Chapter 13

962 Words
Raja Rederick tentunya begitu terkejut ketika Raja Amung membicarakan Putri Ethelyn. Padahal ia ayah kandungnya. Namun Raja Amung membiarkan takdir anaknya sendiri berjalan dengan alur semesta. Sesekali pandangannya melirik ke wajah Raja Amung dengan sekali menahan napas lalu dikempiskan dengan pelan. Napas yang semula-mula biasa saja kini berdegup dengan terpacu, mungkin karena pembicaraan Raja Amung tentang garis perjodohan. "Tenangkanlah Putri Ethelyn, bawa dia berjalan-jalan," ucap Raja Amung dengan mengernyitkan kening, melirik ke wajah Rederick dengan tersenyum. "Jalan-jalan?" Tanya Raja Rederick dengan memegang dagu miliknya, memikirkan ide yang Raja Amung berikan saat ini. "Rederick, kau akan selalu menjaga putriku, lagipula putriku dari kecil selalu ada di lingkungan alam, kau bisa membawanya ke Wilayah Andeleusia dan Wilayah Eloise, Disana banyak sekali pemandangan," Raja Amung menimpali. Dirinya merubah diri dengan tubuh transparan, tersenyum dengan senyum kecil, rambut peraknya melandai-landai terkena angin. "Baiklah aku akan membawanya," ucap Raja Rederick kembali. Dirinya menarik diri setelah Raja Amung menghilang, berjalan melewati beberapa ruangan kerja miliknya termasuk beberapa berkas dokumen. Memasuki lorong dengan ukiran-ukiran lukisan di dinding, dinding yang terukir. Mansion ini memang mewah dan megah. Raja berjalan menuju ruangan Putri Ethelyn, ketika langkah kakinya terhenti, terdengar suara menangis dari Putri Ethelyn saat ini. "Bolehkah ayah masuk ke kamarmu?" Tanyanya dengan nada pelan. Beberapa jeda begitu sepi dengan suara Putri Ethelyn yang menghilang, tak lama pintu kamar pun terbuka. Ada Putri Ethelyn dengan mata sedikit sembab. Beberapa pelayan keluar dari ruangan mendapati Raja mendatangi Putri Ethelyn. Helaan napas keluar dengan nada melemah. Hingga punggung Raja Rederick dibiarkan agak menunduk karena tinggi tubuhnya melebihi tinggi Putri Ethelyn. Tangan kanan bergerak dengan menghapus salah satu bulir air mata di pelipis mata kiri. "Kau terlalu cantik untuk menangis anakku, bagaimana jika aku mengajakmu berjalan-jalan sedikit. Atau kita menginap di sebuah pegunungan dengan beberapa pemandangan laut," ucap Raja dengan nada pelan. Suaranya begitu sensitif membuat rona pipi Putri Ethelyn kemerah-merahan. "Ayah mengajakku jalan-jalan?" "Benar. Apakah kau menyukai pegunungan?" "Selain pegunungan apakah ada lautan juga ayah?" "Mungkin dari pegunungan terlihat lautan, jika kau menyukainya maka kita bisa melihatnya." "Apakah ada penduduk khusus seperti kisah dongeng?" "Penduduk khusus?" "Benar, penduduk yang asli wilayah sini. Apakah itu ada?selain peri, lagipula Peri Leci terkadang selalu ada disisiku apakah kita akan liburan bersama beberapa Keluarga Kerajaan?" "Apa kau ingin kita liburan dengan Keluarga Kerajaan?" Putri Ethelyn mengangguk dengan wajahnya yang tertawa kecil beserta rona wajah dengan sinar-sinar bahagia. Sedihnya hilang ketika Raja mengajaknya berjalan-jalan dan membawa keluarga Kerajaan Eloise, Benar apa yang di bicarakan Raja Amung, ia terlihat senang jika mendapatkan topik pembicaraan dengan liburan bersama keluarga Kerajaan. "Aku akan membereskan pakaianku, kita akan berkemah diluar. Pemandangan Kerajaan Andeleusia dan Kerajaan Eloise pasti terlihat sangat indah dan sejuk, kebetulan aku pun ingin berjalan-jalan di luar Istana Eloise ayah," jawab Putri Ethelyn. "Baiklah ayah akan menunggumu, sementara itu ayah akan menyiapkan perlengkapan berburu. Jika kita keluar Istana, ayah harus menyiapkan beberapa pengawal untuk menjaga Keluarga Kerajaan sepanjang jalan." "Baiklah ayah, aku akan menyiapkan beberapa bawaan untuk kita berjalan-jalan bersama keluarga Kerajaan." Raja pun tertawa dengan senyum kecil, melihat Putri Ethelyn yang senang mendengar jalan-jalan bersama keluarga Kerajaan. ** "Hei Leci, kau merawat Tuan Putri dengan sangat hati-hati tidak? Kau tahu kan bahwa kami saksi perjalanannya bersama Yang Mulia Ratu Allice," ucap Peri Arwell dengan menunjukkan satu buah pena bulu angsa kesayangannya berwarna putih. Tatapannya tegas dengan melirik ke arah Peri Leci. "Apa sih? Lagipula mulutku ini tidak bocor, semuanya aman terkendali." "Kau harus berhati-hati jika menjadi kaki tangan Para Bangsawan Raja. Kita ini adalah kepercayaannya layaknya cahaya mereka," ucap Peri Moza kepada Peri Leci. "Iya-iya ... kalian ini, aku akan pulang membawa bunga andeleusia kepada Tuan Putri Ethelyn," jawab Peri Leci pelan. Tak lama Peri Moza pun menutup mulut Peri Leci tiba-tiba, ada Ratu Allice yang datang menghampiri Pohon Andeleusia untuk mengukir doa kepada Lord Vada. Mengintip Ratu Allice berdoa dari balik pepohonan, menatap wajahnya yang berkilauan disana. "Benar-benar sangat mirip, kecantikan Putri Ethelyn mewarisi kecantikan ibunya," celetuk Peri Leci saat ini. Peri Moza menutup mulut Peri Leci dengan cepat supaya tidak ketahuan ada mereka yang sedang mengobrol di pepohonan andeleusia. Suara doa dari Ratu Allice pun terdengar, "Vada, tolong berikan selalu keselamatan untuk kedua anakku disana. Eadric dan juga Ethelyn. Mereka adalah dua manusia yang kulahirkan secara sempurna memiliki darah cahaya. Mereka sangat tampan dan juga cantik, sinari mereka dengan anugerah dan berkatmu Vada," suara doa dari Ratu Allice mengalun dengan lembut. Tak lama angin-angin pun bergelayut dengan menggerakkan dedaunan di pepohonan. Sinar wajah yang terang itu kini pergi kembali menghampiri anak-anaknya yang masih kecil. "Sepertinya Yang Mulia Ratu hamil lagi? Atau ini hanya firasatku," celetuk kembali Peri Leci saat ini. "Benar, beliau sedang hamil." Peri Arwell kembali menatap Peri Leci dengan tatapan sinis, "Katakan kepadaku kau mengajarkan ilmu apa saja kepada Putri Ethelyn?" "Apa? Aku hanya mengajarkan tata krama Kerajaan. Hanya itu, tidak lebih." "Kau tidak mengajarkan cara-cara menjamu para bangsawan atau perkenalan keluarga bangsawan? kau harus mengajarinya mulai sekarang Peri Leci," ucap Peri Moza bersikap kritis kali ini. Dengan nada mengomel dirinya menceramahi Peri Leci. "Kalian ini benar-benar sungguh merepotkan, hal seperti ini saja aku harus turun tangan, aku akan menyampaikannya kepada Austin dan Yang Mulia Raja Rederick," jawab Peri Leci. Peri Arwell pun menyilangkan kedua tangan dengan duduk di meja kesayangannya. "Benar, apalagi dia akan bertemu adiknya Putera Mahkota Eadric, ia juga akan bertemu dengan keluarga bangsawan lainnya selain Putera Mahkota Eadric," ketusnya kembali dengan pandangan mata Peri Leci dan Peri Moza yang membulat menegas. "Kalian ini, iya-iya aku mengalah. Lagipula mereka adalah adik-kakak, dan itu adalah tugasmu sebagai peri penjaga. Menjaga Putri Ethelyn untuk tidak menyukai Pangeran Eadric, jadi kau harus selalu menjaga Putri Ethelyn," ucap Peri Arwell kepada Peri Leci.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD