Aku tidak Bersalah

1013 Words
Edo menggenggam erat tangan Andin, sungguh dia begitu mencintai gadisnya, hanya tinggal menghitung menit, maka gadis pujaannya sebentar lagi shah menjadi nyonya Emanuel, aku berjanji akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini, gadis itu semakin tersipu malu, hatinya begitu berbunga bunga, kesetiaannya pada pria tampan yang sedang memegang erat tangannya, ternyata tidak sia-sia Andin begitu mencintai Edonya. "Ehemm!" Suara deheman Lusi mengagetkan mereka berdua, yang merasa seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. " Ada mahluk laen kelas!" cibir Lusi, yang merasa sebal dengan dua orang yang sedang di mabuk cinta itu. "Sorry gue lupa Lus." Edo terkekeh melihat wajah sebal Lusi, tangannya mengelus sayang sanggul gadisnya. Tidak selang beberapa lama, pak penghulu datang, acara ijab kobul akan segera di mulai. Dewi yang sedari tadi tidak melihat sosok putri pertamanya, mulai mencari keberadaan putrinya. "Saya nikahkan sodara Edo Emmanuel dengan sodari—" Belum selesai pak penghulu mengucapkan ijab qobul, tiba-tiba terdengar jeritan histeris Dewi, Andin langsung berlari menuju sumber suara Mamanya, Gadis itu berlari ke kamar Imel, dia yakin jika mamanya berada di kamar kakaknya. Andin diam terpaku melihat pemandangan di depannya, tubuh Imel terbujur kaku di pelukan sang mama, mulut nya berbusa, botol obat tidur berserakan dimana mana.. gadis itu mendekat di mendekap kakaknya, kemudian dia menggoncang goncangan tubuh Imel. "Kakak, bangun ... bangunlah ... kakak akan baik-baik saja, bukankah kakak bilang ingin melihat Andin bahagia? ambulance siapapun tolong panggil ambulance! cepat! kakaku akan baik-baik saja," Edo yang melihat kejadian itu , hatinya merasa teriris, ada perasaan bersalah, ada perasaan takut pada benaknya, Pria itu mendekat kemudian memegang tangan nadi Imel, Edo ikut meneteskan air matanya. ada rasa bersalah yang mendalam yang dia rasakan. "Sayang ... Imel sudah meninggal ..." Edo merangkuh Andin dalam pelukannya. "Tidak ... itu tidak mungkin!" bantah Andin, langsung tak sadarkan diri di pelukan Edo, tangannya bergetar ketika dia memeluk Andin, ada rasa takut luar biasa yang dia rasakan, Pria itu membawa Andin ke dalam kamarnya, suasan pernikahan yang bahagia berganti dengan suasana pemakaman, Dewi dan Hendra begitu terpukul dengan kepergian Imel, sepengetahuan mereka, putri pertama mereka terlihat baik-baik saja, tidak ada masalah, tapi kenapa Imel sampai mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini. Andin masih shock dengan kepergian kakaknya, perlahan dia membuka matanya, Edo masih setia menemaninya. "Kakak ... dimana kakak? aku hanya bermimpi 'kan?" Andin kembali terisak, mau tidak mau dia harus bisa mengikhlaskan kepergian kakaknya, Edo kembali memeluknya erat. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Pria itu berusaha menenangkan kekasihnya. "Kakak, Do. Ada apa dengannya, kenapa dia sampai senekat ini, apa dia tidak menganggap kami keluarga?" Edo semakin mempererat pelukan nya. "Ayo kita harus ikut ke acara pemakaman, apa kamu sudah siap?" Edo membelai lembut kepala Andin, dia benar benar mencintai kekasihnya. Andin mengangguk, dengan masih berpakaian pengantin, kedua calon mempelai itu ikut pergi ke acara pemakaman Imel, semua yang hadir di situ bertanya tanya, banyak para wartawan yang ingin meliput kematian putri pertama Permana, tapi para keluarga sepakat menutupi penyebab kematian Imel, semua orang yang hadir di situ, hanya mengetahui bahwa Imel meninggal karena serangan jantung. Sepulang dari tempat pemakaman Andin lebih memilih mengurung diri di kamar kakaknya, dia tidak habis pikir kenapa kakaknya sampai senekat itu di hari bahagianya, sedangkan Edo sudah pulang ke rumah pribadinya, karena Andin butuh waktu untuk sendiri, tiba-tiba saja di pikirannya terlintas tentang buku diary kakaknya, yang selalu dia simpan, mungkin dia bisa menemukan petunjuk tentang kakaknya. Andin mulai mencari diary itu di semua tempat, hingga saat dia membuka sebuah laci di dalam lemari baju Imel, dia menemukan sesuatu yang dia cari, kemudian dia memulai membuka buku itu perlahan, tanpa sengaja buku itu terjatuh, sehingga menyebabkan buku itu berantakan, sebuah foto terjatuh dari buku itu, Andin berjongkok untuk mengambil foto itu, kemudian dia membalik Foto itu. "Edo ..." Andin sempat terkejut, karena foto kekasihnya ada di buku diary kakaknya, beribu pertanyaan berkecamuk di pikirannya, ada hubungan apa antara Edo dan Kakaknya. Andin mulai membaca diary kakaknya. New york Dear Diary, Sudah lama aku mencintai laki-laki tampan nyang kebetulan satu kampus denganku, aku berusaha mencari tau tentang pria dingin itu, pria tampan berwajah bule, matanya yang berwarna biru, hidungnya. , wajahnya, sungguh mahluk Tuhan yang sempurna, akhirnya aku tau siapa nama pria itu, awalnya aku pikir dia orang Amrik asli. Ternyata dia sama-sama dari Indonesia sepertiku, andai si manisku Andin ada di sini, aku pasti langsung memberitahukan kepadanya tentang gebetanku, cowok tampan itu ternyata bernama Edoardo Emmanuel. Ternyata, kenyataan tak sesuai dengan impianku, pangeranku ternyata sudah mempunyai kekasih di Indonesia, dan menurut kabar, dia begitu mencintai kekasihnya, aku tidak peduli dengan kekasihnya itu, toh kenyataanya baru kekasih bukan istri, orang bilang ... sebelum janur kuning melengkung, dia masih milik semua. Aku semakin gencar mendekati Edo yang begitu dingin terhadapku. Hingga suatu hari, diadakan pesta kelulusan, waktu itu Edo mabuk berat, bukan hanya dia, tapi semua anak mabuk berat, untungnya aku tidak. Karena aku paling benci dengan bau alkohol, aku memapah tubuh kekar milik Edo, karena dia sudah tidak mampu berjalan lagi, akibat pengaruh minuman keras, kulajukan mobil ... menembus dinginnya udara malam kota New York dengan pangeranku yang sedang mabuk di sebelahku, aku sengaja membawanya ke apartemen ku karena aku tidak tau dimana tempat tinggalnya. Sambil memapah tubuh kekar itu, aku mulai masuk ke dalam apartemen ku, ku baringkan tubuh Edo di ranjang ku , aku membantunya melepas sepatunya, kemudian ku selimuti tubuhnya, Aku terkejut ketika aku mau meninggalkannya, tiba-tiba saja tangan kekar itu menarik tanganku hingga aku terjerembab ke pelukannya, d**a bidang , wangi aroma parfum yang begitu membuatku mabuk kepayang, dalam keadaan tak sadar Edo memelukku dengan erat, dia terus memanggilku 'sayang' bahkan aku semakin hanyut dengan sentuhan lembut Edo. "Sayang, kamu cantik sekali malam ini, kapan kamu datang? aku kangen banget." Edo berkata seraya terus mengecupi wajahku, tangannya mulai meremas payudaraku, awalnya aku menolaknya, tapi dia semakin gencar menciumi setia inci tubuhku. "Biarkan aku melakukan nya sayang, aku benar-benar merindukanmu." Tanpa sadar, dia sudah melucuti semua pakaianku, bahkan Edo mulai memasukan kan jemarinya di dalam mis "V ku" sialnya lagi aku mendesah menikmati setiap cumbuanya, gilanya lagi, aku merelakan sesuatu yang sangat aku jaga untuk dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD