BAB 9 : LIEBE

1053 Words
SELAMAT MEMBACA  ****  "Terima kasih untuk apa?"  "Untuk sikap kamu yang telah menyadarkan saya," jawab Rehan ambigu. “Maksudnya?” "Kenapa kamu peduli dengan mereka?"  "Kedua anak tadi maksud Mas?"  "Hemmmm"  "Tuhan sudah berbaik hati sama aku, dia ngasih aku rezeki, kedua orang tua yang alhamdulillah masih lengkap dan sehat, tuhan memberi aku kesehatan. Lantas kenapa aku tidak mau berbagi kebahagiaan juga dengan mereka." "Saya merasa malu dengan kamu."  "Kenapa?"  "Selama ini saya memiliki segalanya, tapi saya bahkan lupa dengan mereka yang membutuhkan uluran tangan." Rehan berkata dengan sangat lirih sambil semakin mengeratkan pelukannya. "Mas belum terlambat, Mas masih bisa berbagi dengan sesama Mas kan banyak uang, hehehehhe..." Dita berusaha mencairka suasana dengan sedikit melucu. "Tidak salah memang saya memilik kamu ..."  "Apasih Mas, kok aku merasa aneh ya hari ini. Aneh lihat sikap kamu itu, atau memang aku nya aja yang belum kenal kamu aslinya kamu memang aneh." "Berhenti menghina dan mengolok -olok saya."   "Itu kan! Baru aja baik, udah keluar lagi taringnya."  "Dasar kamu perusak suasana." "Boleh nggak Mas aku minta sesuatu hal, kalau boleh sih kalau nggak yasudah." Dita sedikit Ragu mengutarakan permintaannya, dia takut Rehan terasingggung namun ini sedikit mengganggu Dita. "Jangan sungkan, kalau kamu mau apa pun bilang sama saya. Kamu itu kekasih saya bukan anak buah saya. Kamu tidak perlu takut sama saya." "Mas serius mau memulai hubungan sama aku, Mas nggak cuma lagi terkena euforia masakan ku aja kan?"   Tanya Dita dengan pelan dan sedikit was - was dengan jawaban Rehan. "Jadi kamu masih meragukan saya? Saya tidak pernah bermain - main dengan apa yang saya ucapkan," Jawab Rehan dengan mantap. "Kalau begitu, bisa Mas jangan sebut kata saya ganti aku ya. Soal nya aku risih terus kedengaran aneh. Masa orang pacaran panggilnya saya kamu." Dita akhirnya berani mengutarakan isi hati nya. "Sedikit aneh tapi akan Mas coba,"  Jawab Rehan dengan mantap. "Itu lebih baik." " Gott weiß, welche Güte ich in der Vergangenheit getan habe, bis Gott mir eine Frau geschickt hat, die so gut ist wie Sie. Lass mich dich besser kennenlernen, denn irgendwie sagt mein Herz, dass du der Besitzer bist. Vielleicht ist das übertrieben, aber kann ich sagen, ob ich dich liebe?" (Entah kebaikan apa yang telah saya lakukan di masa lalu sampai Tuhan mengirim saya seorang wanita yang baik seperti mu. Biarkan saya mengenal kamu lebih baik, karena entah bagaimana hati saya mengatakan bahwa kamu adalah pemiliknya. Mungkin itu berlebihan, tapi bisakah saya mengatakan jika saya mencintaimu?) Rehan mengataknnya dengan sungguh - sungguh. Sejenak Dita tercengang dengan apa yang Rehan katakan. "Jadi, Mas Rehan ini ngomong apa?" Tanya Dita dengan wajah polos nya. Rehan yang melihat Reaksi Dita seketika menjadi kesal, dia sudah mencoba mengungkapkan apa yang ada di hatinya dengan susah payah   bahkan jika boleh memilih Rehan lebih memilih bersaing menyakinkan partner kerja nya untuk mendapatkan tander ketimbang dia harus merangkai kata - kata untuk perempuan yang memang Rehan tidak ahli sama sekali. "Dasar perusak suasana, sana minggir cari tau sendiri." Rehan hendak berdiri namun Dita menahan tangannya. " Vielleicht kann ich keine definitive Antwort geben, aber ich kann reichlich Gelegenheit geben, die Liebe zu beweisen, die du sagst.bitte gib mir beweis kein versprechen, bitte überzeuge mich, dass mein herz dich auch haben will .." (Mungkin aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, tetapi aku bisa memberikan banyak kesempatan untuk membuktikan cinta yang kamu katakan. Tolong jangan beri aku janji, tolong yakinkan aku bahwa hatiku juga menginginkanmu.) Rehan terkejut karena Dita tau apa yang dia katakan, dan apa dia tidak salah mendengar apa yang dia katakan Dita tadi. Apa dia tidak salah mengartikan apa yang perempuan itu katakan. “Belajar dari mana?” Tanya Rehan pelan. “Memang nya cuma Mas yang sekolah, jelek-jelek begini aku juga dulu sekolah.” "Jadi apa Mas boleh mencium kening mu?"  Dita hanya mengangguk, sebagai jawabannya. Cuppp ... "Mas maluuu ...." Dita menyembunyikan wajah nya pada cekungan leher Rehan.  "Kenapa?" Tanya Rehan singkat.  "Mas bisa nggak sih lebih ekspresif, kok lempeng banget jadi orang kaku lagi ..."  "Belum biasa Be ..." "Mas panggil aku apa?"  " Be?" Jawab Rehan singkat.  "Memang aku tawon Mas panggil begitu." Tukkkkk Rehan menyentil jidat Dita dengan telunjuk nya    "Dasar bodoh ..."   "Ini nama nya penganiayaan, Mas baru jadi pacar sebentar aja udah main kekerasan. Ngata - ngatain bodoh lagi. Batal aja kita pacarannya.   Dita berkata sambil cemberut.  "Kalau kamu tidak bodoh, kamu tau Be itu dari kata liebe, bukan bee lebah."  "Jadi aku kesayangan Mas?" tanya Dita dengan nada menggoda dan menaik -naikan alis nya. "Kamu nipu, kemarin manis banget sekarang cerewet."  "Jadi Mas nyesel ini ceritanya?" "Iya ..." jawab Rehan singkat tanpa ekspresi sedikit pun    "Yaudah kalau gitu sekarang kita put...." Belum sempat Dita menyelesaikan kalimatnya, Rehan keburu membungkam mulut nya dengan ciuman yang menghanyutkan bagi Dita. Meskipun canggung dan kaku karena jujur saja ini adalah ciuman pertama bagi Dita dia tetap berusaha membalas ciuman Rehan , dengan  tangan nya yang di kalungkan di leher Rehan karena posisi Dita yang masih berada di pangkuan Rehan . "Jangan pernah mengucapkan kata - kata sialan itu. " Rehan mengatakannya dengan penuh penekanan, membuat Dita takut dan hanya bisa mengangguk sebagai jawabnnya . "Mas tau itu ciuman pertama kamu ..." ***** Rehan turun dari mobil, dia melihat rumahnya sudah sepi, wajar saja karena hari memang sudah sangat larut. Selepas dari mengantar Dita, Rehan tidak pulang ke apartemennya dia pulang kerumah kedua orang tuanya. Saat memasuki rumah, Rehan melihat papanya masih duduk di ruang tamu. "Papa belum tidur?"  "Belum, tumben Abang pulang?"  "Abang pulang salah, tidak pulang salah. Serba salah kayanya."  "Kamu ada di dunia ini aja sudah salah Bang??" Jawab papa Arta dengan santai nya sambil tetap fokus pada tayangan TV nya. "Terserah Papa. Tidak akan menang lawan Papa." Rehan merasa lelah, dia tidak ada tenaga lagi untuk berdepat dengan papa nya yang pasti tidak akan berakhir dengan cepat.  "Cantik Bang Papa suka." kata papa Arta ambigu. Menghentikan langkah Rehan yang mau menaiki anakan tangga    "Apanya?"  "Papa dengar makan siang mu sudah ada yang menemani."  "Papa, jangan ganggu dia. Abang tidak suka."  "Tidak Bang, tidak Papa ganggu. Asal cepat kamu bawa kesini. Papa sudah bosan mendengar mama mu mengeluh tentang kamu yang tidak juga menikah." "Belum waktu nya Pa, yang ini beda. Harus pelan – pelan." "Jadi Abang beneran sama yang ini, mau Papa lamarkan sekarang juga."  "Mau Pa, tapi belum sekarang."  "Kok kamu nggemesin sih Bang. Papa jadi penasaran kamu gimana kalau sama dia. Semoga aja dia belum keburu sadar Bang, mau sama kamu." "Papa kok menghina terus sih, jadi maksud Papa Abang tidak laku kalau dia nya sadar?"  "Kalau butuh info, ada map coklat di meja Papa. Semua yang kamu butuhkan ada disana." papa Arta berdiri ingin pergi kekamarnya.  "Biarkan Abang urus sendiri Pa."  "Oke, Papa percaya." Papa Arta meninggalkan Rehan yang masih berdiri di ruang tamu.  "Selamat malam Pa." Rehan pun segera pergi kekamar nya, dia butuh tidur karena badan  nya benar - benar lelah . *******BERSAMBUNG ******* WNG, 11 SEPTEMBER 2020  SALAM E_PRASETYO
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD