Part 2 (d)

1333 Words
            “Baiklah, mari kita lupakan kesedihan ini. Sekarang waktunya untuk merayakan keberhasilan yang kami dapatkan karena dirimu, Syahquita. Selama puluhan tahun aku menantikan ramalan mengenai dirimu.” Tambah Grasella.             “Ramalan? Diriku?” Lagi-lagi Syahquita dibuat terkejut oleh Grasella lantaran dirinya tak mengetahui apapun mengenai ramalan ataupun hal lainnya dari tempat ini.             “Never mind. Tetapi cepat atau lambat kau akan mengetahuinya. Dan saat itu terjadi aku berdoa agar dirimu senantiasa baik-baik saja.” Ucap Grasella menyisahkan tanda tanya besar dalam kepala Syahquita.             “Kau tak perlu mengkhawatirakan atau menanyakan hal itu, Syahquita. Karena perlahan-lahan kau akan mengetahuinya. Bersabarlah dan berani.” Tambah Grasella.             Saat Grasella berbicara, mata Syahquita tertuju pada dua orang wanita yang tadi ikut dengannya dan Grasella saat mencari mahkota hutan ini, mereka datang dari arah belakang Grasella. Sorot pandang mata Syahquita membuat Grasella penasaran hingga menolehkan pandangannya ke arah belakangnya, salah satu wanita itu membisikkan sesuatu ke telinga Grasella.             “Oke, terima kasih.” kata Grasella pada wanita yang membisikkannya sesuatu.             Salah satu wanita lainnya memberikan kurang lebih lima belas tangkai bunga anggrek hitam Papua dan satu kantong kain berwarna hitam ke Grasella. Kedua wanita itu undur diri dari hadapan pemimpin sekaligus teman mereka.             Grasella mengarahkan pandangannya ke Syahquita, ia tersenyum lalu memberikan tangkai-tangkai anggrek hitam Papua kepada Syahquita, “Ambillah, anggap ini sebagai ungkapan terima kasih kami padamu, Syahquita.”             Dengan raut wajah tak percayanya Syahquita menerima bunga itu dari tangan Grasella, “Tapi ini sangat banyak, Grasella.”             “Tidak apa-apa. Yang kau lakukan pada kami ini sangat luar biasa, Syahquita. Jika bukan karenamu maka kami tidak akan pernah menemukan mahkota kedua hutan ini.” kata Grasella.             “Dan ya, ini juga ada biji bunga anggrek hitam untukmu. Mungkin kau akan membutuhkannya suatu hari nanti jadi kau bisa mendapatkannya dengan mudah.” lanjut Grasella memindah tangankan kantung kain berwarna hitam ke tangan Syahquita.             Syahquita menatap kantung di tangannya dan Grasella secara bergantian, “Tapi, Grasella ini..”             “Semua untukmu, Syahquita. Tanamlah bunga ini agar tanaman ini tidak menjadi langka lagi. Walaupun untuk menanamnya tidak mudah, kau harus ekstra hati-hati dan bersabar.” ucap Grasella.             Syahquita terdiam menatap dalam wajah manis Grasella, ia tak menduga hal ini sebelumnya. Apa yang Grasella berikan padanya melebih ekspektasinya, ia hanya mengharapkan bunga anggrek hitam satu atau dua tangkai saja tapi yang diberikan sudah lebih dari cukup.             “Grasella, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Kau dan kawananmu sangat baik padaku, apa yang kau berikan melebihi permintaanku. Terima kasih banyak atas kebaikan hatimu dan kawananmu.” ucap Syahquita berkaca-kaca.             “Dan terima kasih atas bantuan yang kau berikan pada kami, Syahquita.” sahut Grasella.             “Sama-sama. Hmm Grasella, apa keberatan jika kau mengantarkanku kembali ke home stay?” tanya Syahquita.             “Tentu tidak. Aku yang membawamu ke tempat ini dan aku juga yang harus mengembalikanmu ke tempatmu.” kata Grasella.             Grasella memegang tangan kanan Syahquita, perlahan hembusan angin dapat Syahquita rasakan dan dirinya kembali berada di dalam angin besar bersama Grasella serta kedua temannya. Angin badai membawa mereka semua ke dekat home stay Syahquita.             “Grasella, aku ucapkan terima kasih banyak padamu dan mereka berdua.” ucap Syahquita.             “Delince dan Yemima.” ujar Grasella memperkenalkan wanita di sisi kanan dan kirinya kepada Syahquita.             Syahquita mengulurkan tangannya ke teman Grasella yang berada di sisi kanannya, “Syahquita Valdez Campbell, panggil saja Syahquita.”             “Delince Magai.” kata wanita itu menjabat hangat tangan Syahquita dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Grasella.             Syahquita melepaskan jabatan tangannya dan mengarahkan tangannya ke teman Grasella yang satunya lagi, “Syahquita.”             “Yemima Pekei.” katanya menjabat hangat tangan Syahquita.             “Senang berkenalan dengan kalian bertiga.” ucap Syahquita melepaskan jabatan tangannya dan menatap satu per satu ketiga wanita di hadapannya.             “Kami juga, Syahquita.” sahut Grasella.             “Baiklah, kalau begitu aku permisi.” pamit Syahquita namun dicegah oleh Grasella.             Syahquita memperhatikan tangan Grasella yang menahan tangannya, “Ada apa?”             “Dalam adat kami sebelum pergi harus memberikan salam perpisahan terlebih dahulu.” jawab Grasella.             Syahquita membenarkan posisinya saat ini berdiri sempurna di depan ketiga wanita itu. Grasella mendekatkan tubuhnya ke tubuh Syahquita lalu menempelkan keningnya ke kening Syahquita, Grasella mencengkram bahu kanan Syahquita dan meminta Syahquita mencengkram bahu kirinya.             “Terima kasih, Syahquita. Semoga kita bisa bertemu di lain kesempatan.” ucap Grasella pelan.             “Aku harap seperti itu.” sahut Syahquita.             Grasella memundurkan keningnya dari kening Syahquita dan melepaskan cengkraman pada bahu Syahquita. Grasella membiarkan kedua temannya menyampaikan salam perpisahan mereka kepada Syahquita, kedua wanita itu melakukan hal yang seperti yang dilakukan oleh Grasella secara bergantian.             Syahquita terharu diperlakukan seperti itu oleh ketiga wanita penjaga hutan, rasa kekeluargaan begitu terasa dari diri ketiga wanita itu saat melakukan salam perpisahan. Ketiga wanita itu memundurkan tubuh mereka beberapa langkah dari posisi Syahquita sekarang.             “Sampai jumpa di lain waktu, Syahquita.” Grasella melambaikan tangannya kepada Syahquita.             “Sampai jumpa Grasella, Yemima dan Delince. Aku akan merindukan kalian dan hutan indah kalian.” sahut Syahquita.             Hembusan angin di tempat Syahquita berdiri terasa memelan dan begitu kencang di posisi ketiga wanita itu. Perlahan-lahan hembusan angin membawa tubuh ketiga wanita itu pergi dan menghilang dari pandangan Syahquita.             Setetes air mata jatuh di sudut mata kiri Syahquita setelah ketiga wanita itu pergi, ia menghapus air matanya lalu memutar tubuhnya. Syahquita terdiam di tempatnya berdiri karena mendapati Albert sedang termenung di tangga depan home stay. Ia berjalan cepat untuk menghampiri suaminya.             “Al, ada apa?” tanya Syahquita.             Albert mengangkat pandangannya lalu beranjak dari duduknya, ia tidak percaya dengan apa yang ada di depan  matanya saat ini. Albert langsung memeluk erat istrinya yang menghilang tanpa jejak sejak semalam.             “Kau dari mana saja, Syah?” lirih Albert tanpa melepaskan pelukannya.             Syahquita membalas pelukan itu, ia mengusap pelan punggung Albert, “Aku, hmm habis dari hutan tempat tinggal para penjaga hutan.”             Dapat Syahquita rasakan sesuatu membasahi bahunya, ia sedikit ragu jika itu air mata suaminya. Syahquita mendorong tubuh Albert sedikit menjauh dari dirinya, ia memperhatikan baik-baik wajah suaminya terutama mata suaminya yang lembap karena menangis.             “Hei, ada apa? Mengapa kau menangis?” Syahquita mengusap bagian kepala Albert hingga berakhir di pipi kiri suaminya.             “Ke mana kau pergi? Aku mencarimu sejak semalam hingga siang ini. Kau pergi tanpa meninggalkan jejak untukku.” lirihnya dalam isak.             “Oh my.. Aku mohon jangan menangis, aku hanya pergi sebentar saja, sayang.” kata Syahquita menghapus air mata dari wajah Albert.             Syahquita menarik tangan Albert dan menuntunya memasuki rumah, ia mendudukan suaminya di kursi ruang makan. Syahquita meletakkan tangkai-tangkai bunga beserta kantung kain di atas meja makan, ia berlalu untuk mengambil segelas air untuk suaminya.             Syahquita meletakkan satu gelas air di depan suaminya, ia mengambil tempat di sebelah Albert, “Aku minta maaf karena tak memberitahumu, sayang. Mereka datang mendadak dan aku tak sempat meninggalkan pesan untukmu, ponselku pun tertinggal di kamar.”             “Mereka?” Albert terdiam saat mendengar penjelasan dari Syahquita.             Syahquita mengangguk pelan, “Iya, penjaga hutan dan kawanannya. Mereka datang ke home stay dan membawaku ke tempat mereka.”             “Apa yang mereka lakukan padamu? Dan baju apa yang kau kenakan ini?” tanya Albert lagi menghapus coretan putih di wajah istrinya.             “Mereka tidak melakukan apapun padaku. Mereka hanya meminta bantuan dariku dan mereka juga memberikan aku bunga beserta bijinya. Dan ini pakaian beserta riasan kepala khas Papua.” jawab Syahquita.             Albert menghela napas pelan menatapi dalam-dalam manik mata istrinya, “Aku tidak mengerti lagi ada apa denganmu? Di setiap tempat yang kau datangi pasti ada seseorang yang meminta bantuanmu dan kau akan membantu mereka meski tak mengenal dengan baik.”             Syahquita menurunkan pandangannya dan tersenyum tipis, “Kita harus saling menolong dan tak peduli dengan perbedaan yang ada. Dan lihatlah hasil dari yang aku lakukan, kita tak perlu mencuri tanaman itu dari hutan. Grasella sendiri yang memberikannya padaku.”             “Grasella?” tanya Albert bingung.             Syahquita menepuk pelan dahinya, “Maaf aku lupa. Kau ingat dengan wanita yang kita temui di hutan?” tanyanya yang langsung mendapat anggukan dari Albert.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD