Episode 10

786 Words
Aneh banget,kenapa yah setiap gue lewat,semua orang tertawa. Apa yang salah sama gue? Apaan sih? Gue kok deg-degan gitu yah? "WOI! KETEK KUNING!" Tiba-tiba seseorang dari kelas sebelas IPA lima menegur Devany dengan suara nyaring. Semua orang yang ada di tempat itu menoleh dan menyorot Devany sambil menahan tawa. "Apa Lo bilang? Ketek kuning? Siapa yang Lo bilang?" Devany nyolot tak berjeda. "Lo gak tau? Mulai dari Lo jalan dari kantin,ke perpustakaan,ke lapangan,bahkan melewati koridor kelas,Lo jadi bahan tertawaan. Belakangi gue," Ucap nya panjang lebar. Devany menurut saja. Dia membelakangi cowok itu. Tak beberapa detik,cowok tadi menarik secarik kertas kecil yang ditemani dengan lem isolatif lalu memberikannya kepada Devany. Gadis itu langsung merampasnya dan membaca tulisan yang ada di kertas itu. "Hati-hati!!! KETEK kuning mau lewat!!Awas tertular!!Nanti Lo gak waras lagi!!Bisa aja jadi zombie,atau makhluk astral tak kasat mata atau juga manusia muka singa. Salam,perusuh kelas." "Apaaaaaaaaa????"Devany seketika berubah menjadi seperti valak. Dia langsung berjalan kekelas seperti akan melabrak perempuan selingkuhan suaminya. Semua orang tertawa, tetapi langsung berhenti saat Devany menatapnya garang. "Apa Lo?" "Garang banget sih,kayak tante girang diselingkuhi mantan." Ucap setiap orang yang mendapatkan tatapan tajam dari Devany. Sesampainya di kelas,yang dicari sedang main kartu sama komplotan James. "Woyy Ciko. Gue mau ngomong sama Lo. Maksud Lo apaan sih, buat-buat kertas kek gini? Lo mau mempermalukan gue didepan semua orang,iya?" Tanya Devany dengan suara kuat,tak berjeda,lancar,dan pastinya penuh dengan emosi. Suaranya juga terdengar bergetar seperti menahan tangis. Ciko yang lagi berpikir keras sambil memegang kartunya hanya menoleh sebentar lalu melemparkan kartu pilihannya ke tengah-tengah mereka. "Main. Giliran Lo,gan." Ucapnya tanpa merespon ucapan Devany yang tengah berdiri seperti istri minta uang bulanan sama suami. Devany menarik nafasnya kasar. Ia mencoba menenangkan diri. "Ciko,Lo bisa jelasin gak maksud Lo itu apa?" Tanyanya untuk yang kedua kali. Tetapi Ciko tetap diam,tak merespon juga. Tiba-tiba dia tertawa besar karena James kalah. Dia pemenangnya. "Skakmat. Gue menang,ingat janji Lo tadi. Lo bakalan minta nomornya tuh adik kelas buat gue." Ucap Ciko di sela-sela tawanya. Dia hanya menoleh lagi kearah Devany lalu melanjutkan permainannya. "Gue yang ngocok kartunya sekarang." Ucap Ciko sambil mencampur-campur kartunya. "Cikoo," Panggil Devany pelan. Ciko tetap diam. Devany tak bisa sabar lagi. Dengan cara brutal dia menarik kartu yang ada ditangan Ciko lalu mengoyaknya menjadi dua,tiga,empat,bahkan bagian yang kecil-kecil. Padahal kartu itu tebal,banyak,dan keras. Sungguh ajaibnya! "Hiksss...Hiksss.. Hiksss... Gue udah tanya dari tadi ya,apa alasan Lo buat gue notes kayak gini,hah? Lo mau mempermalukan gue? Bilang Ciko,bilang." Kini air mata yang sudah lama terbendung tumpah membasahi pipi Devany. Devany memukul-mukul Ciko sambil menangis. "Gue malu banget tau gak,iya..Gue tau kalau ketek gue kuning sedikit. Inikan baju waktu kelas sepuluh. Gue tau kok,kalau bos Lo itu perhatian sama Lo. Gak kayak gue. Gue tau kok cik,Lo benci banget sama gue. Tapi gak gitu juga cik,Lo bisa ngatain gue apa aja yang Lo mau,asalkan dikelas. Tapi,Lo jahat banget tau gak? Gue benci sama Lo,gue benci. Gue harap kelak elo bakalan ngerasain apa yang gue rasa." Semua orang dikelas yang awalnya seperti swalayan diskon besar-besaran seketika terhenti. Mendengar perkataan Devany tadi,mereka jadi merasa iba dan saling melihat satu sama lainnya. Ciko yang hanya diam dan terlihat 'pasrah' dipukuli sama Devany pun tampaknya menyesal. Setelah puas memukuli Ciko,Devany berteriak sekuat yang dia bisa. Meluapkan emosi yang tertahan dan juga kesedihan mendalam yang tak seorangpun dapat mengerti. "Gue benci dunia ini. Hiksss... Hiks... Hiks..." Ucap Devany sambil menghapus garisan air mata di pipinya. Dia berjalan kearah bangkunya lalu duduk dan mengeluarkan bukunya. Sesekali dia terbatuk-batuk dan cegukan. Sungguh, kejadian ini terjadi begitu cepat. Ciko yang awalnya hanya menunduk,perlahan melihat Devany yang masih tetap mengeluarkan air mata. Sesekali juga gadis itu mengigit bibirnya. Suji hanya menatap Devany kasihan,lalu ia menoleh ke belakang dan melihat Ciko dengan ekspresi kecewa. Berawal dari iseng doang. Kini gue baru merasakan kehancuran yang sebenarnya. Hati gue kayak di hancurkan gitu,apalagi kalau melihat tetesan air mata Devany ,ingin rasanya gue mati sekarang. Kok gue jahat banget yah? Padahal baru kemaren gue minta maaf sama dia, sekarang udah gue sakiti lagi. Sumpah! Gue juga jadi pengen nangis . "Puas Lo? " Tiba-tiba Suji mendatangi Ciko yang masih termenung. Ciko mendongakkan kepalanya lalu berdiri. Berhadapan dengan Suji. "Maksud Lo?" Tanyanya seperti merasa tidak bersalah. Suji memutar bola matanya malas. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menatap mata Ciko lekat-lekat. "Lo jahat banget tau gak? Lo gak pernah tau gimana kehidupan Devany yang sebenarnya. Tolong jangan ganggu dia lagi. Tolong jangan menambah beban dia lagi. Tolong banget cik," Ucap Suji serius. Booooommmm Ciko seperti terkena sengatan listrik pada hatinya. Kok jadi kekgini sih? Suji hendak berpaling meninggalkan Ciko. Tetapi tiba-tiba dia kembali lagi dan membisikkan sesuatu. "Jangan jadi pecundang dong Lo," Ucapnya lalu berbalik dan meninggalkan Ciko yang langsung mematung. Maksudnya? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD