“Delete message? Yes!” —n****+ Resign— *** Keesokan harinya, Naya datang ke kampus dengan keadaan mata yang sembab sesembab sembabnya. Alasannya sudah jelas! Semalaman ia menangisi Davi. Menangisi kebodohannya dan menyesali semua keputusannya. Kenapa Davi harus menolongnya di mini market, mengiriminya laptop, menatapnya di tempat futsal, dan mengirimnya surat? Kenapa cowok itu selalu menjadi malaikat penolongnya? Hal itu membuat pendirian Naya benar-benar goyah. Membuat perasaannya semakin tertuju pada Davi dan di saat dirinya tidak mampu menahannya lagi, cowok itu memutuskan untuk benar-benar pergi. Naya masih ingat jelas bagaimana cowok itu mengatakan masih sangat menyayangi tapi tidak bisa kembali. Ia juga masih sangat hafal bagaiman cowok itu mengatakan akan membuka hatinya untu