"LANGIT DELANGGA! ITU PASTI KAMU KAN?"
Cowok yang merasa terpanggil dengan nama itu pun menengok secara perlahan. Setelah melihat siapa yang memanggilnya, dia lantas nyengir kayak kuda.
"Eh Ibu, assalamualaikum, sehat Bu?"
Pluk!
Sebuah geplakan melayang dengan begitu ringan mengenai kepala cowok tersebut. Coba tebak, dia Langit atau malah kembarannya—Sky?
"Jangan basa-basi! Kamu pasti telat kan?" tanya guru dengan make up menor serta memakai rok dengan balahan hampir setengah paha itu.
Sambil terus mengusap kepalanya, cowok itu menjawab, "Ish, ibu mah kasar kayak Bundel! Lagian ibu salah manggil orang, saya Sky Bu, Sky! Bukan Abang Langit! Enak aja ganteng-ganteng gini disamain sama manusia kutub."
Sky terus membeo karena tidak terima disama-samakan dengan Abangnya.
Guru tersebut memutar kedua bola mata malas. "Terserah! Mau kamu Sky atau Langit kalian sama saja! Siapa suruh punya muka mirip."
"Namanya juga kembar."
"Pakai acara ngejawab lagi!" bentak guru tersebut sambil melotot tajam. "Jadi benar kan, kalau kamu terlambat?"
Dengan polos Sky menggeleng. "Jangan suudzon, Bu, dosa. Ayo istighfar, astagfirullah haladzim."
Pluk!
"Kok kamu jadi sok ngajarin saya? Saya itu tanya, kamu bolos apa tidak! Sky Delangga!" geramnya.
Sementara Sky sudah harus menerima geplakan nikmat sekali lagi di kepalanya. Memang benar-benar punya dendam apa guru sejarah satu ini, suka sekali menggeplak kepala Sky. Sky tau Sky imut, tapi ya nggak gitu juga cara mainnya.
Oke balik lagi.
"Demi Bu, Sky tuh nggak terlambat, Sky sudah masuk kelas, tapi tiba-tiba ada yang ketinggalan di mobil, mangkanya Sky mau ambil sekarang," alibinya dengan wajah yang dimelas-melaskan.
"Saya tidak percaya! Mana buktinya kalau kamu nggak ngibul?"
Sekarang Sky mendadak bingung harus menjawab apa. Melihat gayanya yang gelagapan kayak maling k****t yang tertangkap basah, guru tersebut pun langsung berkacak pinggang sambil menaikkan sebelah alisnya tinggi-tinggi.
"Tidak bisa menjawab kan?" tanyanya.
"Emm ... itu Bu, anu."
"Itu anu itu anu! Ikut saya sekarang!"
Seketika kedua bola mata Sky membulat sampai rasanya mau copot. Bagaimana tidak, guru sejarah itu menarik kupingnya dengan amat kencang. Tanpa ampun beliau menyeret Sky dan mengajaknya ke perpustakaan sekolah. Murid-murid lain yang masih ada di depan kelas hendak olahraga pun jadi memberi perhatian kepada Sky. Siapa memang di SMA Kencana ini yang tidak kenal dengan sosok murid bengal bernama Gabriel Sky Delangga? Si buaya kepala merah kalau kata siswi di sini. Habis semua cewek SMA Kencana pernah menjadi kekasih Sky.
"Aduh! Ampun Bu ampun!"
"Duhhh bisa-bisa ini kuping saya lepas beneran Bu, nanti kalau Bunda manggil saya nggak dengar terus saya digetok pakai sutil emang Ibu mau tanggung ja—aduh, iya iya nggak banyak omong!"
Puas membuat Sky diam, sekarang keduanya berjalan memasuki perpustakaan. Jeweran pada telinga Sky juga telah dilepas. Kini cowok itu sibuk menggosok-gosok telinganya yang sudah sangat merah kayak kepiting rebus.
"Kamu lihat rak yang ada di sana?" tunjuk guru sejarah kepada pojok perpustakaan di mana ada sebuah rak kosong yang agak berdebu.
Sampai sini firasat Sky sudah tidak enak.
"Di sana juga ada tumpukan buku-buku baru, jadi tugas kamu, susun semua buku-buku itu ke dalam rak, untuk urutannya kamu bisa tanya ke petugas perpus, paham Sky Delangga?"
Dengan sangat amat terpaksa Sky menganggukkan kepalanya. Daripada kena jewer lagi kan?
"Paham Bu!"
"Ini hukuman buat kamu agar nggak langganan terlambat terus! Sudah kelas dua belas bukannya memperbaiki sikap, sudah cepat kerjakan nanti baru masuk kelas."
"Iya," jawab Sky lesu.
Setelah guru sejarah itu pergi, Sky menghela napasnya kasar. Ya begini nasib seorang Sky kalau tidak berangkat bareng Langit. Pasti telat, s****n memang salahkan dirinya yang sulit bangun pagi. Sebenarnya tidak terlalu sulit juga, hanya saja kemarin Sky habis main PS sama Langit sampai diri hari, hasilnya Sky telat tidur dan pagi tadi kesiangan. Coba kalau tadi Bundanya tidak teriak marah-marah mungkin Sky sudah bolos sekolah sekarang.
"Yaelah Sky Sky gini amat nasib anak ganteng," gerutunya.
Dengan gontai, Sky berjalan menuju pojok perpustakaan. Dilihatnya dengan nanar banyaknya buku serta debu di sana. Kalau begini kapan bisa selesai, pikirnya. Ini mah kelewat banyak! Ada dua dus besar berisi buku yang harus Sky tata. Gila memang.
Sky langsung meletakkan tasnya, saat akan mengambil kemoceng, tiba-tiba ponsel dalam saku celananya bergetar, ada sebuah chat masuk dari Langit. Kening Sky menyerngit saat membaca isinya.
Abang Langit :
|UKS|
Chat macam apa ini? UKS? Kenapa dengan UKS, kebakaran? Langit memang dingin tapi apa soal chat juga harus sesingkat ini sampai Sky saja tak paham maksudnya.
Gabriel Sky :
|Abang ganteng, jari lo ada sepuluh totalnya, bisa mengetik agak panjang nggak? Ade tidak paham maksud Abang ini apa-_-|
Abang Langit :
|Pusing, UKS cpt|
Bunuh Abang sendiri dosa nggak?
Gabriel Sky :
|Pusing apa sih Bang? Lo pusing? Lo ada di UKS? Ceritanya gue harus ke UKS sekarang nih?|
Abang Langit :
|Hm|
Gabriel Sky :
|Allahu! Abang siapa sih rasanya pengen nendang aja ke Mars! Yaudah iya gue ke sana tunggu! Jangan mati dulu|
Sambil misuh-misuh karena geram, Sky lalu kembali mengantongi ponselnya dan bersiap pergi. Namun tunggu dulu, baru dua langkah Sky kembali berhenti. Cowok itu baru ingat satu hal, dia kan lagi dihukum?
"Ck, apalah Abang ini nggak tau apa gue lagi dapat tugas negara?"
Sky kembali mengeluarkan ponselnya.
Gabriel Sky :
|Maap Bang, gue lagi dihukum anjir sekarang. Gara-gara lo sih nggak nungguin gue tadi, jadi gue berangkat telat terus kepergok dan dihukum deh sekarang suruh beresin perpus. Gimana dong?|
Abang Langit :
|Ydh g ush|
"Astagfirullah, dosa apa punya Abang kayak dia," ujar Sky sambil mengelus dadanya berusaha sabar menghadapi manusia kutub satu ini. Tapi kalau Sky tidak ke UKS terus siapa yang ngurus Abangnya?
"Aduh adek bingung!"
Gabriel Sky :
|Lo bilang temen lo ngapa Bang, kan banyak tuh, minta tolong mereka aja ya? Demi Bang bukan gue nggak mau, cuma kalau gue tinggal nih hukuman yang ada gue dihukum lebih berat, lo sembuh ntar gue yang meninggoy kecapean, maap ya Bang :( |
Abang Langit :
|Udh|
Gabriel Sky :
|Udah? Udah apa? Udah ada yang bantuin? Siapa?|
Abang Langit :
|Galaksi|
Gabriel Sky :
|Nah bagus! Yaudah deh, cepat sembuh Abangku sayang, muach :3|
Read.
Mau mengumpat tapi takut dicap adik durhaka. Rasanya Sky ingin hilang saja dari muka bumi. Sudah sok romantis malah diread doang, dasar Abang!
"Dahlah mending gue cepet kelarin semua ini," ucap Sky masih tidak percaya jika harus membereskan semua ini.
****
"Udah ya, cuma tiga buku ini doang kan yang harus gue cari?" Claudia bertanya yang kemudian mendapat anggukan serentak dari kedua temannya.
"Iya, Clau, cari tiga itu aja dulu, nanti kalau referensinya kurang tinggal nambahin," balas Rena.
Salsa juga menyetujui ucapan Rena. "Iya, lo cari aja tiga itu dulu."
"Oke deh, gue ke perpus dulu ya kalau gitu, lo berdua ngetik jangan taunya gibah mulu. Awas aja kalau gue balik kalian belum dapat apa-apa," ancam Claudia.
"Iya Clau, tenang aja bakalan cepat kelar kalau kita yang ngetik, ya kan Ren?"
Dengan cepat Rena mengangguk. "Pasti! Udah sana cari buku."
Meski agak curiga dengan kedua temannya, tetap Claudia harus percaya. Masalahnya tugas ini adalah tugas kelompok dan mau tidak mau mereka harus bagi tugas. Rena dan Salsa bagian ngetik lalu Claudia cari buku.
Seusai itu, Claudia langsung berjalan keluar kelas. Kelasnya saat sedang ada jam kosong, jadilah dia yang kedua temannya memilih untuk nyicil tugas. Sedang murid yang lain ada yang ngerumpi, main game, macam-macam lah ada semua di kelas Claudia. Bahkan review make up pun ada. Belum saja mereka kena razia.
Tidak butuh waktu lama untuk Claudia sampai di perpustakaan, tempatnya tak terlalu jauh. Dengan mulut yang berkomat-kamit menghafal buku apa saja yang harus Claudia cari, gadis itu mulai masuk ke dalam. Disapanya dengan sopan staf yang menjaga perpustakaan. Kini Claudia mulai mencari apa yang dia butuhkan.
"Yang ini bukan sih?" gumam Claudia bertanya kepada dirinya sendiri.
"Apa yang ini?"
Bingung sekali Claudia kalau disuruh milih buku tuh.
"Ck, ambil dua-duanya lah!"
Setelah mendapat dua buku, Claudia kembali berjalan menyusuri tiap rak perpustakaan. Dengan jeli matanya mencari-cari di bagian buku biologi. Claudia tengah mencari sekumpulan buku yang berkaitan dengan adanya evolusi.
"Nah! Ketemu," lirih gadis itu dengan girang. Tak sulit sebenarnya cuma haru teliti saja mencarinya.
"Masih kurang satu nih, di mana ya? Kata Rena ada tapi ini? Gue udah muter-muter nggak ketemu juga!" sambil terus menggerutu kesal, Claudia tetap berjalan membaca tiap judul buku yang terlihat oleh matanya.
Entah mungkin terlalu fokus dengan rak atau apa, Claudia sampai berjalan mundur, tidak tau saja gadis itu sedang ada makhluk apa di belakangnya yang tengah joget-joget sambil memegang kemoceng. Dia sudah seperti penyanyi profesional, tapi mulutnya hanya gerak tanpa suara. Ckck miris sekali memang, coba saja bersuara dikit kalau nggak auto ditendang dia sampai Zimbabwe.
Bruk!
"Aw!"
"Aduh!"
Tuhkan! Baru juga dibicarakan sudah kejadian saja. Habis jatuh berserakan semua buku yang Claudia bawa.
"Eh sorry-sorry, nggak sengaja," ujar si cowok dengan muka cemong penuh debu.
Dibantunya si cewek memunguti buku-buku tersebut.
"Ck, gimana sih!"
"Maaf ya aduh gue bener-bener nggak—masyaallah, cantiknya. Bidadari nyasar ya neng?"
Pluk!
Langsung saja cowok itu mendapatkan geplakan kasar dari Claudia. Kalau dihitung-hitung, ini sudah tiga kali kepalanya kena geplakan oleh orang-orang.
Sambil meringis, Sky menatap Claudia. Satu yang bisa Sky simpulkan, Claudia itu cakep-cakep galak. Macam Bunda.
"Lo lihat apa sih kalau jalan sampai nabrak gini, Sky?!" marah Claudia.
Bukannya marah balik, Sky malah kagum. Bukan, bukan karena marahnya tapi karena nama siapa yang cewek itu panggil di akhir kalimatnya.
"Lo tau nama gue?"
Lantas Claudia memutar kedua bola matanya malas. Apa-apaan cowok ini, memang siapa yang tidak kenal dengan seorang cowok paling playboy diantara kumpulan playboy lainnya. Kalau ada suatu kerajaan cowok player macam Sky, mungkin cowok itu akan jadi rajanya.
"Bukan anak Kencana kalau nggak kenal lo, Sky," begitu jawab Claudia.
Jujurly, Sky tersanjung. Padahal Sky tidak tau siapa gadis cantik nan manis ini, tapi si dia ini, malah kenal dirinya, dan apa tadi dia bilang? Bukan anak Kencana kalau belum mengenalnya? Astaga, Sky harusnya peka kalau dirinya memang sefamous itu. Bukannya kayak Langit yang nongol aja jarang.
"BWAH—OUMMP!"
Claudia melotot. "Jangan berisik! Emang lo mau di usir hm?"
Masih dengan tangan yang menutupi mulutnya, Sky menggeleng. Ketika sadar, Claudia langsung menjauhkan tangannya, lanjut dia memalingkan muka saat Sky malah senyum-senyum kayak orang gila.
"Cantik, boleh kenalan nggak? Kalau enggak boleh juga nggak pa-pa sih, karena siapapun nama lo, nanti juga bakal gue panggil sayang, kiw!" ujar Sky menggoda sambil mengerlingkan mata genit.
Sudah Claudia duga, meski baru pertama kali ini dia bertemu dan bertegur sapa secara langsung dengan Sky, Claudia sama sekali tidak kaget. Sudah paham diluar kepala dengan isi otak cowok yang tidak bisa jauh-jauh dari cewek ini.
"Udahlah, nggak penting lo tau nama gue siapa, gue mau lanjut cari buku, awas!"
Disuruh minggir, Sky pun nurut dan memberi Claudia jalan.
"Menurut gue penting tau nama lo, khususnya nama lengkap sekalian nama bokap, biar nanti kalau baca ijab kabul nggak kagok, jiaakkh!"
Astaga masih saja. Claudia pun kembali memutar kepalanya menatap Sky dengan tajam. Sementara Sky yang ditatap seperti itu hanya cengar-cengir. Sumpah Sky kayak orang bodoh sekarang, sudah mukanya cemong, banyak gaya pula. Dia pikir dia ganteng? Haha, ganteng banget lah! Sky Delangga gitu loh.
"Sekali lagi lo berusaha gombalin gue, gue timpuk pala lo pakai buku, mau?" ancam Claudia yang sama sekali tak membuat Sky takut.
"Nggak pa-pa, asal pelan aja. Bukannya gimana-gimana, ya kali kan belum satu atap udah kdrt kan nggak worth it."
"Demi apapun Sky! Ternyata lo lebih nyebelin ya dari cerita orang-orang!"
"Percaya deh yang sudah tau gue siapa tapi nggak mau kasih tau dirinya sendiri siapa."
Dengan helaan napas kasar, Claudia mengulurkan tangannya. "Claudia, nama gue Claudia Anaya, puas? Sekarang lo sudah tau gue dan jangan ganggu gue lagi!"
Sky membalas uluran tangan Claudia, tapi sayangnya hanya sebentar. Tidak apa-apa yang penting udah pernah pegang.
"Cla-u-di-a. Oke catat! Cewek cantik dengan kalung awan jangan sampai lepas."
"Terserah!"
Claudia telah beranjak pergi, sedangkan Sky masih diam di tempat sambil meremas kemoceng di tangannya dengan kuat. Sebenarnya lihat apa Sky di sekolah ini? Bisa-bisanya gadis secantik Claudia terlewatkan begitu saja.
"You're mine Clau, only mine! Not others."