BAB 4 : JUMPA LAGI

1062 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  Dita memandang gedung tinggi pencakar langit di hadapannya. Gedung tinggi yang berdiri megah di depannya dengan tulisan Collin’s Holding. Ini kali pertama Dita menginjakkan kaki nya di perusahaan ini. Tadi pagi - pagi sekali dia mendapatkan pesan dari Nares, kalau dia datang ke Jakarta. Katanya minta di bawakan makan siang kekantor ini.  Ada - ada saja permintaan Nares yang aneh menurut Dita. Biasanya mas nya akan muncul tiba- tiba di depan apartemen nya jika di berkunjung ke Jakarta, baik untuk melihat keadaan adik tersayangnya ataupun untuk urusan bisnis. "Sebel banget deh Mas Nares kenapa sih minta aku datang kesini. Kantor siapa lagi ini, mana nomor nya nggak aktif lagi .. " Dita menggerutu sendiri, duduk di kursi yang ada di loby kantor, dia sudah duduk disitu sekitar setengah jam untuk menghubungi Nares, namun tetap saja nihil. Sudah kepalang jengkel, Dita berdiri hendak pergi dari kantor itu, sudah tidak peduli jika Nares akan marah karena mencarinya. Namun tiba - tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya kedalam Lift. "Ehh ehh apa - apaan ini?" "Duhh jangan tarik - tarik dong, lagian siapa sih?" Dita belum tau siapa yang menarik tangannya, dia masih berusaha melepaskan tangannya. "Ehhh kok berhenti lift nya, ehhh aduhh bisa mati dong sesak napas disini. Dihh belum kawin Mak, masa udah mati duluan. Duhh rugi dong aku cantik kalau mati mengenaskan ..." Dita terus mengoceh dengan panik, dia belum juga sadar bersama siapa dia ada di dalam lift yang tiba - tiba berhenti. "Kok diam, Sudah selesai ngoceh nya?" Dita mendongak melihat wajah orang yang menarik paksa dirinya dan menghentikan lift dengan kunci yang dia miliki. "Kenapa diam, cari Cinta laura lagi?" Dita hanya menggeleng sebagai jawaban. Masih bingung dia harus menjawab apa, sungguh dia benar - benar terkejut bertemu lagi dengan orang yang sangat ingin dia hindari. "Tadi berisik, kenapa sekarang diam? " Rehan masih berusaha memancing suara Dita. Namun Dita tetap diam. Dia masih bingung dengan situasinya saat ini. Dia terjebak di lift berdua dengan orang asing yang pasti akan menjadi sumber masalahnya kedepan, dia tidak boleh gegabah dalam menentukan tindakan karena pasti akan berakibat fatal jika dia salah bertindak dan lagi dia harus berusaha menguasai dirinya agar tidak lepas kendali. Cupp .. Rehan yang gemas dengan diamnya gadis yang beberapa menit lalu berisik, tiba - tiba mengecup bibir mungil yang menggoda itu. Sebuah kecupan singkat yang sangat berdampak bagi Dita. Bahkan dia tidak sadar jika Lift kembali berjalan. Rehan terus menarik  Dita kedalam ruangannya, bahkan Dita masih tetap diam . "Ehh ehh kok aku bisa disini?? " Dita tersadar dari lamunan nya, dia melihat Rehan duduk didekatnya. "Mas ngapain bawa saya kesini, mau macam - macam kan sama saya? Iya tau saya salah udah buat mobil Mas nya rusak udah buat rugi, kemarin kabur tapi jangan jahatin saya dong. Saya anak baik -baik nanti kalau saya sudah punya uang saya ganti semua. Mas nya nggak kasian sama saya, saya ini masih kecil, nggak punya uang. Masa mas nya tega sama saya. " Dita terus mengoceh tak henti - henti, sejujur nya dia takut dan gugup hanya berdua dengan orang asing di dalam ruangan. Dita takut hidup nya akan berakhir seperti n****+ - n****+ yang dia baca atau film - film action yang dia tonton. Dimana sang perempuan yang bermasalah dengan orang asing akhirnya mati terbunuh sia - sia. Tuk ... Rehan menyentil kening Dita dengan sedikit keras ... "b*****t …" Cuppppp Mendengar u*****n spontan yang keluar dari bibir mungil di hadapannya Rehan kembali mengecup bibir itu. "Apa yang ada otak kecil mu itu, Jangan pernah mengumpat di depan saya. Lebih baik mulut mu itu di gunakan untuk hal lain dari pada berkata kotor." "Maaf, tolong maafkan saya, jangan laporkan saya ke polisi. Kasian orang tua saya di kampung, saya ini cuma orang miskin yang hidup pas - pasan saya nggak punya uang buat ganti kerugian Mas nya." Dita berkata dengan pelan, semoga orang di hadapannya percaya dan tidak memperpanjnag urusannya. Menurut film - film yang dia tonton biasanya orang kaya akan malas atau kasihan dengan tokoh miskin tak berdaya. Semoga, semoga kali ini tuhan menuliskan skenario nya seperti film - film yang sering dia tonton. Semoga ... "Ngapain kamu disini?" Bukannya menanggapi apa yang Dita katakan, Rehan justru bertanya.  "Ehh saya?" "Iya kamu siapa lagi, memang nya kamu lihat ada orang lain di sini?" "Mau ketemu teman, katanya ada urusan di kantor ini sekalian suruh bawain makan siang ???"  Dita melirik makanan yang tadi di bawanya ada di atas meja. "Terus?"  "Orangnya nggak bisa di hubungi, yasudah saya mau pulang. Mas nya sendiri ngapain disini??" "Ini kantor punya saya, jadi apa masalah nya kalau saya disini?" Jawab rehan sedikit sewot. "Ya biasa aja dong, nggak usah ngegas nama nya juga nggak tau."  Rehan memperhatikan gadis mungil yang duduk sambil menunduk di hadapannya, hari ini gaun pendek sederhana berwarna merah dengan rambut di ikat samping, membuat penampilannya menjadi sangat manis dan menggemaskan menurut Rehan. Rehan jadi bertanya - tanya kira - kira berapa usia gadis di hadapannya ini. Karena wajah nya masih sangat muda dan imut sekali. "Maaf atas kejadian kemarin, saya benar - benar minta maaf. Sebagai permintaan maaf saya, gimana kalau Mas nya makan masakan yang saya bawa, saya jamin ini nggak ada racunnya ..." "Saya tidak yakin kamu bisa memasak, saya ragu. Bukan kenyang jatuh nya sakit perut yang ada," jawab Rehan cuek. "Enggak kok, yakin deh." Dita berusaha menyakinkan Rehan tentang masakannya. "Oke, boleh di coba ..." Mendengar jawaban Rehan, Dita segera membuka penutup makanan nya memperasilahkan Rehan untuk makan. "Silahkan Mas nya makan." Dita menatap Rehan dengan harap - harap cemas, mengenai komentar Rehan terhadap masakannya. "Enak." suara rehan dalam hati saat sesondok makanan masuk kedalam mulut nya. "Gimana ??" "Lumayan," jawab Rehan singkat. Tepatnya dia sedang menikmati rasa masakan perempuan yang bahkan belum di kenal ini, jujur rasanya sangat lezat. "Mas kal..." belum sempat Dita menyelesaikan ucapannya Rehan sudah memotong "Rehan."  "Maksudnya?" "Panggil Rehan ... " "Ahh Mas Rehan."  "Cukup Rehan saja, saya tidak setua itu..." "Jangan itu tidak sopan, saya akan tetap memanggil Mas Rehan ... " "Terserah."  "Mas Rehan benar yang punya kantor ini?" Dita kembali bertanya, pasal nya jika Rehan benar yang memili kantor itu lantas seberapa kaya dia, memang orang tua Dita juga golongan kelas atas tapi seperti nya Rehan masih lebih kaya lagi. "Siapa nama kamu? " "Dita, Airindita Ambalika."  "Kenapa tidak sekolah malah berkeliaran jam segini segini?" "Sekolah?" Bukannya menjawab, Dita justru membeo. "Sekolah apa, Aku sudah tidak sekolah." "Kamu putus sekolah?" Rehan masih terus bertanya, karena rasa penasaran yang tiba - tiba muncul. "Memangnya Mas Rehan lihat aku usia berapa?" Dita malah balik bertanya.  Dan itulah yang sedari tadi berkecamuk di piliran Rehan.  "15, 16, 17 .... " jawab Rehan Ragu - ragu ...  "Hahahhaha, ya nggak semuda itu juga kali. "  ****BERSAMBUNG ***  WNG, 7 SEPTEMBER 2020  SALAM E_PRASETYO 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD