"huahahaaahahah... Gilak Lo,gilak" terdengar teriakan keras dari komplotan paling sudut,siapa lagi kalau bukan Ciko.
James kembali menunduk, sambil memegang setangkai bunga mawar yang dipetik dari depan kelas.
"Ciko,maukah engkau menjadi istri dari anak-anak ku?" James tengah bersimpuh dengan ekspresi menggoda sambil memegang tangan kanan Ciko.
Ciko bertingkah seperti seorang Juliet,ia menutupi mulutnya dengan tangan kirinya. Lalu mengedipkan matanya.
Sekelas tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan mereka. Sudah lama Ciko dan teman-teman mendrama seperti ini.
"Ahh,udah ah. Gue udah capek,main peran tapi gak laris juga,bahkan dibayarpun tidak." Ucap Ciko seraya berjalan kearah bangkunya.
Ciko membuka seragam olahraganya. Tampak otot kotak-kotak mengelilingi sekujur tubuhnya.
Ciko mengambil botol minum milik Nessa lalu meminumnya. Kemudian dia menuang ke atas kepalanya.
"Ueek,sok keren loh gan,mau muntah kandungan gue. Lo kayak bebek mandi gitu,gak kuul" Ucap James sambil menarik botol itu dari Ciko,lalu meminumnya sampai habis.
Ciko hanya tertawa kecil lalu duduk kembali.
Tiba-tiba Nessa masuk kedalam kelas. Matanya langsung membesar saat melihat James memegang botol minumnya yang sudah kosong.
"Jamesss... Kok teh gue habis? Lo sering banget ya,minum teh gue. Kali-kali gue bakalan buat racun tikus ke teh gue,biar gak diminumin lagi sama Lo semua." Ucap Nessa dengan tangan super ligat merampas botol berwarna pink itu lalu sempat juga dipukulkannya sama si James.
"Aw,aw... Sakit bunda, pelan-pelan aja. Biar papa kuat ngeladeninya." Balas James setelah menerima pukulan dari Nessa.
Nessa hanya melirik sinis kepadanya.
Melihat itu,Ciko yang awalnya diam tiba-tiba berdiri dan langsung menghambat Nessa.
"Lo mau kemana? Kalau Lo udah masuk ke kawasan kita-kita,Lo harus ngikutin peraturan kita juga." Ucap Ciko sambil memegang tangan Nessa.
Nessa langsung mematung. Baru kali ini Ciko memegang tangannya kek gitu,mukanya merah padam. Kakinya dingin.
"Apaan sih Lo?" Tanyanya lembut.
Seketika James dan kawan-kawan berteriak heboh karna Nessa bisa ditaklukkan oleh Ciko.
Ciko maju selangkah, tubuhnya yang berotot membuat Devany meneguk ludahnya dengan susah.
Ciko maju selangkah lagi. Tubuh mereka sangat dekat,tapi tetap aja si Nessa gak bergerak. Dia malah menutup matanya.
"Nes, sebenarnya selama ini,ada yang mau gue bilang sama Lo." Bisik Ciko ketelinga Nessa. Membuat Nessa bergidik ngeri.
"Sebenarnya, gue itu cuma mau bilang...." Ciko kembali lagi mendekatkan bibirnya tepat ditelinga Nessa.
"Ngapain Lo suka banget ngatur gaya,kecakepan,beli baju sama make-up mahal-mahal,baju ketat pas-pasan body,kalau toh.... Sebenarnya,para cowok lebih suka ngelihat cewek tanpa busana.." ucap Ciko yang langsung mendapatkan tamparan keras dipipinya.
"Sialan Lo," Ucap Nessa lalu berlari ke luar kelas.
"Hahahahhah.... Ngeri juga yah Lo Cik," Teriak heboh James dan kawan-kawan mengalahkan suporter Indonesia di acara panjat pinang internasional.
Nessa berlari malu. Dia menabrak Devany dan Suji sewaktu mereka mau kekelas.
"Kenapa dia!" Tanya Suji keheranan.
Devany hanya menggelengkan kepalanya.
"Mungkin bocor kali," Jawabnya santai.
Mereka sampai di kelas dan mendapatkan sebuah pemandangan yang lain. Ciko yang sedang telanjang d**a sedang bermain gitar.
Mata mereka saling bertemu.
Mata hitam Devany dengan mata coklat milik Ciko.
Cowok putih jangkung itu langsung membuang muka dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Dia berteriak kegirangan sambil memainkan kunci palangnya.
Devany menuju tempat duduknya. Dia tertunduk lesu. Begitu banyak beban yang harus dia lalui.
Suji,melihat belakangan ini sahabatnya sering murung sendiri. Dia hanya memegang lengan Devany lalu tersenyum menguatkan.
Itulah arti sebuah sahabat. Selalu ada saat dibutuhkan.
Devany menoleh kearah Ciko,matanya mulai berkaca-kaca.
"Gue gak pernah tau salah gue apa,yang jelas gue sekarang merasa sakit banget. Lo kenapa sih cik?"
???
Kring...Kring...Kring...
Suara lonceng di pintu itu akan berbunyi jika seseorang datang dan masuk kedalam tempat itu.
Lelaki tua yang selalu duduk untuk melayani pelanggannya langsung tersenyum ketika melihat seorang gadis datang dengan tasnya yang berat.
"Sudah lama kamu tidak mampir ya,nak Devany." Ucap pria tua itu kepada Devany.
Devany juga tersenyum. Memang sudah lama dia tidak datang ke toko buku itu. Lelaki tua tadi adalah sosok yang selalu memberinya motivasi. Namanya Hendrawan Supratikno.
"Iya paman,Devany banyak tugas." Balasnya ceria.
"Kamu mau beli apa?" Tanya Hendra.
Devany langsung mengambil sebuah buku lalu memberikannya kepada Hendra.
"Buku diary? Tumben juga kamu beli ini. Gak beli buku fisika atau kimia gitu?" Tanya Hendra lagi.
Devany hanya menggelengkan kepalanya lalu membayar buku itu. Kemudian dia pergi dan melambaikan tangan kepada Hendra.
Sejujurnya,ini kali pertama Devany hanya singgah sebentar di tempat itu . Biasanya dia bakalan berjam-jam berbicara dengan Hendra.
Tapi kali ini,Devany benar-benar ingin sendiri.
Gue gak pernah sedingin ini sebelumnya. Tapi, entah kenapa gue memang lagi pengen sendiri. Bersama dunia gue yang suram.
***