Episode 13

705 Words
Pukul 05:35. Tampak Devany sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ningsih yang sedang memasak nasi goreng terkejut saat Devany tanpa berkata apa-apa langsung pergi keluar rumah. Krekkk... Terdengar suara khas pintu gerbang yang terbuka. Ningsih berlari keluar tetapi tidak menemukan Devany. "Kenapa sih, anak itu?" ??? "Huhhft..." Devany melepaskan nafas lega. Dia adalah siswa pertama yang datang. Dia sampai disekolah masih pukul enam pas. Biasanya,pasti masih ada anak sekolah yang baru bangun pukul segini. Tetapi Devany,udah ada di sekolah deluan. Devany langsung membuka n****+ kesayangannya lalu menaruhnya di atas meja. Devany juga mengambil roti bungkus yang tadi sempat dibeli sewaktu kesekolah. Seiring berjalannya waktu, siswa datang satu persatu. Hingga seseorang sempat terkejut saat melihat Devany duduk di kursinya. "Aigooooo... Kok tumben banget Lo datang secepat ini Dev? Gue aja yang rumahnya lima langkah dari sekolah,palingan dateng tengah tujuh. Berani banget Lo? Gak takut sama penghuni ruangan?" Tanya Reiza,salah satu tokoh baru dalam cerita.Eh maksudnya salah satu teman sekelasnya Devany yang paling menonjol dari yang lain. Reiza itu seorang lelaki (katanya sih gitu) punya rambut,mata,sama hidung ( yaelah,anak bayi juga tau). Dia itu sering digangguin sama geng siciko (?). Dia itu yang paling kurus dikelas,tapi paling pintar dalam mengarang cerita. Udah,itu aja. Devany memutar bola matanya malas. Sedangkan Reiza mendatangi meja Devany. "Lagi malas datang lama. Ngapain takut,guekan salah satu dari mereka. Hahahah" Ucap Devany dengan nada garing. Reiza malah tertawa terbahak-bahak. Membuat Devany memasang wajah datarnya. "Lo ngapain sih?" Tanya Devany. Reiza hanya cengingisan. Lalu pergi keluar kelas meninggalkan Devany sendirian. Beberapa belasan menit kemudian,bel sekolah berbunyi. Semua siswa masuk keruangan dan pelajaran dimulai. Hari ini,kelas tampak begitu 'tenang'. Eh,kok tumben juga yah,tenang? Oh iya, salah satu dari siswa terpopuler di sekolah ternyata tidak datang. Loh,dia gak datang? "Ciko," panggil Bu Suci ketika mengabsen seisi kelas . Semua mata menuju kearah sudut. Tetapi yang dicari tidak ada. Sekelas mulai mencari-cari. Ada yang nyari ke dalam laci,dibawah meja,dibawah kursi bahkan dikotak pensil. Ya kali,tuh anak berubah jadi tungir,biar lebih mudah di plintes. "Gak hadir Bu," Jawab mereka ketika Bu Suci selalu memanggil Ciko. "Devany," "Saya Bu," Dan sampai seterusnya. Cuma Ciko yang gak datang. Kelas benar-benar sepi. Memang,kalau si perusuh kelas itu gak datang,kelas tampak seperti kuburan. Eh,kok jadi kecarian sama Ciko yah? "Baik,kita lanjut membahasnya tentang kerajinan tangan dari limbah botol bekas. Sebelum itu,kita kembali bentuk kelompoknya.." Ucap Bu Suci. Devany menarik nafas panjang. Tetapi tiba-tiba dia kembali bersemangat, karena musuh bebuyutannya ternyata tidak datang. "Yesss, akhirnya gue bisa bebas dari si.." Tok...Tok...Tok... "Permisi Bu,mau masuk." Seseorang mengetuk pintu. Devany menghentikan kesenangannya. Matanya terbelalak melihat Ciko dengan seragam urakan sedang tersenyum lebar didepan pintu kelas. "Masuk!" Seru Bu Suci dengan mata mengintimidasi. "Kenapa terlambat? Ngurusi bini? Anak minta beli paket internet? Atau kucing tetangga mau dimakamkan? Apa? Kenapa?" Tanya Bu Suci bertubi-tubi. Ciko hanya tersenyum manis,berjalan sambil memasukkan seragamnya. Saat sampai di meja guru,dia memakai dasi. "Maaf Bu,saya tadi nganterin opah saya ke bandara." Jawab Ciko santai. "Mau ngapain? Mau kamu antar langsung ke akhirat?" Tanya Bu Suci lagi. "Hahahaha...Ibu bisa aja,mana mungkinlah bu. Nanti saya jadi anak durhaka," Balas Ciko lagi. "Push up tiga puluh kali,karna kamu terlambat tiga puluh menit." Ucap Bu Suci. Ciko melakukannya tanpa perlawanan. Setelah itu,Bu Suci menyuruhnya masuk ke dalam kelompoknya. Namun, bukannya berjalan kearah meja Devany,Ciko malah masuk ke kelompok James. Dia langsung meletakkan tasnya dan duduk di samping James. Tanpa melihat sedikitpun kearah Devany. Devany yang awalnya biasa aja tiba-tiba merasa sakit hati. Yah memang sih,satu kelompok pun sama Ciko gak ada untungnya. Tapi,cara Ciko itu begitu parah. "Loh,kok kamu duduk disitu? Bergabung sama Devany." Ucap Bu Suci dengan keras. Ciko menoleh sebentar kearah Devany. Lalu melihat kearah Bu Suci lagi. "Ciko mau pindah kelompok aja Bu,biar lebih aktif." Balasnya. Booommmm Devany merasa tertusuk duri beracun. Awalnya sakit cuma dihati,tapi lama kelamaan merambat keseluruh tubuhnya. Satu kelas melihat Devany yang duduk sendiri. Sedangkan Ciko duduk bertiga sama si James dan Nessa. Ciko sempat diam. Namun, dengan cepat ia bercanda tawa dengan James. Kemudian Devany mengerjakan tugasnya. Tetapi kali ini,dia gak konsen. Entah kenapa rasanya Devany pengen nangis. Tapi gak bisa. Untuk sesaat,Ciko memperhatikan Devany, seketika senyumnya memudar saat melihat Devany duduk sendiri. Tanpa sebuah kelompok. "Maaf Dev,cuma ini cara supaya gue bisa gak nyakitin Lo lagi," ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD