ia harus memasak sore ini.
"Jadi ada apa, Bim?"
"Lo mau pesen makan dulu?"
"Ga usah, minum aja."
Bima memesankan coffe latte untuk Flo. Es capucinno untuknya.
"Lanjut Bim. Gue buru-buru nih."
"Buru-buru kemana sih, Flo?"
"Aduh jangan banyak tanya deh, pusing gue nanti jawabnya."
"Flo ini serius, aku mau tanya sama kamu, apa kamu masih punya hubungan sama pria yang mengaku tunangan kamu?"
Flo diam. Jawab nggak ya kalau ia udah nikah. Tapi semalam Josh bilang semua karyawan udah tahu tentang Josh yang masih perjaka. Padahal udah ada istri. Artinya satu kantornya Josh tahu kalau Josh sudah menikah.
Artinya Flo juga harus memberitahu tentang pernikahannya pada orang kantornya. Agar impas. Dan Bima adalah teman satu kantornya.
"Masih," jawab Flo cuek
Bima nampak kesal, karena jawaban Flo tak seperti yang diinginkannya.
"Kenapa Flo, bukan lo nggam suka sama dia?"
"Siapa yang bilang gue nggak suka. Gue suka kok. Dia itu lucu walau nyebelin."
"Tapi lo nggak cinta kan Flo?"
Flo diam. Cinta ya.... Flo sendiri nggak tahu cinta itu seperti apa. ia tidak pernah merasakan cinta dari lawan jenis seumur hidupnya.
Karena memang Flo tak pernah pacaran. Hingga usianya 25 tahun. Dan tiba-tiba menikah dengan Josh. Jadi Flo tak ada pengalaman masalah itu. Rasanya jatuh cinta seperti apa. Flo tak tahu.
"Flo jawab?"
"Nggak tahu gue, udah ah gue mau pulang ya."
"Tunggu, Flo. "
"Apa lagi sih?"
"Gue cinta sama lo, Flo."
Deg !
**********
Flo tiba di apartement dan langsung masak kesukaan Josh. Walau semua Josh suka. Jadi Flo masakin semua menu. Bocor-bocor dah tuh perut nanti hihhi
Josh sudah ada di depan pintu Apartement, dan ia menekan bel. Bukannya menekan pasword. Josh memang suka aneh-aneh.
Flo membuka pintu dengan tampang kesal. Membuat Josh nyengir kuda.
"Jelek!"
"Ganteng, Flo."
"Bodo amat."
Flo langsung berlari ke arah dapur karena takut masakannya gosong.
Josh membuka sepatu dan menaruhnya di rak sepatu. Memasukkan kaos kaki ke ranjang kotor. Dan tas ia masukkan ke dalam bupet di kamar. Josh tak mau kena omel Flo lagi. Ia harus jadi suami yang penurut.
Josh kembali ke dapur dan melihat Flo yang sudah selesai memasak. Josh sampai takjub melihat makanan sebanyak itu.

Josh langsung lapar seketika. Melihat ayam goreng ikan goreng sambal dan lalapannya. Wiihhh...
"Ayo makan," ujar Flo. Josh langsung mengngguk dan duduk disana.
Flo dengan cekatan mengambilkan nasi dan lauk pauknya. Lalu memberikanya pada Josh.
"Makasih, Flo."
"Abisin ya."
Josh mengangguk-angguk sembari memakan makanannya dengan lahap. Flo tersenyum memperhatikan tingkah Josh.
Iaa kembali teringat dengan ucapan Bima. Flo nggak nyangka kalau selama ini Bima mencintainya. Kenapa ia tak sadar selama ini.
Tapi melihat Josh yang nampak bahagia, Flo membuang fikirannya tentang Bima. Biarlah ia fikirkan nanti.
"Flo, lo nggak makan?"
"Ia, ini mau makan."
"Flo, kenapa kok lesu?"
"Lesu. Gue ? ngaco !"
Josh tersenyum dan kembali makan hingga tandas semuanya.
"Flo, gue ke kamar mandi dulu ya."
"Ngapain. Perut gue mules nih, kebanyakan sambel."
"Hahaha yaudah sana."
Josh buru-buru masuk ke kamar mandi.
Sementara Flo masih tertawa melihat tingkah Josh. Suruh siapa makan sambel banyak-banyak. Sukurin.
Flo sudah selesai dengan makannya ia pun merapihkan semuanya dan langsung mencucinya. Hingga esok ia tak banyak kerjaan.
Flo memilih langsung masuk ke dalam kamar. Merebahkan dirinya di sana. Dan kembali mengingat ucapan Bima.
Jujur Flo nyaman di samping Bima. Dan Bima orang pertama yang selalu mengerti keinginannya.
Bima tak pernah egois terhadapnya. Tapi entah kenapa sulit sekali hati ini untuk jatuh cinta. Terbuat dari apa sebenarnya hatinya itu.
Flo juga ingin merasakan debaran jantung. Merindukan seseorang. Chat dengan mesra. Jujur Flo juga kadang ingin alay seperti itu. Bagaimana pun ia tetaplah wanita.
Dan dulu saat melihat Josh perhatian dengan pacarnya hati Flo seperti api yang membara. Panas tak tertahankan.
Ingin sekali Flo merasakan apa yang dirasakan oleh pacar Josh. Ada rasa kesal karena sebagai Istri Flo tak pernah dimanja seperti itu.
Tapi Flo berfikir lagi. Itu bukan salah Josh. Itu salahnya sendiri yang jutek dengan Josh.
Sudahlah lupakan masalah itu. Tak penting juga.
"Flo," panggil Josh. Flo lngsung bangun dari rebahannya dan menatap Josh
"Kenapa, Josh?"
Josh duduk di samping Flo.
"Hadiah nya mana?" Pinta Josh tiba-tiba. Membuat Flo bingung.
"Hadiah apa, Untuk apa?"
"Flo kan tahu, gue jadi Ceo sekarang. Jangan bohong Flo."
Flo tersenyum dikira Flo hadiah buat apaan.
"Kan udah."
"Mana?"
"Makan malam tadi."
"Ih Flo. Itu mah kewajiban kamu kali masakin buat aku."
Flo garuk-garuk kepala bingung. Hadiah apa ya yang cocok untuk Josh.
Kalau barang pastilah tak perlu. Apa yang tak bisa dibeli oleh seorang Ceo.
Aha!
"Josh."
"Hm?"
"Flo, udah punya hadiahnya."
"Oh ya. Mana?"
"Tutup mata."
Josh menurut dan langsung menutup matanya.
Kini Flo yang nampak bingung. Diberikan tidak ya. Tapi Josh sudah tutup mata. Kasihan Josh.
"Flo "
"Tunggu dulu bawel."
Flo bersiap di sana. Jantungnya berdetak kencang sekali. Ini pertama kalinya dari hidup Flo.
Wajah Flo ia dekatkan pada wajah Josh. Flo menahan nafas. Kenapa Josh dengan mudah melakukan ini sementara dirinya sulit sekali sih.
Josh menunggu dan masih menunggu. Hingga ia tersentak karena merasakan benda kenyal menempel di bibirnya. Sontak Josh membuka mata. Dan melihat Flo sedang MENCIUM BIBIRNYA!
Jantung Josh serasa mau meledak. Ciuman pertama yang diberikan oleh Flo langsung. Bukan ciuman paksa seperti yang mereka lakukan selama ini.
Ini lembut. Penuh penekanan karena rasa grogi. Josh tahu itu karena ia bisa merasakannya. Flo berusaha keras melakukan ini.
Terima kasih Flo. Ciuman mu sungguh berarti untuk Josh!