Tale 79

1032 Words
Jodi tidak masuk sekolah keesokan harinya. Kemarin karena Jodi tak kunjung pindah ke kamar, Mbah Jum pun menyimpulkan bahwa Jodi memang belum sanggup untuk naik ke kamarnya sendiri. Sehingga ia meminta Pak Muklas dan Mr. Bagie untuk bersama-sama membopong Jodi untuk bisa berbaring lebih nyaman di dalam kamar. Tapi Jodi terbangun ketika dua orang dewasa itu hendak mengangkatnya. Jodi bersedia diantar, tapi tidak mau digendong. Sehingga ia dipapah saja oleh Pak Muklas dan Mr. Bagie menuju ke atas. Mbah Jum tak kenal lelah menemani Jodi sepanjang waktu, menyiapkan apa saja yang anak itu butuhkan. Sampai Jodi meminta Mbah Jum untuk pergi saja ke kamarnya dan istirahat. Jodi kasihan pada Mbah Jum yang pasti kelelahan menjaganya terus. Apa lagi di usianya yang sudah renta. Tapi Mbah Jum menolak, memilih untuk terus menemani Jodi Mr. Bagie juga menuruti perintah Mbah Jum untuk menulis sebuah surat, dan sekaligus mengantarkannya ke sekolah. Surat izin itu dibuat apa adanya, bahwa Jodi tidak bisa masuk sekolah karena sakit. Surat itu kembali membuat gempar semua orang. Karena Jodi kembali sakit, padahal baru saja sembuh dari sakitnya yang terakhir. Dua hari sudah Jodi tidak masuk sekolah. Ayla sudah galau tak keruan. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Jodi. Semakin yakin bahwa kecurigaannya bukan lah tanpa alasan. "Iput ... Fariz ... kalian nggak ada rencana buat ke rumah Jodi, ya? Kalian nggak mau jenguk dia?" Ayla memberanikan diri untuk bertanya pada dua sahabat Jodi itu. "Sebenarnya kami mau coba jenguk ke rumah Jodi nanti sepulang sekolah, La. Emangnya kenapa? Lo mau ikut?" Fariz menjawab sekaligus menawari Ayla. Ayla pun bagai mendapatkan sebuah rezeki nomplok. "Iya, Riz. Gue ikut! Sumpah si Jodi tu ya. Padahal gue bermaksud baik, coba chat dia, tanya keadaannya. Tapi dia jawabnya nggak jelas banget. Asal-asalan gitu. Ya kayak dia biasanya yang suka banyol." "Ya sama, La. Waktu gue sama Iput coba tanya, dia juga bercanda terus. Yang bilang katanya dia masuk angin lah,merindukan kasih sayang lah. Makanya kita buru-buru aja jenguk ke sana,biar tahu kondisi dia aslinya tuh gimana." Iput kali ini. "Tapi Lo jangan heboh ya. Jangan sampai yang lain tahu kalau kita mau ke rumah Jodi nanti. Takut pada ikut semua. Bisa dikira konvoi nanti kalau pada mau ikut semua." Ayla langsung mengangguk-angguk tanda setuju. Tentu ia juga tidak mau kalau sampai mereka berangkat seperti sedang kampanye partai. Yang ada nanti Jodi malah terganggu, tidak bisa istirahat dengan benar. Ayla lantas mengatakan kembali pada Fariz dan Iput tentang kecurigaannya. "Coba kalian pikir kembali tentan apa yang gue bilang saat pertandingan kemarin, deh. Banyak hal yang mencurigakan dari Jodi. Dia banyak berubah akhir-akhir ini. Dia jadi sering ngelamun, kadang murung, sering pucat, tambah kurus, ditambah sekali kalian pergoki dia pingsan mendadak, terus sekarang dia sakit, tapi nggak terus terang dia sakit apa. Malah mengalihkan pembicaraan terus kalau ditanya. Apa kalian nggak curiga? Jangan-jangan Jodi tuh lagi sakit keras. Gue khawatir banget, tau nggak." Ayla berusaha meyakinkan Iput dan Fariz tentang hal itu. Maksudnya, supaya mereka bersedia menggali informasi yang sesungguhnya dari Jodi. Mengingat mereka berdua adalah orang yang paling dekat dengan Jodi. Bukan seperti Ayla yang baru-baru ini saja menjadi dekat dengan Jodi. Fariz dan Iput saling berpandangan. Jujur sebenarnya mereka juga mulai curiga. Dan mulai menganggap bahwa ucapan Ayla itu benar. Tapi mereka masih mengalami pergolakan batin. Mereka tidak terima jika sahabat mereka Jodi, Ternyata memang benar sedang menyembunyikan sebuah rahasia tentang penyakit yang sedang menggerogoti tubuhnya. "Apaan sih, La. Jodi sehat kok. Jangan ngadi-ngadi deh." Fariz langsung menolak ucapan Ayla. "Tahu tuh si Ayla. Kalo ngomong tuh dijaga. Malah bisa jadi Lo nyumpahin si Jodi biar sakit parah. Gue tahu Lo khawatir. Makanya Lo jadi mikir berlebihan kayak gitu!" Iput malah menceramahi Ayla. Ayla belum menyerah. "Kalian tuh gimana sih? Kalian kan sahabat dekat. Aturan kalian tuh harusnya paham setiap detail perubahan yang Jodi alami. Setidaknya kalian curiga lah sama perubahan-perubahan yang dia alami." Fariz berdecak. "Lo tahu apa sih, La. Jodi tuh kalau ada apa-apa, pasti dia cerita sama kita. Dia selalu terbuka tentang segala hal kok sama kita." "Iya, La. Udah lah. Dari pada Lo banyak mikir aneh-aneh, mending woles dulu lah. Bisa jadi sebenarnya Jodi tuh nggak lagi sakit. Alias surat izin itu cuman digunakan sebagai alibi aja, supaya dia bisa istirahat di rumah. Mungkin dia capek doang habis tanding kemarin." Iput tentu saja membela opini Fariz. Dan Ayla yang malang pun hanya bisa cemberut. Padahal ia benar-benar yakin bahwa pikirannya itu benar. Ayla tidak menyerah. Jika Iput dan Fariz memang tidak percaya padanya, maka Ayla akan mencari tahu sendiri. *** Sepulang sekolah, Fariz, Iput dan Ayla benar-benar langsung pergi ke rumah Jodi. Karena Ayla naik sepeda, supaya lebih cepat, Fariz menyarankan supaya sepedanya ditinggal saja di sekolah. Sementara Fariz akan membonceng Ayla menggunakan motornya. Iput tidak bisa membonceng Ayla. Karena motornya saja sudah penuh diduduki sendiri olehnya. Perjalanan tidak memakan waktu lama. Karena Fariz dan Iput mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Ini adalah pertama kalinya Ayla datang ke rumah Jodi. Dan gadis itu pun sangat takjub dengan betapa mewah dan besar rumahnya Jodi. Yang seketika membuat gadis itu semakin minder ingin meneruskan usahanya untuk mendekati Jodi atau tidak. Fariz dan Iput langsung masuk saja melewati gerbang nan tinggi, melewati jalan paving nan panjang yang kanan kirinya terhampar rumput luas. Rumah ini benar-benar mewah seperti gambaran rumah sultan di televisi. Mereka langsung dipersilakan masuk oleh Pak Muklas dan Mr Bagie. "Langsung ke atas aja Mas Fariz dan Mas Iput. Mas Jodi ada di kamarnya." Pak Muklas memberi tahu. Sepertinya Fariz dan Iput sudah sangat akrab dengan semua orang di rumah ini. Ya tidak heran sih. Mengingat mereka adalah sahabat Jodi sejak lama. "Oh, iya, Pak Muklas. Makasih." Fariz menjawab dengan sopan. "Tumben kok ada Neng geulis ini juga. Siapa ini namanya?" Pak Muklas berusaha ramah juga pada Ayla. Ayla yang grogi, hanya bisa tersenyum canggung. "S-saya ... Ayla." Setelah Ayla memperkenalkan diri, Fariz kembali bicara. "Ya udah ya, Pak Muklas. Kami mau langsung ke atas aja." "Oh, iya-iya. Silakan." Mereka pun langsung naik memijak satu per satu anak tangga. Mereka melangkah dengan cepat, saking ingin segera bertemu dengan Jodi. Biasanya saat datang, Fariz dan Iput hanya akan langsung masuk. Tapi karena Jodi sedang sakit, mereka pun memutuskan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD