Chapter 11. Cemburu

1028 Words
Alika terus menangis saat mengingat kejadian yang baru saja dilihatnya. Harusnya aku mengetuk pintu dulu tadi, kalau tau akan ada hal yang menjijikan seperti itu lebih baik aku menunggu Pak Nathan keluar, gumamnya dalam hati. Ehem! Terdengar suara batuk yang mengagetkan Alika, dia mengangkat wajahnya ke atas melihat siapa orang yang berdiri di depannya. "Selamat siang Pak, ada yang bisa Saya bantu?" sapa Alika saat melihat pria tinggi dan tampan dihadapannya. "Apa Nathan ada di ruangannya?" tanya lelaki tampan itu. "Emm, Pak Nathan sedang ada tamu," jawab Alika gugup. "Boleh Saya masuk?" tanya lelaki tadi. Alika terdiam bayangan tentang kecupan mesra yang sempat ia lihat tadi masih terekam jelas, entah sedang apa Nathan dan Nadine sekarang. "Maaf, kalau boleh tau apa Anda sudah buat janji sebelumnya?" tanya Alika menelisik. Sebenarnya dia hanya mengulur waktu menunggu Nadine keluar dari ruangan Nathan. "Tolong telepon dia, bilang kalau Ethan mau bertemu!" titah pria tampan yang ternyata adalah Ethan abang Nathan. "Oh, Pak Ethan. Tunggu sebentar ya Pak!" Alika bergegas menghubungi Nathan. Nama Ethan terdengar tidak asing di telinganya. Kalau tidak salah dia ini abangnya Pak Nathan, batinnya. "Apa Saya sudah boleh masuk?" tanya Ethan saat Alika sudah menutup teleponnya "Bol-boleh, Pak," sahut Alika. Ia mengagumi ketampanan Ethan dan sikapnya yang sangat ramah, jauh berbeda dengan Nathan. Apa benar mereka kakak beradik? Alika mengerutkan kening. Tak lama setelah Ethan masuk ke dalam ruang kerja Nathan. Tiba-tiba Nadine keluar dengan wajah yang muram. Bukannya mereka habis b******u mesra, kenapa wajahnya jadi cemberut seperti itu, batin Alika. "Hey, apa kamu pernah melihat ada wanita yang datang ke sini menemui Nathan?" tanya Nadine, memastikan kalau Alika tak berbohong. "Nggak ada Mbak, Saya berani sumpah!" sahut Alika cuek. "Yakin?" ulangnya lagi. "Saya, Yakin!" "Kalau gitu, tolong kasih tau aku kalau ada sesuatu yang mencurigakan tentang Bos kamu itu ya! Tenang, aku pasti kasih kamu tanda terima kasih nanti," bisik Nadine memecah konsentrasi Alika yang sedang sibuk mengecek berkas. Nadine menunjukan beberapa foto tas branded keluaran terbaru. Melihat harganya saja sudah membuat Alika insecure. Entah apa tujuan Nadine sebenarnya. Apa dia mau menyogok-ku, batinnya. Alika masih menyibukkan diri berharap Nadine segera pergi dari hadapannya, ternyata Nadine justru menyuruh Alika memilih salah satu tas branded yang diperlihatkannya. "Kamu pilih salah satu tas yang kamu suka! Kalau kamu berhasil mendapatkan informasi tentang Mas Nathan, aku akan belikan tas mahal ini untukmu sebagai hadiah." Benar saja apa yang dipikirkan Alika, ternyata Nadine berniat menyuapnya agar ia mau memata-matai Nathan. "Maaf, tapi sebaiknya Mbak nggak usah melakukan semua ini. Kalau memang Pak Nathan masih mencintai Mbak, dia pasti tidak akan berkhianat atau meninggalkan Mbak," sahut Alika tanpa melihat Nadine sama sekali. Pesona Nathan memang luar biasa, wanita secantik Nadine saja sampai tergila-gila padanya bahkan ia kelihatan sangat takut kalau sampai ditinggalkan Nathan. Apa mungkin dia sudah hamil. Pikiran liar Alika mulai mengaduk hati dan perasaannya. "Okeh, aku percaya Nathan sangat mencintaiku lebih dari apapun! Aku yakin tidak ada wanita manapun yang bisa merebutnya dariku!" Nadine sangat percaya diri. Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nadine membuat Alika merasa pusing, beberapa kali ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku ini sebenarnya siapanya, Pak Nathan?" gumam Alika pelan, lalu kembali menyandarkan kepalanya di meja dan menangis. "Alika! Masuk ke ruangan, Saya!" titah Nathan dari dalam telepon. Alika berdiri sambil mengusap air matanya, wajahnya masih terlihat cantik walau riasannya sudah terhapus air mata. "Ini berkas yang tadi, Pak." Alika meletakkan tumpukan berkas ke atas meja kerja Nathan. "Ini sekretaris baru kamu? Cantik juga," goda Ethan. Alika menoleh, lalu tersenyum. "Siang, Pak Ethan," sapa-nya ramah. Ethan tak melepas pandangan kagumnya pada Alika sambil menyeringai. "Tugas kamu selesai, kamu boleh keluar sekarang!" titah Nathan wajahnya tampak tak senang mendengar Ethan menggoda Alika. "Tunggu!" terdengar suara Ethan menahan Alika yang sudah membuka pintu. Alika mengarahkan pandangannya pada lelaki tampan yang sedang duduk santai di sofa. "Saya juga mau keluar," ucapnya pelan saat sudah berada di dekat Alika. "Alika! Cepat kesini! Ini apa-apaan? Kamu yakin sudah mengecek ulang berkas ini!" tanya Nathan. Alika mengerutkan kening tak mengerti apa maksud bosnya mengatakan itu. Seingatnya dia sudah benar-benar mengecek semua berkas tanpa ada yang terlewat. Ethan akhirnya keluar lebih dulu. Ia menunggu Alika di luar pintu karena ingin mengajak Alika makan siang. Dari awal melihat Alika, ia sudah memiliki ketertarikan pada wanita cantik itu. Alika adalah tipe wanita idaman Ethan. Alika berjalan mendekati Nathan, lalu duduk dan memeriksa lembar demi lembar berkas dengan penuh konsentrasi. "Jangan salah paham soal kedekatan aku dan Nadine tadi! Kita berdua sudah putus," terang Nathan pelan. Bergegas Alika merapikan kembali semua berkas. Alika sudah yakin tidak ada kesalahan di semua berkas itu, ini semua hanya akal-akalan Nathan. "Maaf Pak Nathan, kalau memang tidak ada kesalahan dalam pekerjaan Saya. Apa boleh Saya keluar? Ini sudah jam makan siang," ketusnya. Nathan memegang tangan Alika, "Tak ada siapapun disini. Saya ini suami kamu!" desisnya. "Tapi ini di kantor, Saya takut ada yang melihat!" ketus Alika lalu melepaskan genggaman tangan Nathan. "Yang berhak mengatakan itu Saya! Bukan kamu!" Nathan berdiri lalu berjalan mendekati Alika. Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu, yang sekaligus menghentikan perdebatan mereka. "Masuk!" teriak Nathan. "Apa aku boleh meminjam sekretaris mu sebentar?" tanya Ethan. Ternyata dia belum pergi dari kantor Nathan. Ethan memang lelaki keras kepala, saat dia sudah merasakan ketertarikan pada wanita dia akan terus mengejarnya tanpa melihat siapa wanita itu, dan darimana asal-usulnya. Hati Nathan mulai merasa tak nyaman, dia menyadari kalau Ethan menyukai Alika. Itu sebabnya Nathan membuang jauh ego dan gengsinya, lalu dia mengakui kesalahannya pada Alika. Semua sudah terlambat, Mas! batin Alika. "Maaf Pak. Ini sudah waktunya makan siang." Alika berjalan keluar ruangan menemui Ethan. "Apa Pak Ethan butuh bantuan, Saya?" tanyanya sambil menyeringai. "Temani aku makan siang!" pinta Ethan dengan wajah yang tersenyum cerah, baru kali ini dia bisa menang soal wanita dari Nathan. Hati Nathan menjadi tak tenang, di dalam ruang kerjanya dia menggerutu kesal. "Sial, kenapa dia selalu berusaha mengambil apa yang aku punya!" gerutu Nathan, lalu bergegas mengejar Alika keluar ruangan. Namun, Nathan terlambat Alika dan Ethan sudah keluar gedung berdua. Entah kemana tujuan mereka yang pasti kepala dan hati Nathan terasa panas karena terbakar api cemburu. Malam ini kamu nggak akan bisa lepas dariku! batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD