BAB 8 : TERIMA KASIH

1665 Words
SELAMAT MEMBACA *** Hari ini, Dita pulang sedikit larut malam. Karena akhir bulan jadi banyak laporan - laporan yang harus di periksanya, belum lagi rekap - rekap gaji para pegawai. Banyak sekali pekerjaannya hari ini. Seperti biasa Dita jarang membawa kendaraan jika ke restoran, selain jaraknya yang dekat dengan tempat tinggalnya hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk jalan kaki lewat jalan kecil di belakang apartemennya Dita malas jika harus membawa mobil dengan jalan menutar dan bermacet - macet ria dengan suasana Jakarta yang selalu macet. Di tengah jalan dekat dengan taman, Dita melihat dua orang anak pengamen kecil laki - laki dan perempuan duduk di bawah pohon. Melihat wajah mereka berdua yang sangat lesu dan memprihatinkan membuat Dita tertarik untuk menghampirinya. "Hei adik - adik kecil, kenapa jam segini belum pulang?" Dita menyapa ramah kedua bocah tersebut. Kedua bocah itu serentak menoleh kepada Dita. "Uang kami belum cukup Kak, kami butuh uang untuk membeli obat untuk ibu kami yang sedang sakit," salah seorang dari mereka menjawab pertanyaan Dita. "Memangnya ibu kalian sakit apa??"  Dita kembali bertanya, bahkan dia ikut duduk kedua bocah itu di bangku bawah pohon. "Kemarin saat bekerja, kaki Ibu tidak sengaja tertimpa batu Kak, dan sekarang Ibu tidak bisa bekerja. Kami mau membantu ibu mencari uang untuk berobat,” Jawab bocah itu dengan nada sedihnya. "Memang nya ayah kalian kemana?" Bukan jawaban yang Dita dapatkan, melainkan hanya gelengan baiklah sepertinya Dita tau apa maksud mereka. Suatu fenomena yang sering dia lihat dan dia dengar di masa sekarang. "Tapi ini sudah malam adik, bahaya kalian masih ada di luar begini. Memangnya kalian besok tidak sekolah?" "Kami sekolah Kak, tapi ibu butuh obat." Dita merasa miris melihat sisi lain dari kehidupan di kota yang mewah ini. Di sisi lain banyak orang yang menghambur - hamburkan uang untuk hal - hal yang tidak berguna, sedangkan di lain sisi ada orang - orang yang bahkan harus bersusah payah untuk mendapatkan sesuap nasi. Dita sangat bersyukur, dia di beri kehidupan yang layak oleh tuhan. Dan Dita bersyukur meski kedua bocah itu tidak mendapatkan kehidupan yang cukup namun mereka di beri kekuatan oleh tuhan untuk berusaha. "Kak, Kakak. Tidak papa?" Dita terbangun dari lamunannya ketika merasakan lengannya di tarik oleh bocah perempuan di samping nya. "Ohh maaf Kakak hanya sedikit lelah. Oiya dari tadi kita belum kenalan kan, nama Kakak Dita kalian siapa?" "Aku Fia dan ini abang ku Ega Kak," jawab bocah perempuan itu. "Oiya kalian sudah makan malam?" Mereka hanya menggelang. Dita memperhatikan jam ditangannya waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam dan kedua bocah itu belum makan. "Kakak juga belum makan, kalian mau nggak ikut makan bareng Kakak?" tawar Dita. "Mau kak!! " jawab mereka serempak. Akhirnya Dita membawa kedua bocah itu untuk makan di warung pecel lele yang berada tidak jauh dari sana. Mereka memesan makanan dan menunggu sambil ngobrol - ngobrol. Ternyata bocah perempuan bernama Fia itu masih kelas 3 SD dan kakaknya Ega kelas 5 SD. Ayah mereka pergi sejak lama   dan ibu mereka bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.  "Kak kami makannya satu saja.  Yang satu di bungkus untuk ibu." Dita semakin miris mendengarnya, dia jadi merindukan bundanya. Dia ingin pulang dia merindukan masakan dan omelan bundanya. "Kalian makan saja dulu disini, nanti kalian bisa pesan lagi untuk di bungkus. Oke?" Di tengah obrolan mereka yang tengah asik, tiba - tiba dua orang laki - laki mendekati Dita. "Hai cantik boleh dong kita duduk disini??" "Maaf, tapi kursi lain masih kosong!!” Jawab Dita sopan. Dita tau dua orang laki - laki yang mendekatinya berada di bawah pengaruh alcohol karena aromanya sangat menyengat saat mereka berbicara.   "Sombongnya, cantik - cantik mainnya sama gembel mending sama kita." Salah satu dari pria tadi mencolek lengan Dita. Dita hampir saja melayangkan Tinju nya kewajah orang kurang ajar yang berani menyentuhnya dengan sembarangan. Namun belum sempat Dita mengeluarkan amukannya, seseorang sudah lebih dulu berbicara. "Pergi kalian, jangan ganggu mereka!!"   "Mas Rehan!!” Dita tidak menyangka jika Rehan akan berada di tempat makan seperti ini, ini tidak mungkin kebetulan kan. Melihat kedatangan Rehan, akhir nya mereka berdua memilih menyingkir. "Mas Rehan kenapa ada disini?" "Apa saya tidak boleh makan disini juga?"  jawab Rehan cuek. Dia duduk di kursi samping Dita dan di hadapan kedua bocah tadi. "Tapi, Mas pasti ngikutin aku kan? Nggak mungkin tiba - tiba mas bisa ada disini." "Pak saya makan nya dua porsi ya, minum nya es the." Bukannya menjawab Rehan justru memesan makanan. "Siap mas, di tunggu ya ..." sahutan dari bapak pemilik warung. "Adik - adik sudah pesan?" Rehan bertanya kepada kedua bocah yang sedari tadi hanya dia sejak kedatangannya. "Sudah Om!" jawab mereka serempak. "Om ini suapa nya kakak ini?" Tanya bocah perempuan bernama Fia itu. "Dia teman kakak sayang," jawab Dita cepat. Sebelum Rehan memberi jawaban yang aneh dan akan merusak otak anak - anak sekecil mereka. "Saya tidak suka, kamu kamu menjawab seperti itu..." Jadi apa Rehan mau menjawab bahwa mereka pacaran, yang bahkan Dita sendiri tidak yakin dengan hubungannya. Apa tidak aneh, bahkan mereka memanggil Dita dengan sebutan kakak dan Rehan dengan sebutan om, lihat bahkan mereka akan semakin bingung. Terserah lah ... "Habis ini Kakak antar kalian pulang ya, dimana rumah kalian?" "Tidak usah Kak kami bisa pulang sendiri. Nanti merepotkan," jawab Ega.  "Tidak apa, nanti Om antar kalian sampai rumah." Rehan yang menjawab sambil tersenyun tulus, Rehan sebenarnya sudah sejak tadi memperhatikan Dita dan kedua bocah itu sejak mereka berada di taman. Awal nya Rehan ingin pulang, namun tak di sangka di jalan dia bertemu dengan kekasihnya uang baru pulang kerja, bahkan Rehan tidak tau jika jam kerja pelayan restauran hingga selarut ini. Setidaknya itu sekilas tentang pekerjaan Dita yang Rehan ketahui. Dita sempat terpesona melihat senyuman Rehan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, senyuman tulus yang mampu membuat wajah nya tampan berkali - kali lipat, bukan senyuman culas seperti yang pernah Dita lihat ketika mereka beberapa kali bertemu sebelumnya. "Kenapa melamun? Makanannya tidak akan masuk kemulut mu dengan sendirinya. Atau mau saya suapi?" Mendengar teguran Rehan, Dita hanya menjawab dengan gelengan saja. "Kakak sama Om ini pacaran ya?" mereka serempak menoleh kaearah Fia yang bicara. "Fia tau dari mana pacar -pacar begitu?"tanya Dita. "Nonton TV Kak! Kakak sama Om ini kaya orang- orang pacaran di TV gitu," jawab Fia dengan polos nya. Yaampun, sinetron Indonesia benar - benar sudah meracuni otak anak - anak. Bagaimana bisa anak sekecil mereka sudah tau pacaran, benar - benar acara TV yang tidak mendidik. "Sudah cepat habiskan makan kalian lalu pulang," Rehan kali ini yang bersuara. ***** Susuai dengan janji mereka tadi, setelah makan Rehan dan Dita mengantar pulang Fia dan Ega. "Ini rumah kalian?" Dita melihat sebuah rumah dari kayu yang bahkan sudah banyak yang rusak di bagian - bagian tertentu. "Iya Kak, ini rumah kami. Yasudah Kak kami pamit dulu ya Kak, terima kasih makanan nya ibu pasti senang kami bawakan makanan enak malan ini." Saat kedua bocah itu ingin membuka pintu mobil Dita mencegah nya,"Tunggu sebentar!" Dita mengeluarkan dompetnya, Dia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan di berikan kepada kedua bocah itu. "Ambil ini, katanya kalian tadi butuh uang untuk beli obat kan. Semoga cukup ya, maaf Kakak hanya membawa uang segitu." Dita mengambil seluruh uang yang ada di dompetnya dan di berikan kepada bocah itu. Dita sangat menyesal ketika di butuhkan, uang cash di dompet tidak banyak. Dia menyesal kenapa tidak mengambil uang di ATM pagi tadi. "Terima kasih Kak, Kakak baik sekali semoga tuhan membalas semua kebaikan Kakak." Ega yang menjawab, bocah itu sampai menangis saking senangnya mendapatkan uang berobat untuk ibunya. "Aminn ..." Semua uang di lakukan Dita tidak luput dari pandangan Rehan, hingga dengan reflek Rehan pun mengeluarkan dompetnya, dia merasa terpanggil untuk memberikan bantuan untuk kedua bocah uang sedang kesusahan itu. "Ini Om tambahin, semoga ibu mu cepat sembuh ya sayang." Rehan pun mengeluarkan semua uang yang ada di dompet nya sama seperti yang dilakukan Dita tadi. Bedanya uang yang ada di dompet Rehan jumlahnya jauh lebih banyak dari uang ada di dompet Dita. "Terima kasih Om, Kakak. Kalian orang -orang baik, semoga Allah selalu menjaga kalian dan melimpahkan rizeki nya kepada kalian." "Aminn." "Ya sudah Kak, Om, kami berdua pamit dulu. Ibu pasti sudah menunggu, lain kali Kakak sama Om main kerumah kami ibu pasti senang bertemu kalian ..." "Iya sayang. Nanti kapan -kapan ya," jawab Dita  Setelah berpamitan Fia dan Ega pun turun dari mobil dan masuk kerumah, begitupun Rehan dan Dita mereka langsung pergi meninggalkan  tempat itu .. **** "Mas kenapa bisa ada disana? Mas ngikutin aku ya?" Dita berusaha membuka obrolan karena tidak kuat dengan kesunyian yang Rehan ciptakan didalam mobil. "Tidak, saya kebetulan lewat," jawab Rehan singkat. "Tapi," "Ayo turun!" belum sempat Dita menyampaikan protesnya, ternyata mobil telah berhanti di parkiran apartemennya. "Lohh Mas kok ikut turun?" Rehan tidak menjawab. Dia hanya diam saja, dia menarik tangan Dita dengan pelan menuju unit apartemennya. Dita yang tidak faham dengan apa yang Rehan lakukan hanya diam tidak protes apapun. "Sudah sampai Mas, Mas bisa pulang! Sampai sini aja nganterinnya."  Rehan tidak bergerak dan tidak menjawab. Pikirannya tengah tidak fokus saat ini, benar - benar tidak fokus. Ketika Dita membuka pintu apartemen nya pun ternyata Rehan ikut masuk. "Mas, kenap...." Happ... Tiba - tiba Rehan memeluk tubuh Dita. Dita yang terkejut pun hanya diam, merasa sedikit aneh dengan sikap Rehan malam ini. Atau memang aslinya aneh, dia saja yang tidak faham . "Biarkan seperti ini sebentar saja." Rehan menahan pelukan tubuhnya untuk Dita, ketika merasakan Dita berusaha melepaskan pelukannya. "Mas bisa nggak peluknya sambil duduk? aku capek ini!" Rehan melepaskan nya dia menarik Dita untuk duduk di sofa yang langsung menghadap ke jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta malam hari dengan ribuan lampu yang menyala. Rehan mendudukan Dita di pangkuannya, karena tubuh nya Dita yang mungil Rehan dengan mudah memangku nya dan memeluknya. "Mass!" Dita sudah akan protes dengan perlakuan Rehan. Dita merasa sangat tidak nyaman dengan posisi nya sekarang ini, ini benar - benar canggung dan memalukan. "Bisa diam tidak? sebentar saja!" "Mas kenapa?" Tanya Dita lirih, Dia takut mendengar nada bicara Rehan yang terkesan memarahinya. "Terima kasih,"  ucap Rehan lirih. *** BERSAMBUNG ***  WNG, 10 SEP 2020 SALAM E_PRASETYO
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD