Nico memeluk Nisa dari belakang, laki laki itu berusaha meredam kemarahan Nisa, sambil memeluk Nisa, dia terus menciumi leher Nisa dari belakang, Nisa yang mendapatkan perlakuan seperti itu, lama kelamaan hatinya meluluh.
"Sayang ... tolong jangan rusak malam ini dengan kecemburuan mu yang tidak beralasan," bujuk Nico.
"Kamu tau, aku cemburu kalau kamu sampai memandang wanita lain. Karena kamu hanya milikku."
"Apa kamu pikir aku senang. Kalau kamu bersama Frans, aku juga cemburu Sayang ..."
"Ayolah ... Nic. Bukankah kita sudah sepakat mengenai ini. Aku akan meninggalkan Frans setelah apa yang aku inginkan tercapai." Kini Nisa membalikan tubuhnya sehingga dia tepat berhadapan dengan Nico.Tanpa pikir panjang Nico melumat bibir Nisa yang merekah, mereka berdua hanyut dalam ciuman panas mereka, kini tangan Nico mulai menyusuri dua buah benda kenyal milik Nisa, dengan rakusnya laki laki itu menciumi dua benda kenyal itu, tangan nya mulai melucuti satu persatu pakaian Nisa. Kini Nisa hanya menggunakan underwear.
Nico segera membopong tubuh Nisa yang dalam keadaan setengah telanjang menuju kamarnya. Laki- laki itu membaringkan tubuh Nisa di ranjang big size nya, dia mulai melumati bibir Nisa, kemudian ke leher, dan beralih ke dua gunung kembar milik Nisa. Tubuh Nisa mengelejang merasakan sensasi sentuhan Nico yang luar biasa, Nisa membuka satu persatu kancing baju milik Nico, kemudian dia memegang j*nior Nico yang sudah menegang dari tadi, dia membuka ritsleting celana Nico kemudian dia mengelus benda keras itu, Nico menikmati sentuhan Nisa pada j*niornya, tangan Nico melepas underwear yang tersisa ditubuh Nisa, kemudian dia memasukan tangan nya ke dalam milik Nisa yang sudah basah, dia terus mengocokan tangannya ke dalam milik Nisa, sesekali dia menggesek gesekan miliknya pada tubuh Nisa.
"Ayo masukan sayang ... jangan buat aku tersiksa, ahh ..." Nisa sudah tidak sabar menunggu Nico memasukan j*nior nya ke dalam miliknya. Mendengar rengekan Nisa, Nico segera menancapkan j*niornya ke dalam milik Nisa, tanpa butuh waktu lama, j*nior Nico yang besar sudah memasuki milik Nisa, dengan cepat dia memaju mundur kan miliknya kedalam milik Nisa, hampir satu jam mereka melajukan hubungan layaknya suami istri, hingga keduanya melakukan pelepasan bersamaan, Nisa begitu bahagia karena dia selalu mendapatkan kepuasan dari Nico. Sedangkan Frans tidak akan pernah mau menyentuh wanita yang belum menjadi Istrinya, kadang dia berkhayal rasanya bercinta dengan Frans. Setelah merasa puas mereka berhenti. Keduanya saling tersenyum merasakan kepuasan dan kenikmatan sesaat itu, mereka melakukannya lagi dan lagi, sampai benar benar lelah.
**
Frans merebahkan tubuhnya di ranjang king zise nya, hari ini dia begitu lelah, setelah seharian dia harus mengantar calon istrinya untuk berbelanja, kemudian mengantarkan nya lagi ke rumahnya, dia juga harus mengurus perusahaanya, baru pukul 10.00 malam dia bisa menyelesaikan pekerjaannya, sungguh, hari yang sangat melelahkan, kadang dia tersenyum sendiri mengingat kekonyolan Andin.
"Kalau di pikir pikir Si bar bar itu nggemesin juga. Kamu lihat Frans ... saat pipinya merona karena menahan malu, pokoknya nggemesin banget. Sadar Frans, kamu sudah punya Nisa, apa yang kamu pikirkan soal si bar bar?" Frans berbicara sendiri sembari menepuk nepuk keningnya.Dia segera bangkit dari tempat tidurnya untuk membersihkan diri, dia tidak ingin larut dalam khayalannya.Setelah membersihkan diri dia berjalan menuju dapur untuk mengambil soft drink, dengan cepatnya dia meneguk minuman itu hingga habis. Frand merasa heran, kenapa bayang-bayang Andin Permana selalu menari-nari di angan-angannya.
Dia akui memang, kadang Andin begitu menjengkelkan, tapi kadang sifatnya yang ceplas ceplos sudah bikin dia kangen. Frans memang tinggal seorang diri di rumah mewahnya, hanya ada 3 orang satpam dan beberapa bodyguard di rumahnya yang begitu besar dan mewah. Frans memang sengaja memperkerjakan tukang bersih bersih rumahnya hanya pada siang hari. Malamnya mereka kembali ke rumahnya masing-masing.
Setelah menghabiskan beberapa botol soft drink, dia pergi ke kamarnya, karena hari ini dia benar-benar merasa lelah.
Keesokan harinya Andin sudah berdandan dengan rapinya. Hari ini dia harus mengurus proyek kerjasama yang sempat tertunda, karena tepat pukul 09.00 dia harus menghadiri meeting penting di sebuah hotel berbintang milik Frans. Andin memang sengaja menyibukan dirinya untuk melupakan masa lalunya yang begitu menyiksa dirinya, setelah semua ritual cewek nya selesai. Andin segera turun menuju ruang makan. Dimana kedua orang tuanya menunggunya, kemudian secara bergantian dia mencium pipi ke dua orang tuanya.
"Pagi sayang, gimana tadi malam? gimana kabar tante kamu sama keponakan tercinta mama." Dewi begitu antusias untuk mendengar kabar keponakannya yang sudah lama tinggal di negeri Paman Sam.Hendra, papanya Andin ikut mendengarkan cerita anak semata wayangnya.
Sambil menggeser kursi untuk duduk. Andin mulai menceritakan kabar Lusi yang baik baik saja, serta tentang keinginan Lusi yang ingin menetap di Indonesia. Sesekali mereka bertiga tertawa dengan kekonyolan yang Andin buat, kehangatan keluarga kecil itu begitu terasa, Hendra dan Dewi sangat bangga memiliki seorang putri yang begitu baik seperti Andin.
"Oh ya, Sayang. Nanti setelah selesai meeting, kamu mau kan? temenin mama buat nemuin sahabat mama. Kamu masih inget 'kan,
dengan tante Sarah. Mama nanti ada rencana buat nemuin dia, rasanya Mama kangen banget, secara sudah lama banget mama nggak bertemu dengannya." Dewi berucap sambil memegang jemari putrinya, seolah memohon persetujuan dari putri semata wayangnya.
Andin yang mengetahui sikap mamanya, mengiyakan permintaan mamanya.
"Tentu ma. Lagian Andin juga kangen banget sama tante Sarah. " Andin memang cukup dekat dengan Sarah temen mamanya, Sarah memang jarang sekali di Indonesia.Sudah satu minggu ini dia pulang ke Indonesia, untuk itu dia meminta sahabatnya untuk menemuinya di hotel miliknya.
" Mama denger ... kemarin ada yang menghajar cowok ya ..."
Sambil mengoles roti, Dewi melirik ke arah Andin.
" Huh!
"Huh! dasar sepupu tukang ngadu." Andin merasa kesal, karena Lusi mengadu kepada mamanya tentang kejadian kemarin.
"Kenapa sayang? kok kayak sebel gitu, bukannya kemarin kamu ketemu sama Frans?" tanya sang papa yang merasa penasaran dengan putrinya.
"Iya, kemarin memang Andin ketemu sama cowok jutek itu Pa. 'kan Papa yang nyuruh Andin."
"Uhuk! pinter ngeles ya ... anak maman." Dewi terus memancing putrinya, supaya mau menceritakan kronologi kejadian kemarin.
"Jadi bener, kamu habis gebukin anak orang, Sayang ..." Kini sang papa ikut ikutan menginterogasi Andin.
"Entahlah, Pa." Andin segera bangkit dari kursinya, setelah mencium ke dua orang tuanya, gadis itu pergi tanpa memberikan penjelasan kepada papa mamanya, yang masih dilanda rasa penasaran.