Andin masih shock melihat keakraban Nico dan Frans. Frans tersenyum melihat kedatangan kekasihnya, dia merasa heran dengan Andin yang terlihat sedikit shock, Andin dan Nisa segera ikut bergabung bersama mereka, sebisa mungkin Andin menutupi perasaanya yang gundah, dia tidak ingin Nisa dan Nico merasa curiga terhadap dirinya.
"Sayang, lihat ... siapa yang datang," ucap Frans sembari merangkul Nico.
"Iya, hai Nic. Apa kabar ...?" ucap Nisa seperti tidak terjadi sesuatu diantara mereka.
"Uhuk! uhuk!"
Andin tersedak air mineral yang baru saja dia minum sehingga mengeluarkan air yang baru saja dia minum, dan sialnya lagi, air itu menumpahi celana Frans.
"Kamu-! apa sebenarnya masalah kamu sama aku." Frans mengelap celananya yang basah akibat ulah Andin.
"Salah sendiri kamu duduk di sebelahku," ucap Andin dengan cueknya.
"Hei, dengerin aku ya! Nona Andin Permana yang terhormat, bisa nggak? satu menitaja, ya-cuman satu menit! tolong jangan menggangu hidupku, paham!" Frans berkata sambil menyatukan ke dua tangannya seraya memohon kepada Andin.
"Dasar cowok songong! gak usah kepedean deh. Lagian siapa yang mau godain kamu." Kali ini Andin benar benar jengkel dengan tingkah Frans.
"Hei, kalian berdua ini apa apaan sih. Dari awal ketemu berantem terus," timpal Lusi yang merasa heran dengan Frans dan Andin yang selalu berantem.
"Andin ... kamu nggak kangen sama kita berdua. Kok, dari tadi nggak nyapa kita," ucap Ria dan Tika bersamaan.
"Eh, ya ampun. Ria ...Tika ... maaf, aku nggak begitu fokus sampai lupa. Sini aku peluk, tentu saja aku kangen banget sama kalian." Andin merentangkan tangannya seolah menunggu pelukan kedua sahabatnya.
"Dasar cewek aneh. Masa sahabatnya sendiri di lupain," gerutu Frans. Tanpa sengaja Andin mendengar ucapan Frans.
"Auww!!!!"
Frans meringis kesakitan akibat ulah Andin yang menginjak kakinya cukup keras.
"Rasain!!! emang enak ..." Andin berkata lirih yang hanya si dengar oleh Frans. Kemudian tanpa rasa bersalah dia tersenyum kepada kedua sahabatnya, seolah tidak terjadi apa apa.
Frans melotot ke arah Andin
"Ada apa Sayang ...." Nisa memegang tangan Frans.
"Eh, nggak kok sayang ,nggak ada apa apa, tadi cuman ada nyamuk yang nggak penting", ucap Frans seraya melirik Andin.
Kini giliran Andin yang melotot ke arah Frans, dia merasa tidak suka di katai nyamuk oleh Frans. Andin bersiap untuk menginjak kembali kaki Frans, tapi dengan sigapnya Frans segera mengangkat kakinya seolah dia sudah mengerti dengan apa yang akan di lakukan oleh Andin.
Frans tersenyum penuh kemenangan, karena usaha yang di lakukan Andin gagal. Nico yang dari tadi terpesona dengan kecantikan Andin sesekali mencuri pandang terhadap Andin.
"Eh, ngomong ngomong kamu belum ngenalin aku sama cewek yang ada di sebelah kamu Frans," ucap Nico penuh protes.
"Eh iya, Nic. Kenalin nama nya Andin Permana, mungkin kita akan sering bertemu dengannya karena kita akan menjalin kerjasama dengannya."
Frans memperkenalkan Andin kepada Nico karena menurutnya Nico adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan nya. Dengan senang hati Nico mengulurkan tangannya, yang di sambut dingin oleh Andin.
"Jadi, Nico adalah sahabat Frans.Kok bisa, dia bermain gila dengan calon istrinya," batin Andin.
"Hemm ... kayaknya Andin ini bukan cewek gampangan seperti Nisa," gumam Nico dalam hati, yang merasa tertantang dengan sosok Andin.
Nisa yang dari tadi memperhatikan sikap Nico merasa tidak terima, dia meremas tangannya, matanya melotot ke arah Nico, tangannya mulai mengetik sesuatu di ponselnya.
Nico melihat pesan yang masuk ke ponselnya.
"Awas! kalau kamu macam-macam!"
Ternyata Nisa mengirimkan sebuah pesan ancaman kepada Nico.
Walaupun mereka semua baru saling kenal, tapi mereka sudah terlihat begitu akrab satu sama lain. Setelah acara makan makan selesai, Lusi dan Andin memutuskan untuk pulang, sedangkan Frans menemani Nisa berbelanja di Mall itu, Ria dan Tika juga berbelanja di tempat itu, sedangkan Nico memutuskan untuk kembali ke kantor.
Kini Andin dan Lusi sudah berada di dalam mobil milik Andin, Lusi sengaja ikut mobil Andin karena Andin ingin mengantarkan sepupunya pulang ke rumahnya, sekalian dia ingin menemui tantenya.
"Ndin, Kamu kok dari tadi aneh banget, ada yang kamu sembunyikan ya ..." Lisa memulai pembicaraan di antara mereka.
"Eh iya, kalau aku bilang Nisa itu kekasih Nico, kamu percaya nggak Lus?" Andin berkata sambil tetap fokus menyetir mobil sportnya..
" What!! kamu jangan ngaco ah, mana mungkin? Nisa 'kan calon istrinya Frans. Sedangkan Nico sahabatnya aku nggak percaya, nggak. Pokoknya nggak ...!" jawab Lusi dengan yakinnya.
"Lus, kamu pikir aku nggak seriu? trus apa untungnya buat aku pakai mengarang sebuah cerita bohong," ucap Andin dengan nada sedikit jengkel karena sepupunya menganggap dia berbohong.
"Trus, apa yang membuat kamu percaya mereka epasang kekasih."
Kini Lusi membalikan badannya dan menghadap ke arah Andin yang sedang sibuk menyetir untuk memastikan jawaban Andin.
"Kamu tau? tadi waktu aku pergi ke toilet. Aku, dengan mata kepalaku sendiri melihat mereka berdua sedang melakukan adegan ciuman panas. Bahkan dengan fulgarnya Nisa bilang, I want s*x before marriage, apa kamu pikir dari tadi aku nggak merasa shock. Kasihan 'kan si Frans, ganteng ganteng cuman dimanfaatin cewek," terang Andin panjang kali lebar.
"Gila! keterlaluan banget mereka berdua, padahal Frans kelihatan nya cinta mati sama tu cewek. Lihat saja, aku bakalan ngasih tau kejadian ini sama Frans," ucap Lusi berapi api, seketika itu juga muncul ide Lusi untuk menjodohkan Andin dan Frans, menurutnya mereka berdua cocok.
" Kamu pikir si Frans bakal percaya sama omongan kita? kalau tanpa bukti." Kini giliran Andin yang bertanya.
"Betul juga ya ..."
Lusi mengiyakan kata kata Andin yang betul adanya.Tapi walau bagaimanapun dia tidak ingin seseorang memanfaatkan sahabat nya itu.
Tanpa terasa mobil yang Andin kendarai sudah sampai di depan sebuah rumah yang begitu besar dan mewah, dari depan pintu sudah berdiri seorang wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik, walaupun sudah berumur, dia adalah tante Siska, mamanya Lusi..
Tante Siska menyambut kedatangan putri dan keponakannya dengan penuh suka cita.
***
Di tempat lain
Nisa menerobos masuk ke dalam sebuah apartemen milik Nico.
"Apa apaan kamu Nic. Beraninya kamu mengagumi cewek lain di depan mata kepalaku sendiri, apa kamu pikir aku tidak tau isi otak kotormu itu hah!" Nisa begitu terbakar oleh api cemburu, dia begitu cemburu jika Nico sampai menaruh hati pada Andin, dia tidak ingin wanita manapun mendekati Nico ataupun Frans.
"Tenang sayang, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Kamu tau, hanya kamu yang terbaik."Nico menyakinkan wanita nya itu, sembari memeluknya dari belakang.