Part 1 (a)

1500 Words
            “Bagaimana persiapannya, sayang?” terdengar suara pria memasuki ruang utama kastil.             “Hampir selesai, Al. Di mana Ollie?” Syahquita tak mendapati Ollie dalam gendongan Albert saat memasuki ruangan itu.             “Dia bersama dengan Jessie dan Martha di taman.” jawab Albert.             Syahquita menghela nafas lega karena mengetahui Ollie berada di tangan yang aman, Albert mendekap istrinya dari belakang.             “Kau terlalu sibuk menyiapkan pesta dan melupakan aku.” bisik Albert.             Syahquita tersenyum saat mendengar bisikan Albert, ia mengusap wajah suaminya yang berada di sisi kanannya, “Maafkan aku, sayang. Ini pesta anniversary pertama kita dan ulang tahun Ollie, aku menginginkan semuanya berjalan lancar dan sempurna.”             Ya, baby Ollie sudah menginjak usia satu tahun begitupun dengan pernikahan Syahquita dan Albert yang sudah terjalin dua tahun. Sebenarnya anniversary pernikahan mereka sudah beberapa minggu lalu tetapi Syahquita menginginkan pestanya dirayakan pada hari yang sama dengan ulang tahun putranya, Oliver.             “Semua persiapan sudah hampir selesai, tak bisakah kau meluangkan waktumu untuk suamimu yang kau hiraukan selama beberapa jam ini?” keluh Albert.             Syahquita tertawa geli mendengar keluhan konyol dari suaminya, “Kau ini ada-ada saja. Pesta akan di mulai dalam tiga jam lagi, sayang. Aku harus memastikan semua hal tersedia dengan benar.”             “Serahkan saja pada para pelayan, Syah. Aku hanya ingin berada didekatmu, itu saja.” Albert merapikan rambut Syahquita dan menyelipkannya di belakang telinga, ia mencium pipi Syahquita begitu pelan.             “Lihatlah mereka berdua. Anaknya diberikan kepada kami dan mereka malah bermesra-mesraan seperti itu.” protes Jessie datang ke ruang utama bersama Martha dan Oliver.             Syahquita melirik Albert yang masih setia dengan pelukannya dari belakang, “Kau sengaja memberikan Ollie pada mereka?”             “Ya, katakanlah seperti itu.” jawab Albert santai.             Syahquita mengangguk-angguk kecil dengan apa yang Albert katakan, “Kau sudah berdua denganku dan sekarang lepaskan pelukan ini.”             “Oh come on, sayang. Ini belum ada lima menit.” keluh Albert.             Syahquita melepaskan paksa tangan Albert yang melingkar di perutnya, ia lalu berjalan menghampiri Jessie dan mengambil alih Ollie dari gendongan Jessie.             “Mommy.” kata Oliver sambil menghisap jari telunjuknya.             “Sayang, tidak boleh seperti itu. Kau tahu banyak kuman-kuman nakal di tanganmu.” Syahquita menarik pelan tangan Ollie dari dalam mulutnya.             “Kuman?” Oliver menatap bingung ke arah Syahquita.             Syahquita mengangguk mantap dengan senyuman kecilnya, “Iya, sayang. Kuman itu seperti Daddy­­-besar dan nakal.”             Albert tertawa kecil saat mendengar dirinya disamakan dengan kuman oleh istrinya, “Tapi, Daddy tidak membahayakan sedangkan kuman dapat membuatmu sakit, Ollie.”             “Jadi, tanganmu harus tetap di luar mulutmu, oke.” tambah Albert.             Oliver mengangguk mengerti dengan apa yang Albert katakan padanya, “Ya, Daddy.”             “Good boy.” seru Syahquita.             “Bibi Jessie dan bibi Martha, bisakah kalian menjaga Ollie sebentar lagi. Aku harus memastikan semua hal sudah selesai.” kata Syahquita mengarahkan pandangannya ke arah sepupunya.             Jessie mengangguk meng-iyakan apa yang Syahquita pinta darinya, “Ya, tentu saja.”             “Come on¸ Ollie. Kita bermain di taman seperti tadi.” seru Martha berusaha meraih Ollie akan tetapi anak itu malah memeluk erat Syahquita seakan tidak mau menjauh dari ibunya.             “Mommy.” rengek Oliver.             Syahquita menghela nafas pelan, ini bukan pertama kalinya Ollie seperti ini. Sudah sering kali anak itu enggan untuk pergi menjauh dari Syahquita.             “Sayang, Mommy harus memeriksa kue ulang tahunmu. Mommy sudah menyiapkan kue yang sangat besar untukmu.” ucap Syahquita.             Oliver menatap serius wajah cantik ibunya, “Thungguh, Mommy?”             Syahquita mengangguk dengan senyuman manisnya, “Iya, sayang. Jika kau ingin melihatnya maka kau harus bermain dengan bibi Jessie dan bibi Martha.”             “Oke. I love you, Mommy.” Oliver mencium pipi Syahquita sebelum ia menghambur ke dalam gendongan Martha.             “I love you too.” kata Syahquita sebelum Martha dan Jessie melangkah menjauh dari posisinya.             “I love you.” bisik Albert tidak mau kalah dengan Oliver.             Syahquita melirik pria yang kini sudah berada di samping kanannya, “I love you too, honey.” ia melayangkan ciuman ke wajah kiri Albert.             Tentu saja apa yang Syahquita lakukan membuat Albert bahagia bukan main, sejak tadi ia menunggu saat di mana Syahquita menciumnya tetapi istrinya begitu sibuk dengan segala persiapan pesta malam nanti.             “Oke, baiklah. Katakan apa yang bisa aku lakukan agar semua persiapan ini 100% selesai?” tanya Albert.             Syahquita menyilangkan kedua tangan di depan dadanya, “Yang kau lakukan hanyalah duduk diam dan jangan menggangguku.”             “Oh come on, sayang. Kau jahat sekali padaku.” gerutu Albert.             Syahquita tertawa puas melihat ekspresi menggemaskan dari suaminya, ia lalu menggandeng lengan suaminya dan membawa pria itu ke suatu tempat.             Syahquita membawa Albert ke dalam kamar mereka, ia meminta Albert untuk diam di tempat sementara dirinya mencari sesuatu dari dalam lemari baju. Syahquita mengeluarkan satu tuxedo berwarna hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu, ia membawa baju itu dan memberikannya pada Albert.             “Kau bersiaplah, setidaknya saat aku bersiap kau bisa menjaga Ollie.” kata Syahquita memindah tangankan tuxedo itu.             “Kau menarikku hingga ke sini hanya untuk memintaku bersiap?” tanya Albert begitu heran dan tak percaya.             Syahquita mengangguk mantap karena memang itu tujuannya membawa Albert ke kamar ini, “Iya, tentu saja. Memangnya kau pikir untuk apa aku membawamu ke kamar?”             “Untuk berdua denganku.” jawab Albert santai.             “Hanya khayalanmu. Cepatlah bersiap karena aku juga harus bersiap.” kata Syahquita.             Albert mencebikkan bibirnya dengan tatapan datar ke Syahquita, “Ya, terserah apa katamu.”             Syahquita melangkah mendekat ke depan Albert, ia memperhatikan wajah masam suaminya. Ya katakanlah memang Syahquita sangat jahil, bukannya menuruti apa keinginan suaminya ia justru menggoda suaminya.             “Oke, saat ini kau merajuk padaku? Ya, tidak masalah karena aku bisa berduaan kapanpun bersama Ollie.” ledek Syahquita.             “Ya, lakukan apa yang ingin kau lakukan.” sahut Albert sangat dingin.             Albert memutar tubuhnya, melangkah mendekat ke tempat tidur dan meletakkan tuxedo yang di berikan oleh Syahquita untuknya. Sejujunya sikap Albert saat ini sangat menggemaskan dan Syahquita paling tidak bisa melihat sikap seperti itu dari suaminya.             Syahquita menarik kedua bahu Albert dan memutar tubuh suaminya agar mereka saling berhadapan, “Kau selalu bisa menghancurkan pendirianku.”             Syahquita mendekatkan wajahnya ke wajah Albert, ia menempelkan bibirnya ke bibir Albert dan tentunya ciuman itu hanya sebentar. Tapi Albert menahan tengkuk Syahquita agar wanita itu tidak bisa melarikan diri, sepertinya keinginan Albert yang tertunda berhasil di dapatkannya saat ini.             Aksi keduanya terus berlanjut dan semakin memanas hingga ketukan pintu menghentikan akis mereka yang hendak berpindah ke atas kasur.             “Ahh shhitt!!!” gumam Albert.             Syahquita tertawa melihat kegeraman Albert karena kegiatan mereka terhenti begitu saja, Syahquita mendorong tubuh Albert agar menjauh dari hadapannya.             Tangan kekar Albert menahan siku istrinya, “Sudahlah, Syah. Biarkan saja.”             “Hanya sebentar, sayang.” kata Syahquita memilih untuk mencari tahu siapa yang berada di depan pintu kamar mereka.             Syahquita membuka pintu kamar lebar-lebar dan tiba-tiba hujan pelukan di menghampirinya, “Mom, Dad. Kapan kalian datang?”             “Baru saja.” jawab Charlie melepaskan pelukannya.             Albert menghampiri Syahquita dan tersenyum lebar ketika melihat orang tua Syahquita berada di depan pintu kamarnya, ia yang semula geram kini berubah menjadi pasrah karena ia tak bisa marah pada mertuanya sendiri meski telah menghancurkan kenikmatan yang sedang di nikmatinya bersama Syahquita.             “Happy anniversary, sayang. Ibu harap pernikahan kalian berdua langgeng sampai kalian tua nanti.” ucap Sharon.             “Thank you, Mom.” bahagia Syahquita.             “Aku ucapkan selamat padamu, Albert.” sahut Charlie memeluk hangat suami dari anaknya.             “Terima kasih, Dad. Aku sangat berharap bahwa pernikahanku akan seperti kalian.” ujar Albert memeluk balik ayah mertuanya.             “Kami mempunyai hadiah untuk kalian berdua.” seru Sharon memberikan sebuah kotak dengan pita ungu di atasnya.             Syahquita menerima kotak itu dengan tatapan bahagianya begitupun dengan Albert sambil melepaskan pelukan ayah mertuanya ia terpanah pada kotak berwarna cokelat itu.             “Di mana Oliver?” tanya Charlie.             “Dia bersama Jessie dan Martha di taman. Apa kalian tidak menemui mereka di sana?” tanya balik Syahquita.             Charlie menggeleng pelan, “Tidak sama sekali, nak. Ayah merindukan anak kecil menggemaskan itu, mengapa kalian jarang membawanya menemui kami?”             Syahquita melirik Albert yang berada di sebelahnya, “Hmm, maaf, Dad. Aku dan Albert terlalu sibuk dengan pekerjaan kami. Aku janji setelah ini kami akan sering mengunjungi kalian bersama Ollie.”             “Ya, baiklah. Dad pegang janjimu, Syah.” tegas Charlie.             Syahquita mengangguk meng-iyakan apa yang Charlie katakan, “Kau bisa memegang janjiku, Dad.”             “Baiklah, kami permisi. Kalian bisa melanjutkan apa yang kalian lakukan tadi.” kata Sharon dengan senyuman menggoda ke Syahquita.             “Mom.” Syahquita tersipu malu mendengar apa Sharon katakan.             Charlie dan Sharon menjauh dari kamar keduanya, Syahquita dan Albert kembali masuk ke dalam kamar mereka. Albert menutup pintu kamar itu rapat-rapat agar ia bisa melanjutkan apa aksinya yang kembali tertunda.             Syahquita membuka kotak pemberian Sharon, dengan perlahan ia membuka kotak itu dan matanya terbelalak saat melihat isi dari kotak itu.             “Selimut pembuat bayi.” seru Syahquita membaca kertas kecil yang berada di atas sebuah kain dengan motif kotak-kotak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD