Chapter 20

738 Words
Raja dan Putri Ethelyn kembali ke Eloise, beberapa pelayan membereskan barang-barang milik Putri Ethelyn. Tidak dengan Raja yang menggendong sendiri Putri Ethelyn hingga ruangan kamar. "Rupanya Raja kita sangat romantis. Aku seperti mengenang Ratu Virginia kembali hadir." Peri Leci mendengar ucapan Austin dengan pandangan nanar. Melihat perilaku Raja Rederick terhadap Putri Ethelyn sungguh sangat harmonis hingga membuatnya terharu. Tapi sayangnya pandangan ini berbeda dengan Peri Leci yang meluapkan kekesalan di hadapan Austin dengan mengeluarkan banyak cahaya mengelilingi Austin, "Kau tahu tidak? Gara-gara kau mencelakai beberapa penjaga penginapan. Membuat Tuan Putri Ethelyn ketakutan. Beruntung kau membawaku dan aku bisa menyihirnya." "A-apa? Dia baru saja pulang dan beristirahat. Kau ini sudah menyiapkan dia untuk materi pembelajaran, dia akan mengikuti kelas bangsawan." Sayangnya Austin langsung pergi meninggalkan Peri Leci. Dirinya pergi ke Ruangan kamar miliknya. Berjalan dengan tatapan sedih. Melihat Putri Ethelyn membuatnya teringat akan kebaikan Ratu Virginia. Memang sudah sangat lama Raja Rederick tidak bersama wanita, sehingga banyak rumor yang membicarakan tentang Raja. Tak lama suara pria dengan nada berat pun keluar. Tabib Istana, Lalulu dengan memakai kacamata besarnya. Ia adalah tabib Kerajaan Eloise. "Rupanya anda disini Tuan Austin, saya akan ke ruangan Tuan Putri Ethelyn, sepertinya terdapat tanda serius beliau tidak sadarkan diri. Mungkin Tuan Putri masih terkejut berada di sini." "Lalulu, apakah ia baik-baik saja?" "Ia akan baik-baik saja Tuan Austin. Sepertinya Tuan Austin sudah bisa menerima kehadirannya setelah kematian mendiang Ratu Virginia sudah beberapa tahun ini." "A-apa maksudnya? kenapa kau bicara seperti itu Lalulu?" "Tuan Austin adalah penasehat Raja dan juga Ratu Eloise. Perasaanmu tidak bisa di bohongi bahwa kau masih berat menerima kematian Yang Mulia Ratu Virginia," ucap Lalulu dengan membawa beberapa tanaman obat dan berjalan menuju ruangan kamar Putri Ethelyn. Lalulu pun bersama kedua pelayan Istana meninggalkan Austin di Taman Kastil. Dirinya terdiam dengan wajah termenung. Berjalan menyandar di pepohonan maple. Austin duduk dengan menggigit ranting kecil. "Apanya yang salah? sungguh sangat lucu," ucap Austin dengan nada pelan. Ingatan itu kini terlintas kembali. Ratu Virginia yang selalu manja kepada Austin, "Austin. Kau sudah dewasa seperti ayahmu. Kau akan menggantikan ayahmu dan menjadi penasehatku seterusnya. Apa mau menyukainya?" Tanya Ratu Virginia saat ini. Ingatan dimasa-masa Ratu Virginia yang sedang hamil trisemester sangat muda. Menunggu Raja Rederick dari tugasnya di Wilayah Andeleusia bersama Raja Amung. Austin pun meninggalkan Ratu Virginia yang saat ini masih di Taman Kastil Eloise dengan memegang sepatu kain rajutan yang ia rajut. Tak lama setelah meminum akar pohon, Yang Mulia Ratu Virginia terkena serangan demam tinggi hingga terjatuh. Tak lama, Ratu Virginia dikabarkan meninggal dunia. Ia tewas karena kekurangan oksigen pernapasan. Ingatan dari Austin pun terlintas mengingat Ratu Virginia. Ruangan Putri Ethelyn. Raja Rederick terlihat khawatir akan putrinya Putri Ethelyn. "Bagaimana kondisinya Lalulu? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Raja Rederick kepada tabib Istana Eloise yang kini sedang memeriksa tubuh Putri Ethelyn. "Tidak apa-apa Yang Mulia Raja. Ia hanya mengalami terkejut saja. Masih kaget dengan dunia seperti ini. Apalagi melihat Tuan Austin mencelakai beberapa orang dan Tuan Putri Ethelyn menyaksikannya," ucap Lalulu dengan memberikan obat yang Lalulu berikan. Lalulu pun memberikan dua tetes air daun Eloise sebagai penyembuhan. Dirinya pun berpamitan setelah memberikan beberapa tetes pengobatan kepada Putri Ethelyn. Permata kalung yang dipakai Putri Ethelyn pun bersinar menyerap racikan obat yang Lalulu berikan. Setelah kepergian Lalulu dari ruangan Putri Ethelyn, membuat tubuh Putri Ethelyn pun terbangun dari rasa kantuknya. "Ayah, apakah aku sudah pulang? Aku sangat mengantuk." Raja Rederick pun langsung memegang bahu putrinya saat ini, menghilangkan rasa lelah putrinya dengan membantunya bersandar di bantalan tempat tidur. "Ethelyn, lebih baik kau tidur saja. Ayah akan pergi sebentar mengecek ruangan kerja. Selama kau beristirahat akan ada Peri Leci yang menjagamu. Jadi beristirahatlah dulu." Peri Leci pun terbang mendekati Putri Ethelyn dengan sayapnya yang mengeluarkan sinar. Menenangkan sang Putri Ethelyn dari rasa takutnya. Memang ini adalah gejala kaget. Wajar saja ia mengalami gejala seperti ini. "Kalungmu sangat indah Tuan Putri, apakah itu pemberian Raja?" "I-ini ... iya ini pemberiannya," jawab Putri Ethelyn malu-malu. Dirinya memegang kedua pipinya dengan menyingkirkan wajah malu dari Peri Leci. Beberapa kedua pelayan masuk dengan meminta izin membawa Putri Ethelyn mandi setelah dirinya bepergian bersama Raja Rederick. Kolam air mandi hangat sudah di siapkan oleh beberapa pelayan. Dengan taburan bunga fresia di sepanjang kolam pemandian. "Peri Leci, apakah kau bisa menceritakan sedikit tentang Yang Mulia Raja? Maksudku, ayahku. Ayah memberikanku hadiah, semoga kelak aku bisa memberikannya hadiah juga sebagai bukti kasih sayang."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD