Andin melepas pelukan Edo. "Biar aku obatin lukamu ..." Andin mengusap lagi luka lebam di wajah Edo. "Ini tidak apa-apa ... besok juga lukanya hilang." "Stop Edo! lukamu itu bisa infeksi kalau nggak segera di obatin." Inilah wajah galak Andin yang selalu dia rindukan, jujur ... lebik baik Edo melihat Andin yang galak karena menghawatirkannya, daripada melihatnya menangis karena hatinya juga seolah tersayat melihatnya menangis. Andin menarik Edo menjauh dari kamar hotel yang ia tempati, Edo mengikutinya dari belakang dengan perasaan luar biasa bahagia. "Dimana kamarmu? disana ada kotak P3K 'kan?" "Eh, iya ... ada!" jawab Edo yang tersentak dari lamunannya. "Tadi kamarnya nomer berapa?" "Nomor 105 ..." Andin segara membuka kamar yang Edo maksud. "Duduklah, aku ambil kotak nya dulu