Tale 110

1047 Words
Garlanda menyesali 1 hal. Kenapa saat Radivan keluar tadi, ia tidak ikut keluar juga, kemudian langsung lari dan pergi dari rumah terkutuk ini. Bisa-bisanya Radivan itu. Sok baik sekali. Bisa-bisanya ia berpura-pura berwibawa seperti itu. Benar-benar orang munafik. Dosa apa Garlanda terlahir dalam keluarga yang sama sekali tidak mau memaklumi kekurangannya. Justru membencinya, merundungnya. Benar-benar keterlaluan. Kenapa pula ia tidak jatuh tertidur kembali? Tumben ia bisa terjaga sangat lama? Garlanda terduduk di lantai, bersandar pada dinding. Memikirkan kehidupannya yang aneh ini. Kenapa ia tak bisa memiliki hidup yang normal seperti orang lain? Atau setidaknya, ada solusi dari kelainan aneh yang ia hadapi. Suara besi bergesek kembali terdengar. Tatapan Garlanda langsung tertuju pada dinding sudut ruangan. Benar, seseorang sedang berupaya membuka pintu itu kembali. Ini adalah kesempatan baginya. Ia harus segera kabur dari tempat ini. Garlanda pun segera berdiri. Dan ia berjalan cepat menuju sudut ruangan. Seseorang yang muncul di sana, membuat Garlanda membeku. Ternyata itu adalah suster Ayla. Sang suster seperti biasa, tampak begitu cantik. Tak mengenakan seragam perawat seperti biasanya. Melainkan mengenakan pakaian kasual, dengan rambut terurai panjang. Bahkan ketika di mimpi pun, ia tak pernah melihat Ayla-nya Jodi dengan rambut terurai seperti ini. Karena Ayla-nya Jodi selalu berhijab setiap kali muncul dalam mimpinya. Berbeda dengan suster Ayla yang ia lihat sekarang ini. Begitu cantiknya Ayla, sehingga membuat Garlanda tak berkedip. Ia bahkan lupa dengan rencana awalnya untuk kabur. Sekarang suster Ayla sudah kembali menutup pintunya. "Kamu kenapa, Garland? Kenapa kamu terlihat sedih?" tanya suster Ayla. Garlanda menggeleng. "Kamu kenal dokter yang bernama Radivan itu?" Suster Ayla mengangguk. "Iya, beliau dokter paling senior, sekaligus dokter terbaik di sini, Garland." Garlanda terdiam. Kecewa karena suster Ayla seolah terlibat terlalu jauh dalam persekongkolan ini. "Suster, aku pikir kamu baik. Tapi kenapa kamu justru sangat mendalami peran seperti ini. Aku pikir kamu akan bisa membantu aku kabur dari sini." Suster Ayla mengernyit. "Apa maksud kamu, Garland? Mendalami peran apa yang kamu maksud? Aku sama sekali nggak ngerti." "Sudah lah, Sus. Jangan pura-pura tidak tahu. Kamu sama ayahku, juga ibuku, dan saudara-saudaraku, semuanya bersekongkol bukan? Aku sudah tahu semuanya." "Garland, cukup. Kamu terlalu banyak bicara tentang dugaan kamu sendiri. Kamu bilang tadi mau kabur? Memangnya kamu mau pergi ke mana, hm? Apa kamu pikir, dunia di luar sana akan lebih baik dibanding di sini?" Pertanyaan dari suster Ayla itu seakan membungkam Garlanda. Benar ... memangnya Garlanda akan menuju ke mana jika ia pergi dari sini? Ia tak punya arah dan tujuan. Ia bahkan tak ingat pernah punya teman. "Garland, kami di sini peduli sama kamu. Kami ingin kamu sembuh. Sehingga kamu bisa hidup normal seperti manusia lainnya. Aku memang nggak mengerti seberapa menderitanya kamu. Karena aku nggak pernah ada di posisi kamu. Tapi aku mohon, kamu harus bersabar, dan mau untuk kooperatif menjalani pengobatan. Satu bukti bahwa kami benar-benar peduli. Lihat lah. Kamu sekarang sudah bisa terjaga dalam kurun waktu yang cukup lama. Biasanya tak sampai 1 jam, kamu sudah tertidur kembali, bukan? Itu tandanya, proses pengobatan dari kami akhirnya membuahkan sedikit hasil." Garlanda masih terdiam. Emosinya sudah tak meledak seperti tadi. Tapi justru kini ia begitu bingung. Pengobatan apa yang dimaksud oleh suster Ayla? Pengobatan atas penyakit tidur tak terkontrol-nya, kah? Jika benar begitu, lantas kenapa dokter nya adalah Radivan yang merupakan ayahnya sendiri? Sementara Garlanda tahu persis, ayahnya bukan lah seorang dokter. "Lantas kenapa aku harus dikurung terus di dalam sini? Aku juga pengin menghirup udara segar di luar. Ruangan ini benar-benar menyiksa aku." "Garland ... aku paham kamu bosan. Bukan hanya kamu. Kita semua juga bosan berada di sini, entah sampai kapan." "Maksud kamu?" Garlanda semakin tak mengerti. Suster Ayla mengatakan kita? Berarti ... bukan hanya dirinya yang terjebak ... ah ... bukan terjebak. Melainkan terkurung di sini? "Dulu kamu, aku, dan pasien lain semuanya hidup bebas dan menghirup udara segar di luar. Tapi sekarang dunia ini sudah berbeda, Garland. Dunia sudah sangat banyak berubah. Di luar sana sama sekali tidak aman. Orang sehat saja bisa langsung sakit jika berada di luar tanpa perlindungan. Apa lagi seseorang yang sedang dalam pengobatan seperti kamu. Sabar lah, Garland. Kita semua harus berdoa supaya dunia ini segera membaik. Sehingga kita bisa bebas berada di luar seperti dulu. Dan kamu juga bisa bertukar sapa dengan para pasien di sini. Mereka teman-teman baik kamu, kan?" Garlanda terdiam kembali. Berusaha mencerna tiap penjelasan yang dilakukan oleh Suster Ayla. Bukannya paham, ia justru semakin bingung. Semakin tak mengerti. Bicara apa sebenarnya suster Ayla itu. "Suster, tolong jangan bohong. Aku tahu, ini adalah rumah orang tuaku. Rumahku sendiri. Suster tadi menyebut para pasien, seolah-olah tempat ini adalah tempat perawatan umum. Jangan coba membodohi aku!" "Garland, aku berkata jujur apa adanya. Aku nggak berbohong. Untuk apa aku berbohong?" "Untuk ala suster berbohong? Tentu saja karena suster dipekerjakan oleh papaku. Makanya suster menurut dengan apa yang dia katakan. Papaku tadi pasti keluar dan buru-buru kasih tahu suster untuk masuk dan menemui aku. Supaya aku tenang, karena papaku tahu, aku bisa diam dan kooperatif saat sedang bersama suster." Suster Ayla menunduk dalam. Wanita itu tampak begitu sedih. "Garland ... aku begitu sedih karena kamu jahat sekali sama aku hari ini. Kenapa, Garland? Saat kamu masih banyak tertidur, aku selalu berdoa pada Tuhan, supaya kamu cepat diberi kesembuhan. Tapi ... setelah kondisi kamu membaik, kamu malah jadi rebel seperti ini." Suster Ayla menangis terisak-isak. Garlanda terkesiap. Tak menyangka jika ia sudah membuat suster Ayla menangis. Ia merasa bersalah. Merasa begitu Jajat karena sudah membuat wanita itu meneteskan air mata. "S-suster ... maafin aku. A-aku ... sama sekali nggak bermaksud membuat suster sedih. Aku ... hanya sedang sangat bingung. Banyak sekali hal yang menurut aku aneh. Aku merasa sangat bingung. Aku tidak bisa percaya dengan apa yang suster katakan. Sebelum aku melihat sendiri, seperti apa di luar sana. Aku bisa pakai pengaman seperti apa Yang suster Ayla katakan tadi. Jika suster terbukti berbohong, aku tidak akan memaafkan suster. Aku akan pergi sejauh mungkin dari sini. Tapi ... jika apa yang suster katakan adalah kenyataan, maka aku akan dengan suka rela kembali ke sini, dan bersedia kooperatif dalam menjalankan pengobatan." Suster Ayla menghapus air matanya. "Baik lah kalau itu mau kamu. Sekarang ... ayo ikut aku!" Garlanda lagi-lagi terkesiap. Ia tak menyangka jika permintaannya akan dikabulkan secepat ini. Tak ingin menunggu lebih lama, Garlanda pun segera mengikuti di belakang suster Ayla.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD