Chapter 8

1087 Words
2 bulan kemudian Lucy berlari menuruni tangga dengan girang. "Mama! Papa di mana?" Seru Lucy. "Di depan lagi cuci mobil" sahut Liora yang masih membaca majalah fashion. Lucy kembali berlari menemui Desta-ayahnya. "Papa kok belum siap siap sih. Hari ini Lucy udah punya ktp loh" "Bentar sayang papa lagi mandiin mobil ini loh" jawab Desta. "Ktp Lucy udah boleh di ambil hari ini. Papa nanti temenin Lucy ambil ya" "Cie anak papa yang udah kelas tiga sma. Papa antar nanti, sekarang mau bantuin papa cuci mobilnya ya" Lucy terkekeh pelan "Anak papa kan udah gede" Jawab nya. Lucy mengambil spons dan membantu membersihkan mobil papa nya. Sesekali mereka bermain air hingga basah semua. Liora bersendekap tangan sambil geleng geleng lihat kelakuan ayah dan anak nya itu. "Ck ck kalian udah kaya anak kecil aja" ujar Liora. Desta dan Lucy tertawa. "Lucy yang mulai duluan ini mah" "Kok Lucy pah. Kan papa yang semprot selang ke arah Lucy" Liora kembali menggelengkan kepala "Cepat selesaikan dan ganti baju nanti malah masuk angin kalo gak cepat di keringin" "Biar papa aja yang selesaikan kamu sana ganti baju" Ucap Desta. Lucy memasukkan spons ke baskom lagi. "Oke pah!" kemudian gadis 17 tahun itu berlari masuk ke dalam rumah yang di cegat Liora untuk memberikan Lucy handuk. "Hati hati baju mu basah nanti lantainya jadi licin" Lucy mengedipkan sebelah matanya. "Makasih mama cantik" --- Lucy menatap kartu di tangannya dengan takjub. Ini kartu pertama yang Lucy punya sekaligus kartu tanda dia sudah dewasa. Gadis 17 tahun iti begitu senang mendapat kan ktp nya. Desta tersenyum geli dengan tingkah Lucy. Dulu waktu dirinya punya ktp tidak se senang yang Lucy rasakan hingga seperti ini. "Ayo pulang. Sepertinya papa harus siap siap nih kalo ada yang ngelamar kerumah bawa putri papa pergi" "Enggak dong. Lucy cuman akan jadi anak papa aja kok" Desta mengusap kepala Lucy dengan sayang. "Pah kalo udah punya ktp berarti udah dewasa kan?" Tanya Lucy. Desta tertawa "Darimana kamu tau hal seperti ini?" "Teman lucy. Lagian kalo masih kecil kan gak boleh punya ktp berarti Lucy udah besar dong pah karena lucy punya Ktp sekarang" Desta terkekeh mendengar penuturan putri semata wayangnya ini. "Iya sayang. Kamu udah dewasa karena udah naik kelas tiga dengan nilai sempurna" kata Desta pada Lucy. Lucy tersenyum membayangkan apa yang ada dalam otaknya. Dia bukan anak-anak lagi mungkin Gama akan menerimanya. Begitu sampai Lucy masuk ke rumah nya sebentar dan keluar kembali menuju rumah Gama. "Tante Farah! Gama di rumah gak tante" seru Lucy. "Ada di belakang kayaknya. Kamu samperin aja" Dengan bibir tersenyum merekah Lucy berjalan pasti menemui Gama namun suara dua orang yang saling bicara di sana membuat langkah Lucy berhenti. Itu suara Nadine dan Gama. Hailey berbalik pergi dan melupakan tujuannya dia datang ke rumah Gama. "Loh udah pulang? Gak ketemu sama Gama ya?" Tegur Farah. Lucy menggeleng "Gama sama kak Nadine tante, Lucy gak mau ganggu mereka" kemudian Lucy keluar. Farah mengheela nafas sambil melihat arah Gama dan Nadine berada meskipun tidak kelihat dari dalam. Farah tau Lucy mencintai Gama, bahkan Farah dan Liora merencanakan perjodohan di antara mereka. Namun pilihan ada di tangan keduanya. Farah juga tidak bisa menolak pilihan Gama, jika akhirnya jodoh Gama bukan Lucy, Farah harap anaknya itu tidak membuat gadis sebaik Lucy selalu merasakan yang namanya sakit hati. Terlalu sering Gama mempermainkan perasaan Lucy meskipun Gama juga tau Lucy sangat mencintai nya. "Kebetulan kamu di luar" sapa Felix "jalan yuk" ajak nya. "Oke. Bentar ya aku ambil tas dulu" Lucy bergegas ke dalam rumahnya, terlihat lucy memakai sweater dan tas selempangnya. "Ayo" Lucy tersenyum tipis menerima helm yang Felix ulurkan kemudian naik jok motor Felix. Motor itu melaju tepat saat Gama dan Nadine keluar dari rumah Gama. Pria itu juga sempat melihat kepergian Lucy bersama Felix. "Kamu jealous lagi ya liat Gama sama pacarnya awet sampe sekarang?" tanya felix saat mereka berdua duduk di salah satu kafe. Lucy mengangguk dengan lesu. Felix menyentuh tangan Lucy dan menggenggam nya. Lucy menatap Felix begitupun yang cowok itu lakukan. "Lucy aku gak suka kamu di giniin terus sama cowok b******k kaya Gama itu. Aku tau perasaanmu sekarang bagaimana dan ini bukan cuman sekali dua kali aku liat kamu kaya gini" Felix mengusap air mata Lucy dengan ibu jarinya. "Kamu mau gak pura-pura jadi pacar aku di depan Gama sampai di sadar udah nyia nyiain cewek baik kayak kamu" Lucy menatap Felix lebih dalam "Kalo gak berhasil bagaimana?" Felix tersenyum kali ini tak ada raut wajah jahil nya lagi. "Kalau gak berhasil kita akan tetap pura pura sampai kita lupa kalau kita sedang berpura pura" Lucy menarik tangannya dari Felix "Gak bisa semudah itu Fel" "Gak ada salahnya kan kita coba. Kalau berhasil juga kan kamu yang untung" "Terus kamu bagaimana?" sahut Lucy. Felix tersenyum lembut "Kalau lihat kamu bahagia aku bakal ikut senang kok. Percaya deh atau mungkin aku bakal ke laut cari duyung yang kamu sering bilang" Lucy mencebikkan bibirnya, raut wajah kejahilan Felix muncul lagi. "Felix yang serius dong kalo bicara" "Eh aku serius loh. Kalo kamu beneran sama Gama mungkin aku bakal cari duyung buat di kenalin sama kamu" Lucy tertawa sambil memukul pelan lengan Felix. "Nah gitu dong ketawa jangan kayak mayat hidup. Badan ada tapi nyawa gak tau kemana" "Haus nih pesan makanan sama minuman dong" minta Lucy pada Felix. Felix tertawa lalu memesankan sesuatu untuk Lucy. "Gitu dong bisa ceria lagi kan enak di lihat" celetuk Felix "Tapi tadi aku beneran loh. Kalau kamu setuju pura pura pacaran sama aku, aku mau kok" katanya lagi. Lucy tersenyum menganggapi nya. "Eh kita kan udah kelas tiga nih bentar lagi selesai kamu mau lanjut kemana?" Tanya Lucy. Felix mengedikkan bahu "Aku gak niat mau kuliah, otak ku tuh rasanya pusing banget sama rumus rumus yang kimia lah, fisika lah matematika lah apa lah. Gak kuat aku dihadapkan sama yang kayak gituan" ucap nya sambil memegang kepalanya sendiri. "Terus kamu mau kemana?" Felix terlihat berpikir "Mama aku seorang dokter, papa pengusaha, aku apa ya? Bengkel aja kali ya lebih gampang" "Masa bengkel sih Fel. Kuliah dong nanti kita wisuda nya barengan" "Orang tuaku juga maunya kayak gitu. Tapi aku aja yang males lagian kedua orang tuaku kan pinter pinter kok aku gak ya. Curiga kalau aku bukan anak mereka" Pletak.. "Aww.." Felix menyentuh kepalanya yang di getuk Lucy dengan sendok. "Pikiranmu itu jelek banget sih. Kalau mereka bukan orang tuamu udah di tendang kamu dari rumahnya" Felix tertawa pedih menahan rasa nyut nyut di kepalanya. "Iya juga. Tapi pukulannya beneran sakit loh" ________ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD