Episode 5

506 Words
Pagi ini tumben banget Ciko sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Saat menuruni tangga, mata elangnya melihat ayahnya yang sedang duduk di bangku teras rumah sambil membaca koran dan menyeruput kopi panasnya. "Pagi yah," sapa Ciko hangat. Tresno yang tak lain tak bukan adalah ayah daripada seorang Ciko hanya menggangguk sambil tersenyum. "Tumben kamu cepat pergi ke sekolah?Ada apa? Apa kamu mau berantem lagi?" Tanya Tresno seraya meletakkan koran tadi keatas meja. Ciko menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "iya pah,Ciko lagi ada masalah... Ayah dulu pernah gak,jahilin anak cewek dikelas ayah trus cewek itu marah dan ngambek sama ayah," jelasnya panjang lebar. Tresno hanya menganggukkan kepalanya lagi. "Iya,ayah pernah jahilin seorang gadis paling pintar dikelas ayah. Bahkan sampai-sampai dia menangis pulang. Mengadu pada ayah dan ibunya. Kira-kira sebulan lebih ayah tidak mau ditemaninya.Emangnya masalah kamu sama siapa?" Tanya Tresno sambil menyeruput kopinya. Ciko mendekatkan wajahnya ke dekat telinga Tresno. "Begini pah,namanya Devany. Dia juara kelas Ciko. Tapi entah kenapa Ciko suka banget gangguin Devany. Ciko seneng banget kalau lihat Devany marah." Ucapnya terputus karena mamanya lewat hendak menjemur pakaian. Ayu sebagai ibu Ciko yang paling tabah sejagad dunia menghadapi anak seperti Ciko yang kelewat nauzubillah melirik kearah dua lelaki di rumahnya itu. Tresno langsung tersenyum jahil sambil memainkan mata menggoda. "Kalian berdua lagi ngapain sih? kok ciko gak jadi berangkat ke sekolah?" Tanya Ayu dengan suara keras karena jarak mereka hampir jauh. Ciko menjawabnya setengah berteriak. "Lagi ada yang harus dibicarain mah,sama ayah," ucapnya lalu kembali keposisinya semula. "Trus?" Tanya Tresno penasaran. Ciko mendengus sebelum melanjutkan ceritanya. "Kemaren kita lagi ada kerja kelompok. Tapi karna Ciko lupa,Ciko gak bantuin Devany. Eh ternyata pas Ciko bantuin, tiba-tiba vasnya rusak. Jatuh kelantai dan hancur. Karna itu yah,Devany bersuara datar sama Ciko. Waktu bel istirahat,Ciko beli vas yang kayak gitu kepasar. Waktu Ciko balik,dia lagi dimarahi sama guru. Yaudah,Ciko kasih dan kita ada nilai." Ucapnya seraya menyeruput kopi milik Tresno. Tresno memukul kepala Ciko dengan koran diatas meja. "Anak nakal," Dengan wajah tanpa dosa Ciko meletakkan kembali kopi itu keatas meja. "Ciko kan laki juga yah,pengen ngerasain kopi buatan istri." Merekapun tertawa bersama. Memang itulah kebiasaan Ciko,meminum kopi milik ayahnya. "Trus?" Sambung Tresno. "Yah itu,sampe pulang sekolah dia gak mau bicara sama Ciko lagi," Ceritanya selesai. Ciko melihat Tresno. Matanya yang bulat mulai memperhatikan Tresno yang sedang berpikir. Tresno adalah orang pertama yang memang menjadi tempat curhatnya. Setelah lama hening, akhirnya Tresno membuka pembicaraan. " Ayah tau!kalau gitu,kamu harus minta maaf sama Devany. Bisa aja kamu nyanyi pake gitar atau kasih bunga atau coklat. Trus minta maaflah dengan tulus. Trus jangan diulangi lagi,pasti dia mau maafin." Jelas Tresno dengan bijaksana. Ciko tampaknya setuju dengan Tresno. Tapi wajahnya yang misterius itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Kecuali kalimat yang terakhirnya,gue gak bisa! "Okeh yah,makasih. Kalau gitu,Ciko berangkat dulu ya yah," ucapnya sambil mengecup tangan Tresno. Ciko pun berlari menemui Ayu. "Mah,pergi ya mah." Ucapnya lalu mengecup tangan Ayu. Selepas itu Ciko menyalakan motor nya dan mulai menerobos jalanan raya. Gue bakalan lakuin apapun biar Devany gak marah lagi sama gue. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD