Bab 02

1164 Words
"Zahra tidak mau yah, Zahra tidak mau di jodohkan. " ingin rasanya Zahra mengucapkan kalimat itu namun saat menatap wajah ayahnya yang penuh harap dan terlihat bahagian membuat gadis itu tak bisa mengatakannya "yasudah kalau begitu kamu lanjut aja tidurnya," ucap Hamka yang mengelus pucuk kepala Zahra sebelum meninggalkan putrinya itu "a-ayah. " panggilan Zahra membuat lelaki tua itu berbalik "ada apa nak?. " tanya Hamka Zahra tersenyum kecil dan menggeleng membuat lelaki tua itu membalas senyuman manis putrinya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu Zahra menyandarkan tubuhnya air mata lagi-lagi menetes dari mata gadis itu mengapa Tuhan memberinya cobaan seperti ini. Zahra mencintai Akbar dan Zahra selalu berdoa agar pemuda itu menjadi imamnya dan lelaki yang akan menuntunnya ke surga, apa ini sebuah ujian untuk cinta mereka? Zahra mengambil ponselnya dan dapat ia lihat beberapa notifikasi pesan masuk serta panggilan tak terjawab dari Akbar, Zahra menghela nafas panjang hatinya selalu terasa sakit jika mengingat Akbar,bukan karena ia sudah tidak cinta tapi Zahra takut harapan kosong akan semakin membuat Akbar tersakiti ***** Akbar merenung sambil menatap langit senja yang terlihat indah dengan gradasi merah dan oranye yang berpadu dalam gelap yang perlahan datang. "ngapain masih diluar Bar, sudah mau Maghrib kok belum masuk." ucap Kavita yang baru saja masuk kekamar Akbar dan mendapati putranya masih duduk di balkon kamar "Bentar mah..."jawab pemuda itu "Ih..kebiasaan kalo mama kasih tau jawabnya bentar..bentar terus." Sengit Kavita membuat Akbar mendengus pelan "Iya..iya...nih masuk nih." Ucap pemuda dengan raut sedikit kesal membuat Kavita hanya tertawa kecil "Mandi sana sudah mau Maghrib ,biar nanti sekalian sholat berjamaah sama ayah di mushola." Ujar Kavita yang hanya dibalas anggukan oleh Akbar "Mah...".ucap pemuda itu membuat Kavita yang sudah di ambang pintu menghetikan langkahnya "Iya nak?." "Habis dari mushola aku mau pergi.." ucap Akbar "Mau kemana kamu?." Tanya Kavita sambil mengerutkan keningnya "Mau pergi ketempat teman." Ucap Akbar "Oh...oke,asal jangan pulang larut kayak hari itu,awas kamu mama kunciin beneran loh kalo kaya gitu lagi." Ucap Kavita memperingatkan "Iya mah," jawab lelaki itu Akbar merebahkan tubuhnya di kasur mata pemuda itu terpejam sebelum akhirnya ia menatap layar ponsel yang menampilkan riwayat pesannya dan kembali memejamkan matanya Kini Akbar terhanyut dalam pikirannya dan sesungguhnya jauh di hati kecilnya takut,apakah dia mampu meyankinkan orang tua Zahra dan mempertahankan gadis itu Ditambah kini Zahra seperti mengabaikannya dengan tidak membalas dan mengangkat pesannya. ***** Zahra terlihat gugup saat ia keluar dari kamar dan beberapa pelayan terlihat sibuk membereskan rumah dan memasak beberapa kudapan di dapur,Zahra menatap kearah jam yang terpajang di dinding yang mana hal itu membuatnya semakin gugup,mengapa Akbar belum juga datang? Hamka berjalan kali menyusuri jalan komplek rumahnya seperti biasa lelaki tua itu selalu melakukan sholat Maghrib berjamaah di mushola komplek namun biasany lepas Isya baru Hamka kembali namun untuk hari ini biarlah dia sholat Isya dirumah sembari menunggu calon besannya Dari kejauhan Hamka memperhatikan sebuah motor besar dan seorang pemuda yang berdiri didepan pagar rumahnya Baru saja tangan pemuda itu terulur hendak menekan bel Hamka sudah lebih dulu menegurnya "Assalamu'allaikum Cari siapa nak." Ucap Hamka "Waallaikumsalam....ini pak saya mencari Zahra."ucap Akbar "Kalau boleh tau nak muda ni siapa? Ada keperluan apa sama Zahra." Hamka menatap Akbar dari atas sampai bawah dan hal itu membuat Akbar sedikit gugup "Saya Akbar,saya kekasihnya Zahra niat saya kesini mau bicara sama orang tua Zahra,"Hamka terdiam sambil menatap lekat Akbar "Apa yang mau kamu bicarakan." Tanya Hamka "Maaf,maksud bapak." Akbar bingung dan pemuda itu tak tahu bahwa Ayah Zahra adalah lelaki tua yang ada di depannya ini "Kamu bilang mau bicara sama orang tuanya Zahra? Saya ayah Zahra." Ucap Hamka dingin ,Akbar seketika membeku pemuda itu meneguk salivanya "A...a maaf pak saya tidak tahu." Ucap Akbar sedikit terbata namun tetap sopan Hamka menghela nafasnya ia tak menyangka Zahra akan meminta kekasihnya datang padahal dia sudah memberi tahu kalau akan ada tamu malam ini "Bisa kamu katakan sekarang apa yang kamu mau sampaikan." Ujar Hamka dengan wajah serius "Sebelumnya saya minta maaf ,kalau ucapan saya kurang berkenan ,tapi tolong batalkan perjodohan Zahra ." Ucap Akbar dengan raut wajah serius sama seperti Hamka yang juga terlihat serius saat mendengar ucapan pemuda ini "Saya serius dengan anak bapak dan juga saya mencintai Zahra pak begitu juga Zahra, jadi saya mohon batalkan perjodohan ini." Sambung Akbar "Saya sudah putuskan akan menjodohkan Zahra dan itu tidak akan pernah berubah." Jelas Hamka "Tapi...Zahra tidak mencintai lelaki itu pak,saya yang Zahra cintai." Ucap Akbar, Hamka menaikan sudut bibirnya mendengar ucapan pemuda itu "Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa nak muda, dan lagi saya sudah mencari pendamping yang cocok untuk Zahra,lagi pula sebentar lagi mereka akan datang." Jawab Hamka "Tolong beri saya kesempatan pak saya juga bisa membahagiakan Zahra ." Ucap Akbar sesaat Hamka menangkap keseriusan di ucapan pemuda itu "Lebih baik kamu tinggalkan putri saya kalau memang kamu benar-benar mencintai Zahra,agar dia tidak jadi anak pembangkang, dan jangan buang waktumu untuk datang kemari sekedar membujuk saya karena pilihan saya sudah tepat dengan menjodohkan Zahra karena itu juga yang terbaik untuk dia." Ucap Hamka yang menepuk pundak Akbar dan melangkah meninggalkan pemuda itu "Baik untuk bapak belum tentu baik untuk Zahra." Guman Akbar sambil mengepal kuat tangannya ,hatinya sakit dan dadanya terasa tebakar mendengar ucapan lelaki tua itu, masih bisa dia ingat wajah putus asa kekasihnya saat mengatakan tentang perjodohan ini Hamka terhenti saat mendengar apa yang pemuda itu katakan "Karena tidak ada orang tua yang mau menjerumuskan anaknya pastilah mereka ingin yang terbaik untuk anaknya,jadi pergi lah Nak muda saya harap kamu jangan pernah datang kesini lagi." Jelas Hamka sebelum akhirnya benar-benar menghilang saat pagar kayu itu tertutup Akbar memegangi dadanya hati pria itu sakit dia sangat mencintai Zahra dan dia tau gadis itu juga sangat mencintainya, Akbar mengabil ponsel di sakunya dan menghubungi Zahra "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif,cobalah beberapa saat lagi." Akbar meremas kuat ponselnya air mata pemuda itu lolos dari matanya Apa Zahra sudah menyerah untuk hubungan dan masa depan mereka? Jika begitu biarlah dia saja yang menyerah karena Akbar akan terus berjuang dan melakukan apapun agar Zahra tetap menjadi miliknya ***** Hamka memasuki rumahnya dengan raut wajah tak bersahabat kini lelaki tua itu menatap kearah Zahra yang terlihat gelisah sambil sesekali melirik jamnya "Kamu kenapa Ra." Tanya Hamka membuat Zahra kaget,gadis itu hanya tersenyum kecil dan menggeleng terlihat jelas ia sedang menghindari pertanyaan ayahnya "Kalau kamu menunggu pemuda itu percuma...dia tidak akan datang dan tidak akan pernah datang." Ucap Hamka sedikit kekesalan,Zahra menatap Hamka tajam dengan sorot mata berkaca "Maksud Ayah." "Dia sudah ayah suruh pergi, "ucap Hamka dingin "Kenapa ayah usir dia,kenapa yah???Zahra gak mau,Zahra gak mau perjodohan ini." Jerit Zahra melengking gadis itu menangis keras membuat beberapa pelayan yang melihatnya terkejut karena selama mereka bekerja disini tidak pernah mereka melihat Zahra seperti ini.. bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD