CERAIKAN AKU

1199 Words
Minggu pagi yang sepi,  Rania masih berada di dalam bed covernya. Enggan rasanya beranjak pergi dalam suasana mendung begini. Laptopnya masih menyala, ia ingin menuntaskan novel yang sudah ia tulis dan telah terikat dengan 'g*******l'. Harusnya ia segera menyelesaikan tapi berhari-hari ini kepalanya terasa pening. Ia seolah tidak punya inspirasi untuk melanjutkan ceritanya. Pusing sekali rasanya. Rania tidak menemukan cara untuk membuka kalimat dalam novel-novelnya.   Hari ini Rania akan berkunjung ke rumah Pak Leo bersama Pak Budiman. Ia sengaja bilang besok saat Pak Leo menelphon agar Pak Leo tidak perlu menjemputnya.   Ponselnya bergetar, Pak Budiman menghubunginya. "Sudah mandi, Ran ?"  "Assalamualaikummm" Rania menggoda dengan mengucapkan salam. Mungkin Pak Budiman lupa dengan salam itu. "Oh iya, waalaikumsalam" Pak Budiman tertawa renyah. "Sudah siap ?" "Lho, jam berapa sekarang ?" "Sudah jam delapan, Ran" "Astaghfirullah, ku fikir hari masih pagi." Rania mendongakkan kepalanya sambil satu tangannya membuka korden yang menjuntai di kaca jendela kamar. "Ya Allah, Pak. Saya mandi dulu ya. Maaf saya baru bangun. "Ucap Rania gugup. "Iya cepetan mandi, dandan yang cantik supaya Pak Leo terpesona nanti." Pak Budiman menggoda Rania. Yang di goda manyun, sedikit marah. "Rani tutup dulu telp nya ya, " "Boleh, tapi bisa nggak ya pintu pagarnya di buka, haus nih." "Pak Budiman, dimana ?" Tanya Rania. "Sudah di depan rumah bu Rani." Rania bergegas menutup sambungan telpnya. Berlari keluar kamar dan meminta Sri membuka pintu pagar. Rania bergegas menuju kamar mandi. Membasuh tubuhnya dengan air shower yang mengucur deras. Ia mengingat semua kejadian saat bersama Pak Leo. Hal yang paling mereka sukai adalah, mandi bersama di bawah air yang mengalir deras. Mencumbui rambutnya yang basah seraya bibir mereka saling berpagutan, meraka saling memuji, kekaguman yang tumpah ruah meluncur dari lidah mereka. Semua itu segera akan jadi kenangan. Sesaat lagi Pak Leo akan menceraikannya, dan semua kenangan tentang Pak Leo akan ia kubur dalam-dalam.   Gaun warna hitam panjang dengan tempelan diamond di sekitar tepian kain membuat gaun itu nampak mahal dan elegan. Jilbab kuning menyala dengan aksen diamond serupa, menggantung menutupi rambutnya. Rania mengoleskan bedak dan lipstik tipis. Ia mulai nampak cantik, terlebih ketika maskara menempel di bulu mata lentiknya.   Rania mengerjapkan bola mata indahnya.   Ia keluar menemui Pak Budiman. "Saya sudah siap." Pak Budiman menatap Rania takjub. "Kalau menemui Pak Leo cantik begini bagaimana Pak Leo bisa ikhlas menceraikan ?" "Penampilan saya salah ya, Pak ?" Tanya Rania bingung. "Nggak salah kok, santai saja."   Mereka menuju rumah Pak Leo, celoteh dan candaan ringan mengalir dari bibir Pak Budiman. Ia sengaja menciptakannya agar suasana tidak tegang. Pak Budiman tahu Rania sedang tegang luar biasa.   Rumah Pak Leo nampak sepi, tapi empat mobilnya tertata rapi.  Ada Ayla merah milik Rania. Ayla merah yang akhirnya jadi sengketa. Ayla merah yang di dalamnya ada uang Rania yang dia peroleh dari keringat halalnya saat dulu masih bekerja. Ayla merah itu bertengger di halaman rumah sejajar dengan mobil yang lain. Rania membatin. Dasar tidak tahu malu, kalau aku jadi istri Pak Leo aku tidak sudi melihat Ayla itu di depan mataku apalagi setiap hari berada di rumahku. Sulit memang, standart harga diri seseorang tidak bisa ditentukan dari seberapa tinggi pendidikan tapi dari seberapa tajam ia punya hati nurani. Dan hal itu yang sedang terjadi hari ini.   Rania dan Pak Budiman turun dari mobil saat nampak istri Pak Budiman sedang berada di luar.  "Assalamualaikum" Istri Pak Leo terkesiap ketika melihat wajah tamunya pagi ini. "Ada apa ?" tanya wanita itu sangat tidak sopan. "Saya ingin bertemu Pak Leo, Bu." Begitu pesan Pak Budiman. Mendengar itu istri Pak Leo yang bernama Laela membuka pintu pagar. Mereka berdua masuk tanpa di persilahkan.   Pak Leo keluar, "Lho ada apa ?"  "Bunda ingin kita bicara baik-baik, Ayah." Laela keluar dari dalam rumah. Ikutan nimrung di ruang tamu. "Ada apa pagi-pagi kemari ? sudah janjian ?" Tanya Laela. Rania menggeleng. "Ini inisiatif saya dengan Pak Budiman untuk datang dan bicara baik-baik " "Iya yang ingin dibicarakan apa ?" Tanya Laela. "Ayah, bunda ingin kita membicarakan hubungan kita. " Rania bicara pada Pak Leo tanpa menoleh pada Laela. "Hubungan tentang apa, bunda." "Kita sudah lima tahun tidak bersama tapi ayah tidak mau menceraikan bunda. Tolong kasihani bunda, Yah." "Ayah tidak bisa bunda." Laela istri Pak Leo marah melihat roman picisan di depan matanya, di dalam rumahnya. Dan ia pun menyela. "Cukup, ini sebenarnya ngomong apa.Diam dong, ini rumah ku kenapa kalian malah bikin roman disini." Laela bicara dengan bibir ditarik ke depan, mata melotot dan suara keras.   "Kamu yang diam, ma. Kami masih bicara." Pak Leo marah. "Papah kenapa jadi marah ke mama, kalian selesaikan masalah kalian di luar!" usir Laela. "Kamu itu yang cari masalah, " "Kok bisa aku ?"  "Iya kamu.!" "Wanita ini yang cari masalah !" Laela mengarahkan telunjuknya tepat di wajah Rania. Rania menepis telunjuk itu dengan kasar. Laela makin tidak terkendali. "Kamu itu tidak tahu malu, Leo ini suami ku." "Suami ku juga !" Laela tidak mai mengalah. Ia muak sudah cukup lama menahan amarahnya. "Mah, kamu bisa nggak diam sebentar. Selama ini papah sudah mengikuti kemauan mu, kamu yang setuju papah menikah dengan Rania, lalu kamu juga yang mengancam untuk bunuh diri dan membunuh anak-anak kalau papah meneruskan hubungan papah dengan Rania!" Pak Leo membuang nafasnya. Ada perih menggantung di matanya.   "Andai bukan karena permohonan mu hari itu, aku tidak akan menikahi suami mu. Dan andai bukan karena aku iba melihat wajah mu yang minimalis itu. HARI INI JUGA AKU AKAN MEMBAWA SUAMI KU KE RUMAH KU.!" Rania mulai marah. Nampak sekali dari nafasnya yang tidak beraturan.   "Tapi faktanya papah suami ku ayah dari anak-anak ku.!" Laela terisak. "Kamu tidak usah menangis, percuma. Aku tidak akan iba pada wanita licik seperti mu." "Justru hari ini aku datang kemari untuk minta suami ku mengucapkan kalimat talak padaku. Agar aku bisa bebas menikah dengan lelaki yang lebih baik dan agar hubungan ku terputus dengan mu juga keluarga mu.!" "Paksa suami mu, ayo." Rania membelalakkan matanya pada Laela.   Laela bungkam. "Pa, tolong ceraikan Rania." Laela memohon, Pak Leo menggeleng kuat. Wajahnya menunduk ada bening di pelupuk matanya. Lelaki seperti Pak Leo menangis ? Sedemikian dalam kah lukanya. "Pa, tolong demi mama dan anak-anak ceraikan Rania." Pak Leo menggeleng lagi. Laela mulai gemas. Ia masuk ke dalam rumah mengambil pisau dapur, Pak Budiman panik. Rania menyentuh lengan Pak Budiman. "Kalau papah tidak mau menceraikan Rania, mamah bunuh diri. Mamah capek Pa.!" Laela mulai memainkan drama Korea. Dan bukannya mencegah Pak Leo malah bangkit dari duduknya, melangkah keluar kemudian pergi dari rumah entah kemana.   Rania mencoba mengejar namun tak bisa. Pak Budiman dan Rania masuk mobil. Mengemudikan mobilnya keluar kompleks. Berharap bisa menemukan Pak Leo. Namun sayang Pak Leo tetap tak nampak.   Usaha Rania untuk mendapatkan cerai dari suami Sirri nya hari ini gagal lagi.   Satu jam kemudian, saat Rania telah duduk di dalam rumah Rania mendapat telp dari pihak rumah sakit. "Ini bu Leo ?" "Maksudnya?" "Kami menemukan handphone ini dan di kontak beliau ada nama Istriku 1 dan istriku 2. Saya coba menghubungi istri ku 1 apa benar ibu ?" "Saya masih tidak mengerti ?" "Ini dari rumah sakit ibu, suami ibu bapak Leo kecelakaan. Sebuah mobil menabrak beliau dari belakang." "Apa ?" Rania terkejut bukan kepalang. Hatinya kembali berdarah. Wajahnya pucat luar biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD