Part 2 (c)

1340 Words
            Syahquita memperhatikan pakaian adat yang ada di tubuhnya, sungguh ia merasa sangat takjub dengan pakaian tradisional itu, “Kau tahu, Grasella. Aku merasa terhormat memakai pakaian ini. Terima kasih.”             “Sama-sama, anggap saja itu sebuah hadiah khusus untukmu dari kami-penjaga hutan.” sahut Grasella.             “Apa acaranya sudah di mulai? Aku tak sabar untuk melihatnya.” riang Syahquita tak sabar dengan acara adat yang akan dilaksanakan.             Grasella menarik tangan Syahquita, membawanya keluar dari ebai dan berkumpul dengan kawanannya. Grasella dan Syahquita duduk di atas kursi anyaman yang sangat unik menurut pandangan Syahquita, ia memperhatikan sekelilingnya dan menyadari satu hal yang sedikit tak mengenakan baginya yaitu semua kawanan Grasella duduk di atas rerumputan sedangkan dirinya dan Grasella duduk di atas kursi.             Syahquita mendekatkan wajahnya ke telingan Grasella, “Mengapa hanya kau dan aku yang duduk di kursi ini?”             “Kau tamu spesial bagi kami, Syahquita. Dan aku, katakanlah aku pemimpin mereka. Bagi kaumku seorang pemimpin begitu di puja sejujurnya aku tak suka diperlakukan seperti ini tapi apa boleh buat jika aku duduk bersama dengan mereka maka mereka akan menganggap itu sebuah penghinaan.” bisik Grasella dengan nada tak mengenakan di akhir kalimat.             Syahquita memperhatikan raut wajah Grasella, ia sebetulnya pun tak mau duduk di atas kursi ini tapi ia juga tak mungkin melanggar aturan adat dari Grasella dan kawanannya.             “Aku sangat bangga padamu, Grasella. Meski kau pemimpin mereka tapi kau tak mau diperlakukan spesial.” kagum Syahquita menghibur Grasella yang terlihat murung setelah menjelaskan satu hal tak mengenakan hatinya.             Grasella tersenyum kecil kepada Syahquita, “Aku juga bangga padamu, Syahquita. Kau tak mengenalku ataupun kaumku tapi kau mau membantu kami.”             Syahquita mencengkram tangan Grasella pelan, “Tak peduli berapa lama kita kenal. Aku akan membantu siapapun yang membutuhkan bantuanku termasuk kau dan kawananmu.”             “Kau sangat baik, Syahquita.” puji Grasella.             “Kau datang ke hutan ini untuk mendapatkan anggrek hitam tapi saat kami meminta bantuanmu tanpa berpikir panjang kau menerimanya. Kau membantu kami dan melupakan segala tujuanmu datang ke tanah ini.” tambah Grasella.             Syahquita menundukkan pandangannya dengan tersenyum kecil, “Kau tahu, Grasella. Kau dan kawananmu telah membantuku dan menyelamatkanku dari pencurian anggrek hitam yang telah aku rencanakan. Bantuan yang kau berikan sangat berarti bagiku dan keluargaku. Bantuanmu mampu menyelamatkan hidup adik iparku, Grasella.”             “Terima kasih banyak atas kebaikan hatimu memberikan tanaman yang sangat berarti bagi hutan ini.” lanjut Syahquita menatap dalam mata hitam milik Grasella.             Sesaat terdengar suara gemuruh dari tifa dan atowo yang masing-masing ditabuh oleh tiga wanita, suara merdu dari fuu yang di tiup oleh dua orang wanita serta suara gemericik dari butshake yang dimainkan oleh beberapa wanita lainnya yang berhasil mengalihkan perhatian Syahquita. Telinga Syahquita disuguhkan alunan musik indah nan merdu yang belum pernah ia dengar sebelumnya, Syahquita memejamkan matanya dan memfokuskan apa yang didengarnya saat ini. Alunan musik itu membawa diri Syahquita seperti berada di alam bebas, menari bagaikan kupu-kupu yang mengudara.             Merdu sangat merdu alunan itu bahkan mampu membuat Syahquita melupakan semua hal yang ia hadapi saat ini, alunan musik itu menghipnotis Syahquita.             “Syahquita... Syahquita…” sapa Grasella mengguncangkan bahu Syahquita berkali-kali.             Syahquita membuka matanya dengan raut wajah terkejutnya, “Iya, ada apa?”             “Ada apa denganmu?” tanya Grasella.             Syahquita terdiam memandangi wajah Grasella, ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh teman barunya itu. “Apa maksudmu?”             “Kau memejamkan matamu dan tak bergerak sama sekali.” sahut Grasella.             Syahquita tersenyum malu sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal, “Kau tahu, Grasella. Alunan musik ini sangat merdu, aku terhipnotis dengan alunannya.”             “Jika begitu kau harus sering berkunjung ke hutan ini.” kata Grasella.             Syahquita mengangguk mantap dengan tatapan bersemangat. “Sangat ingin. Tapi jarak yang jauh tak memungkinkan aku berkunjung setiap hari.”             Grasella terkekeh mendengar perkataan Syahquita, “Kau tenang saja. Aku akan membawamu ke hutan ini melalui mimpimu.”             “Oh iya? Apa kau bisa melakukannya?” tanya Syahquita.             Grasella mengangguk cepat, “Tentu, sebagai penjaga hutan terlebih pemimpin mereka, aku diberikan anugerah yang tak dimiliki penjaga hutan lainnya. Salah satunya ya membuat angin besar untuk menakuti manusia yang ingin merusak hutan kami.”             ”Amazing!!! Pantas saja jika setiap kali kau datang atau pergi selalu ada angin yang sangat kencang bahkan sudah seperti badai.” seru Syahquita.             Berbicara mengenai penjaga hutan, Syahquita mengingat sesuatu yang dijaga oleh penjaga hutan. Ia sangat penasaran hubungan anggrek hitam itu dengan para penjaga hutan. Mengapa sampai mereka begitu ketat menjaga hutan serta bunga yang menjadi mahkota hutan tersebut.             “Hmm, Grasella. Apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu?” Tanya Syahquita ragu-ragu.             “Ya, tentu.” Sahut Grasella tanpa berlama-lama.             Syahquita terdiam sejenak memikirkan kata-kata yang pas untuk menanyakan rasa penasarannya. “Mengapa kalian begitu menjaga anggrek hitam yang ada di hutan ini?”             “Bunga itu memiliki kekuatan magis. Jika digunakan dengan benar bisa mendatangkan kesembuhan untuk berbagai penyakit atau menjadi penawar racun. Tapi apabila digunakan untuk hal yang tidak benar akan sangat fatal akibatnya.” Jawab Grasella yang justru menambah rasa penasaran Syahquita.             “Apa kehadiran kaum-mu di hutan ini berhubungan dengan penyihir hebat yang melarikan diri dari kejaran para musuhnya?” Tanya Syahquita lagi.             Grasella mengangguk pelan dan sedikit terkejut ketika dirinya menyadari jika wanita dihadapannya mengetahui asal dari anggrek hitam itu. “Ya, dan aku adalah keturunan terakhir dari penyihir itu.”             Mata Syahquita terbelalak, dirinya begitu tersentak dan merasa sedikit bersalah telah menanyakan hal tersebut. “I’m sorry, Grasella. I don’t know about that.”             “It’s okey. You don’t have to sorry. And ya, how you know about that?” Kini Grasella balik bertanya kepada Syahquita.             “Sebelum aku datang ke tempat ini, medikus ditempatku tinggal menceritakan tentang penyihir itu dan segala obat herbal milikinya termasuk anggrek hitam yang menjadi bunga incaranku.” Sahut Syahquita.             “Hmm dan bagaimana kau bisa tidak mengetahui letak hamparan anggrek yang baru saja kita temui tadi?” Tanya Syahquita membalikkan pertanyaan.             Grasella terdiam, pandangan matanya kini beralih ke arah depannya seakan mengenang kejadian bersejarah yang dialaminya. “Beratus tahun lalu, terjadi penyerangan di hutan ini yang dilakukan oleh para penyihir yang menjadi musuh nenek moyangku. Saat itu ibu-ku yang menjadi pemimpin ditempat ini. Mereka mengincar seluruh tanaman herbal dan salah satunya anggrek hitam.”             “Apakah mereka membutuhkan anggrek hitam seperti aku membutuhkan bunga itu?” Syahquita sedikit menyela perkataan Grasella.             Grasella menggeleng dengan raut wajah datar tapi sorotan matanya memancarkan kemarahan. “Tidak. Mereka hanyalah segelintir orang tak waras yang menginginkan anggrek hitam untuk membangkitkan para leluhur kejam. Dengan kata lain para penyihir itu ingin membangkitkan pemimpin mereka yang telah lama tiada agar memushankan seluruh penyihir putih dari dunia ini.”             “Penyihir putih?” Syahquita tidak mengetahui satu hal pun mengenai kata tersebut.             Grasella tersenyum kecil melihat ekspresi Syahquita yang sangat menggelikan karena ketidaktahuan dirinya. “Mereka adalah penyihir yang menggunakan kekuatannya untuk membantu orang seperti menyembuhkan penyakit atau hal baik lainnya. Tidak seperti para penyihir maniak itu yang menggunakan kekuatan mereka untuk menguasai dunia ini.”             Syahquita mengangguk-angguk pelan memahami penjelasan singkat yang diberikan oleh Grasella. “Dan apa para penyihir jahat itu mendapatkan anggrek hitam itu?”             “Tidak. Ibu-ku dan para tetua berhasil menyembunyikan bunga itu dari penyihir jahat dan tentunya kami-kami ini yang tersisa. Dengan sekuat tenaga kami mempertahankan tempat ini agar tidak jatuh ke tangan para penyihir b*****h itu. Orang tuaku dan para tetua kami tewas karena kehilangan banyak kekuatan saat melawan para penyihir kejam meski akhirnya kami memenangkan peperangan tersebut.” Ujar Grasella menundukkan pandangannya saat setelah berbicara.             “Dan itulah alasan mengapa anggrek hitam menjadi mahkota hutan ini. Selayaknya mahkota raja yang harus dijaga dengan segenap jiwa, kami juga menjaga bunga tersebut segenap hati dan jiwa ini.” Lanjut Grasella mengharukan hati Syahquita.             Syahquita meraih tangan Grasella lalu menggenggamnnya. “Aku minta maaf telah membuatmu mengenang kejadian kelam itu, Grasella.”             Grasella mengangkat kepalanya dan mengembangkan satu senyuman kecil kepada Syahquita. “Ini bukan salahmu. Terkadang disaat sedih aku kerap mengenang kejadian itu. Aku tidak bisa melupakan atau menghilangkan ingatan menyakitkan tersebut dari pikiranku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD