BAB 11: LIBURAN DADAKAN

1520 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  Setelah menemui Nares dan mengobrol seharian dengannya, Dita langsung pulang ke apartemen. Sedangkan Nares langsung kembali Ke Jogya, karena masih banyak urusan yang harus segera di rampungkan. Bertemu dan ngobrol bersama Nares membuat Dita lupa waktu hingga sore baru dia pulang. Nares mencercanya dengan banyaknya pertanyaan tentang penampilannya yang berbeda dari biasanya. Dita yang tidak mau jadi bahan olok-olokan hanya bisa berkilah mendapatkan banyak nya pertanyaan dari Mas nya. Di depan pintu apartemen Dita melihat Rehan berdiri sambil bersedekap. "Mas kok disini? Ayo masuk dulu." Dita bertanya ketika melihat Rehan ada di depan pintu unit apartemennya. Dia membuka pintu dan mempersilahkan Rehan untuk masuk. "Kemana kamu seharian ini?" Tanya Rehan dengan nada yang sinis. "Pergi sama teman Mas."                     "Pergi kemana sampai seharian Be? Mana Ponselmu? " Rehan sebisa mungkin menekan kemarahannya, jujur dia sangat khawatir karena seharian ini Dita tidak bisa di hubungi. "Tadi aku datang kekantor Mas, terus ketemu temanku. Kita lama nggak ketemu jadi pas ketemu dia ngajakin pergi yasudah pergi deh. Kalau ponselku aku lupa naruh dimana Mas, kayanya ketinggalan di restoran tadi." Dita berusaha menjelaskan selembut mungkin, dia melihat gurat kemarahan dari wajah Rehan. Tiba - tiba Rehan memeluk Dita, Dita awalnya terkejut namun dia membiarkan kekasihnya itu. "Jangan seperti ini Sayang, Mas benar- benar khawatir. Mas takut kamu kenapa- kenapa. Tolong kabari Mas kalau kamu mau pergi." "Iya maaf, aku nggak gitu lagi kok." Dita mengelus punggung Rehan, mencoba meredakan kemarahan kekasihnya. "Mas hampir gila mencari kamu seharian ini." "Woww, hebat ya aku bisa bikin seorang Rehan kelimpungan. Sayang banget ya sama aku?" Dita berusaha mencairkan suasana dengan menggoda Rehan. "Tidak!" jawab Rehan pendek. "Ngaku deh Mas, nggak usah gengsi. Kalau nggak sayang kenapa marah - marah seharian nyariin aku ..." "Jangan menggoda Mas Be, mending kamu masakin Mas makanan. Lapar Mas nyariin kamu." "Dihh ujung - ujungnya minta makan, aku nggak ada bahan masakan Mas. Mending kita makan keluar aja." "Tunggu sebentar lagi ..." Dita hanya diam tidak menanggapi apa yang Rehan katakan, Dita masuk kamar ingin mandi dan mengganti baju nya. Setelah mandi dan keluar kamar dengan piyama tidur nya, Dita melihat Rehan menyusun banyak bahan makanan di atas pantri. "Mas dapat dari mana semua bahan ini?" "Sudah kamu tidak perlu tau yang penting itu kamu sekarang masak makan malam." "Mas mau di masakan apa?" Dita memilah bahan makanan yang akan dia masak. "Masak semua," perintah Rehan mutlak. "Mas ini banyak lho, yakin kuat ngabisin segini banyak nya?" Dita heran dengan nafsu makan Rehan yang menakutkan, bahkan porsi makan 5 orang bisa di habiskan sendirian. "Mas tunggu di ruang TV Be, kalau udah masak panggil Mas." Rehan berjalan menuju sofa yang ada diruang TV. Dia asik menonton, sedangkan Dita mulai memasak semua bahan makanan yang ada di atas pantri. "Ini sih nggak ada bedanya aku sama tukang masaknya." Dita memasak sambil menggerutu. "Mas dengar Be, jangan ngomel." Dita yang mendengar suara teriakan Rehan dari ruang tamu lantas diam dan melanjutkan kegiatannnya. *** Setelah berkutat dengan bahan masakan selama kurang lebih 2 jam lamanya akhirnya semua makanan tersaji dengan rapi diatas meja makan. “Mas makanan nya susah siap.” Tidak perlu di panggil dua kali Rehan sudah duduk manis di meja makan dan segera memakan semua menu makanan yang di masakkan Dita. “Be kamu tidak makan?” Rehan bertanya karena sedari tadi Dita hanya melihat dirinya makan namun kekasihnya itu tidak menyentuh sedikitpun makanan “Aku sudah kenyang, melihat Mas makan …” “Cobain ini deh.” Rehan ingin menyuapkan makanan yang ada di sendoknya untuk Dita, dengan ragu – ragu Dita memakannya. Dita sangat tau apa yang ada di sendok itu, dan apa yang akan terjadi jika dia tetap makan makanan itu. Namun dengan berat hati dia tetap memakan suapan yang Rehan berikan. Kapan lagi dia akan mendapatkan suapan dari Rehan, pikir Dita. “Kamu tau Be, semua makanan ini terasa lezat apalagi jamur ini. Mas itu suka jamur tapi ini jamur paling enak yang Mas pernah makan.” Dita hanya tersenyum getir menanggapi ucapan Rehan. “Aku juga suka. Mas cepat ya makannya, aku mau tidur. Aku ngantuk...” Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Rehan selesai menghabiskan semua makanan itu. “Kamu kenapa? Mas perhatikan dari tadi diam.” “Aku ngantuk banget Mas, bisa nggak Mas pulang sekarang. Bukannya aku ngusir tapi aku ngantuk …” Dita berusaha mati – matian mengontrol suaranya agar tidak terdengar aneh, Dia berusaha mengusir Rehan secepat mungkin dari apartemennya karena dia harus segera mengatasi masalah yang mungkin sebentar lagi akan muncul. “Kasian, yasudah Mas pulang sayang. Jangan lupa istirahat, selamat tidur .” Cupp …. Rehan mengecup kening Dita dengan singkat kemudian beranjak pergi. Dita sangat terkejut dengan perlakuan Rehan, namun bukan itu permasalahannya saat ini. Jadi Dita tidak akan mempermasalahkannya. “Hati – hati Mas …” Setelah memastikan Rehan menghilang dari balik pintu, Dita bergegas pergi kekamarnya dia harus mencari sesuatu . **** Pagi harinya Dita bangun lebih pagi dia langsung bercermin untuk melihat wajahnya. Benar saja, akibat jamur semalam wajah nya banyak bintik – bintik merah seperti cacar. Dita sebenarnya alergi berat dengan semua jenis jamur, namun karena semalam Rehan yang meminta dia makan sesuap jamur makan sekarang alerginya benar – benar kambuh.  Dia harus memikirkan cara untuk menghindari dari Rehan untuk beberapa hari ini setidaknya sampai wajahnya sembuh, dia tidak ingin muncul di hadapan Rehan dengan kondisi yang menyedihkan. Dia lalu menghubungi kedua sahabatnya Lala dan Lili. Dia ingin mengajak kedua sahabatnya untuk liburan setidaknya sampai wajahnya sembuh. Tok tok tok Tak lama kemudian Lala dan Lili sudah ada di depan pintu apartemen Dita dengan menenteng koper masing – masing di tangannya. “Gila ya kamu Ta, nggak kira- kira ngajak liburan dadakan …” Lili mengomel ketika melihat Dita membuka pintu. “Ya maaf, kepepet. Lihatin muka aku, lihat tangan aku …” Dita memperlihatkan muka dan tanannya kepada Lala dan Lili. “Astaga, kenapa itu muka sama tangan. Nular nggak ini?” “b*****t kalian! Kalian pikir aku kena penyakit mematikan sampai nular – nular. Ini itu gara – gara makan jamur …” “Begoooo …”  Lala dan Lili serempak mengucapkan kata yang sama. “Lagian b**o sih di pelihara, udah tau alergi jamur  malah makan  cari penyakit sih ..”  Lili mengomeli kebodohan sahabatnya. “Lagian kenapa sih makan jamur?” kali ini giliran Lala yang bertanya . “Rehan yang suapin semalam,” Jawab Dita dengan polosnya. “Astaga punya pacar kok nggak tambah pinter malah tambah ogeb sih Ta, ya kalau kamu alergi bilang dong sayangg.” Lili sangat gemas dengan perilaku sahabatnya . “Sudah lah Li, biarkan saja. Nama nya lagi bucin, jangan kan makan yang alergi suruh masuk sapiteng aja pasti juga mau.” “Ya nggak gitu juga kali, dia yang nyuapin masa aku tolak.” Dita  menjawab dengan wajah yang super polos. “Sahabatku yang tomboy tapi mulai bucin, dengar ya sayang. Kalau kamu alergi terus bilang ke dia, dia pasti nggak akan suapin jamur dan dia pasti nggak akan kecewa. Justru kalau dia tau kamu begini karena dia itu pasti buat dia bersalah dan sedih.” Lala menjelaskan panjang Lebar, dia tidak menyangka kalau sahabatnya yang super tomboy ini ternyata memiliki otak dan pikiran yang sangat polos. Lala merasa maklum karena ini adalah hubungan pertama bagi sahabtanya jadi mungkin dia masih bingung untuk bersikap. “Berarti kita harus segera pergi, jangan sampai Mas Rehan tau kalau muka ku kaya gini.” Dita bergeas masuk kekamarnya untuk mengambil kopernya. “Perasaan dari tadi kita sudah siap, dia nya aja yang belum siap .” Lala berguman pelan. *** Sedangkan dilain tempat Rehan tengah sarapan bersama mama dan papa nya semalam dia pulang dan menginap di rumah orang tuanya. Karena ini adalah hari sabtu jadi dia tidak pergi kekantor, dulu sabtu pun dia tetap lembur bahkan kadang hari minggu tetap kekantor. Namun beda dengan hari ini, rencanya habis sarapan dia ingin mengajak Dita untuk pergi jalan – jalan. “Abang nggak kekantor hari ini?”   Mama Ana bertanya, saat melihat putranya sarapan dengan tidak menggunakan pakaian kantornya. “Ini kan sabtu Ma. Abang libur ngantor,” jawab Rehan santai sambil mengunyah rotinya. “Tumben Abang ingat hari libur, biasanya Abang minggu tetap ngantor kaya orang takut miskin.” “Ini beda dengan biasanya Ma,” Rehan tetap menjawab dengan santainya. “Bawa dong Bang kesini, kenalin sama Mama.” “Siapa?” Tanya Rehan singkat. “Mama tau kok Bang. Bawa kesini ya kenalin sama Mama, pasti Mama restuin kok.” “Mama apaan sih Abang itu …” Belum sempat Rehan menyelesaikan ucapannya ponselnya berbunyi tanda ada panggilan masuk. “Halloo.” “Mas, aku mau minta izin pergi liburanya.” Suara yang sangat Rehan kenal terdengar dari seberang sana mengalun dengan lembutnya. “Kemana, sama siapa kok dadakan.” Tanya Rehan dengan tidak sabaran. “Enggak dadakan kok Mas, sebenarnya sudah di rencanakan dari jauh – jauh hari tapi aku nya lupa mau bilang sama Mas.” “Kemana, sama siapa?” “Sama teman – teman ku Mas Lala sama Lili, tapi nggak tau kemana katanya masih rahasia.” “Hati–hati Be, kabarin Mas kalau sudah sampai disana. Jangan macam – macam, jaga diri baik – baik.” “Yasudah Mas, aku tutup ya telponnya . Assalamualaikum” “Waalaikumsalam,” jawab Rehan dengan lesu. Setelah menutup telponnya Rehan yang awalnya semangat mengawali pagi menjadi lesu dan tidak minat. “Loh Abang mau kemana? Tigak jadi keluar kan sudah rapi?” Mama Ana bertanya ketika melihat Rehan tidak menyelesaikan makannya dan malah ingin kembali kekamar. “Abang mau tidur Ma, tolong jangan ganggu Abang.” Mama Ana hanya diam, dia menoleh ke arah Aapa Arta yang sedari tadi hanya diam dengan menikmati kopi dan koran paginya . “Sudah Ma, biarkan saja.”   *****BERSAMBUNG ****  WNG, 12 SEP 2020  SALAM E_PRASETYO
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD