Bab 03

1216 Words
Maira berlalri menghampiri Zahra saat ia mendengar jeritan putrinya itu Maira tertegun sesaat ketika sorot matanya bertemu dengan sorot mata kemarahan Hamka,namun Maira mengabaikan tatapan marah itu ia lebih memilih menghampiri dan memeluk putrinya yang sedang menangis itu "Kenapa nak..ada ada."Zahra hanya menangis dan memeluk Maira tanpa menjawab pertanyaan wanita itu Maira mengalihkan pandangan kearah Hamka yang kini terlihat sangat marah "Ada apa ini yah.?" Tanya Maira "Tanyakan pada anak tak berbakti itu." Ucap Hamka meninggi Membaut Zahra dan Maira tersentak kaget, "Zahra gak mau di jodohkan Bun....Zahra gak mau." Ucap gadis itu sambil menangis, mendengar itu Maira mengeratkan pelukannya pada Zahra "Apa sebaiknya..kita." seolah tau apa yang ingin Maira katakan Hamka langsung memotong perkataan istrinya tersebut "Tidak ada yang akan berubah,perjodohan ini tetap berlanjut,dan jangan bunda pikir ayah tidak tau kalau Zahra yang meminta bunda membujuk ayah waktu itu." Bentak Hamka membuat Maira tersentak "Ayah tidak mendidik kamu untuk jadi anak pembangkang Zahra,ayah lakukan ini karena ayah sayang sama kamu." Ucap Hamka "Tapi Zahra." "Cukup!! Masuk ke kamar kamu dan bersiap,jangan buat ayah menyesal memiliki anak seperti kamu." Zahra terdiam namun air mata gadis itu tetap mengalir deras,Zahra berlari menuju kamarnya dapat terdengar suara pintu yang tertutup keras. Kini hanya tinggal Maira dan Hamka yang diam saling menatap "Berhenti membela Zahra,perjodohan ini akan tetap terjadi dan aku tidak terima penolakan." Ucap Hamka saat melihat sorot mata Maira berbeda Maira mengepalkan tangannya dia bahkan takjub dengan kesabarannya sendiri selama ini, bagaimana bisa ia bertahan dengan lelaki keras kepala dan egois ini selama hampir 30 tahun "Tapi Zahra sudah punya lelaki pilihannya."jelas Maira Hamka menatap Maira tajam karena ucapan wanita itu "Tidak ada lelaki pilihan Zahra yang ad hanya lelaki pilihan Ayah."ucap Hamka penuh penekanan "Lagipula anak perempuan harusnya diam saja biarkan orang tua yang memilih," ucap Hamka yang membuat Maira seketika mendidih "Tapi ini hidup Zahra dan dia berhak memilih apa yang terbaik buat untuk dirinya." Ucap Maira penuh penekanan "Tapi sudahlah, apa pernah ayah mendengarkan pendapat orang lain,bunda hanya bisa berharap lelaki pilihan ayah tepat dan dapat membahagiakan Zahra seperti yang ayah katakan, karena disini hidup dan masa depan Zahra yang di pertaruhkan dan jika pilihan itu malah membuat Zahra menderita bunda tidak akan diam ." Ucap Maira dengan raut wajah dingin Maira melangkah pergi meninggalkan suaminya yang untuk pertama kalinya terbungkam dan tak bisa membalas ucapannya,dari dulu selalu Maira yang mengalah namun untuk kali ini wanita itu benar-benar habis kesabaran Bukankan semua orang berhak memilih apa yang mereka inginkan baik lelaki atau perempuan, Tidak ada siapapun yang berhak atas diri seseorang selain orang itu sendiri dan pencipta-Nya ***** Farida terlihat gelisah membuat lelaki tua yang kini duduk di sofa itu menatapnya jengah "Duduk mah,gak cape mondar mandir kaya gitu." Ucap Kamil "Ini si Hanung kemana, Pah? Kenapa belum pulang sebentar lagi loh." Ucap Farida gelisah "Mungkin kejebak macet mah." Jawab Kamil "Ini awas si Hanung kalau sampai ingkar janji. Pah, ini kalau kita nunggu dia kita telat kerumah Hamka dan Maira." Ucap Farida Kamil melirik jam dan apa yang istrinya katakan itu memang benar "yasudah begini saja, kita kesana lebih dulu biar Hanung menyusul nanti papa kirim alamatnya sama dia. " ucap Kamil Yang mau tak mau harus Farida ikuti "awas aja si hanung kalau gak datang ."gerutu wanita itu "sudah.. Sudah mah ayo kita pergi nanti kita terlambat dan gak enak sama Hamka dan Maira." ujar Kamil Kini pasangan suami istri itu memilih pergi terlebih dahulu biar nanti di jalan mereka hubungi Hanung dan minta dia langsung datang ke alamat rumah yang akan mereka kunjungi. **** Hamka tersenyum saat menyambut pasangan suami istri yang baru saja memasuki rumahnya itu "Assalamu'alaikum....apa kabar Ka?." Ucap Farida yang langsung menyapa sahabat sekaligus murid kesayangan ayahnya itu "Waallaikum salam ... Alhamdulliah baik Da,." Jawab Hamka Kini lelaki tua itu mempersilahkan 2 orang itu duduk,Hamka sedikit melirik kearah pintu menunggu calon menantunya "Dimana anak kalian?." Tanya Hamka "Masih dijalan....maklum dia baru saja menggantikan aku jadi banyak pekerjaan,tapi tenang aku sudah suruh dia langsung kesini."ucap Kamil dengan nada khasnya.. Tak lama berselang Maira datang dengan beberapa nampan berisi kudapan "Dimakan Da,masnya juga." Ucap Maira pada suami Farida "Gak banyak berubah kamu Mai,masih cantik seperti dulu." Puji Farida yang membuat Maira tersenyum "Kamu juga masih secantik dulu,"puji Maira yang akhirnya membuat suasana di-sana ramai akibat reuni mereka mereka.pertemanan selama hampir 30 tahun adalah sesuatu yang patut di banggakan bagi 4 orang itu "Assalamu'alaikum."ucap seorang lelaki berambut hitam dan berbadan tinggi jelas rahang tegas dan alis tebal lelaki itu sangat menawan di tambah bulu mata lentik yamg memberikan kesan manis pada lelaki berkulit sawo matang itu "Waallaikum salam." Ucap mereka bersamaan "Akhirnya datang juga...sini kamu." Ucap Farida sedikit kelepasan dan akhirnya membuat wanita itu malu sendiri Hamka dan Maira tersenyum melihat tingkah Farida tidak ada yang berubah dari wanita itu bahkan setelah puluhan tahun.... "Apa kabar om,tante.....saya Hanung." Ucap lelaki itu sambil menyalimi Hamkan dan Maira bergantian "Duduk nak, ." Ucap Maira ramah sebelum akhirnya wanita itu memanggil salah satu pelayan untuk menyuguhkan minuman untuk Hanung "Bi...satu lagi tehnya." Ucap Maira sambil mengode Hanung terdiam kikuk di antara para orang tua yang kini asik berbincang itu "Dimana calon menantuku." Cetus Farida,yanga membuat Hanung mendelik kearah istrinya itu "Ada di kamar,sebentar aku panggilkan."ucap Maira yang bangkit dan berjalan menuju kamar anaknya itu ****** Zahra berlari menuju kamarnya sebelum akhirnya menangis sejadi-jadinya sambil menutupi wajahnya dengan bantal... Hati Zahra hancur apakah dia tidak bisa memilih untuk kehidupannya sendiri, Zahra tak pernah melawan atau menuntut apapun dia selalu berusaha mengalah dan menuruti keinginan ayahnya jadi tidak bisakah sekali saja dia melakukan apa yang dia mau, Gadis itu memukul-mukul dadanya yang sakit,sakit sekali rasanya ,dia bukan hanya harus kehilangan impiannya tapi juga Akbar pemuda yang selama 4 tahun selalu mendampinginya dan mencintainya tanpa pernah memperlakukan Zahra dengan kurang ajar,Zahra tau akbar lelaki baik dan tulus jelas terlihat dari cara dia menjaga dan memperlakukan Zahra Zahra memeluk lututnya dan meraih ponselnya,sesaat setelah ponsel menyala beberapa notifikasi kembali masuk, Zahra bergetar saat membaca beberapa pesan kekecewaan dan kalimat memohon Akbar agar gadis itu kembali, Zahra terisak saat mendengar beberapa pesan suara yang Akbar kirim ia dapat mendengar samar suara tercekat dan bergetar lelaki itu "Kamu ngapain Ra? Kenapa pesanku gak dibalas." "Ra bentar lagi aku kerumahmu,tunggu aku Ra aku pasti bisa pertahankan hubungan kita." "Aku sudah di depan rumah mu Ra.." "Zahra...aku akan terus berjuang buat hubungan kita,aku gak tau kapan kamu akan buka voice note ini,tapi tolong jangan menyerah buat hubungan kita Ra....kalau kamu menyerah aku harus apa dan aku bisa apa?" Zahra menggigit bibirnga berusaha menahan isakannya namun apa daya suara Lirih dan putus asa akbar betul-betu menyayat hatinya Zahra memejamkan matanya sambil memikirkan kenangan nya bersama lelaki itu yang masih terkam jelas dalam pikirannya Zahra membuka matanya dan menekan tombol perekam suara pada aplikasi pesan itu "Akbar.....bawa aku pergi,Ayo kita kawin lari." ****** Maira mengetuk pintu putrinya sambil sesekali memanggil nama gadis itu "Zahra....Zahra buka nak....Zahra itu tamunya sudah data." Panggil Maira namun tidak ada jawaban Maira sedikit mengerutkan keningnya tidak biasanya putrinya itu seperti ini "Zahra...kamu ngapain nak." Panggilnya sekali lagi Merasa tidak ada jawaban membuat Maira khawatir pikiran wanita itu pun memburuk, Maira memanjatkan doa dalam hatinya semoga pikiran buruknya tidak benar-benar terjadi Maira membuka pintu perlahan dan seketika air mata wanita itu jatuh,karena tidak ada yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD