BAB 12: TERNYATA

1937 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  "Kamu masih tidak mau bilang, sekarang di mana Be?" Rehan kesal kepada kekasihnya, sejak 3 hari yang lalu Rehan selalu bertanya kemana kekasihnya itu liburan tapi Dita tidak pernah mau menjawab. "Rahasia Mas hehehe. Yang penting aku itu baik -baik aja. Dua hari lagi juga pulang kok Mas. Mas tenang aja aku nggak akan hilang." "Yasudah hati - hati Be, cepat pulang Mas rindu..." Setelah mengatakan itu, Rehan segera mengakhiri panggilan telponnya. Tok tok tok. "Masuk ..." Ternyata Erik sekertaris Rehan yang masuk. "Bos tiba - tiba Pak Handoko mengubah tempat rapat kita jam 2 nanti Bos." "Kenapa tiba - tiba, terus di pindah dimana?" "Bedugul Bos, katanya istrinya lagi ngidam dan tidak mau di tinggalkan. Tadi sekretarisnya yang mengabari dan memohon maaf. Tiket pesawat sudah di atur sama dia Bos." "Apa maunya Handoko itu, memang siapa yang butuh. Memangnya istrinya itu anak sultan bertindak seenaknya sendiri. Dia fikir hanya dia yang minta di urusi." Rehan kesal dengan tingkah calon client nya, yang tiba - tiba mengubah tempat rapat. "Sudah bos jangan marah - marah, jadi mau pergi atau kita batalkan saja Bos." "Ya pergi lah, enak saja di batalkan. Dia yang dapat enaknya aku yang rugi." "Yasudah kalau pergi jangan ngomel Bos. Tau sih pengantar makan siang nya cuti dua hari tapi jangan marah - marah gitu Bos, nanti kabur lagi calon Nyonya nya." "Diam kamu! Sana pergi siapkan keperluan buat pergi kesana ... " Rehan mengusir sekertarisnya itu, karena dia kesal mendengar godaan Erik kepadanya . "Siap Bos, laksanakan ..." Erik langsung keluar untuk segera menyiapkan keperluan rapat yang akan di laksanakan bersama Pak Handoko. **** "Selamat siang Pak Rehan, mohon maaf sekali jika saya merepotkan dan mengganggu waktu Pak Rehan." Pak Handoko menyambut kedatangan Rehan dengan sangat Ramah. "Tidak masalah Pak. Saya mengerti. Mungkin suasana Bali juga saya butuhkan untuk sedikit menjernihkan pikiran." Rehan pun menjawab dan membalas uluran tangan Pak Handoko dengan Ramah. "Halah perez Bos, tadi aja ngomel - ngomel ... " dalam hati Erik mencibir sikap ramah Rehan, yang menurut nya hanya formalitas belaka sedangkan tadi ngomel-ngomel. Mereka pun melakukan Rapat yang akhirnya kerjasama di setujui oleh berbagai pihak, meskipun harus melakukan beberapa penawaran yang panjang. "Terima kasih Pak Rehan. Senang bekerja sama dengan anda, semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk urusan selanjutnya maka akan saya serahkan kepada manager penanggung jawab." "Begitupun dengan saya pak Handoko, semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar. Kalau begitu saya pamit." Setelah rapat dengan pak Handoko selesai, Rehan ingin pamit tubuhnya sedikit lelah dia butuh istirahat. "Pak Rehan ingin langsung kembali ke Jakarta, kalau berkanan silahkan mampir dan istirahat sebentar di villa pribadi saya masih daerah bedugul sini?" Pak Handoko menawarkan tempat istirahat untuk Rehan   "Saya punya sebuah resort di daerah Tanah Lot dan Kute, sudah sampai sini kenapa saya tidak mampir sekalian untuk melihat perkembangannya." "Saya lupa dengan siapa saya berhadapan. Kalau seperti itu baiklah, silahkan lanjutkan perjalanan Pak Rehan." Rehan hanya menanggapinya dengan senyuman, kemudian berjalan menjauh dari tempat Pak Handoko dan yang lainnya. Rencananya Rehan ingin melihat perkambangan Resort barunya yang dia beli dua tahun belakangan ini di wilayah Tanah Lot. Sesampai nya di resort Rehan mendapatkan sambutan dari para karyawan disana. Mungkin tidak maksimal karena ini merupakan kunjungan dadakan. Dan lagi mereka sampai di resort sudah sedikit larut malam. Rehan memutuskan untuk langsung istirahat, besok pagi sebelum pulang dia akan melakukan pengecekan dan berkeliling. "Bos kita tidur sini bos?" tanya Erik ketika dia menerima kunci kamar dari Rehan. "Terserah. Aku mau tidur, kalau kamu mau pulang sana berenang. Lewat Gilimanuk kamu bisa menyebrang ke Ketapang terus nanti naik bus dari Banyuwangi ke Jakarta." Jawab Rehan cuek. "Anjir tega lo Bos sama gue."  Erik kesal dengan Rehan, apa susah nya bilang iya. Malah menyuruhnya berenang. "Bahasa!" kata Rehan mengingatkan. "Elahh, ini udah bukan jam kantor Bos jadi nggak papa." "Ingat di mana kita berada!" "Siap salah! Yasudah gue tidur dulu Bos. Selamat malam Bos ..." Setelah mengatakan itu Erik pun pergi menuju kamar nya. **** Pagi-pagi sekali Rehan sudah melakukan pengecekan, menurut Rehan itu hanya pengecekan biasa   namun berbeda dengan pegawai yang ada di sana. Ketegangan terjadi, sejak Rehan mulai meneliti setiap sudut resort, tidak ada sebutir debu pun yang lewat dari pengamatan Rehan. Ketika tengah berjalan menuju bagian belakang Resort yang berhadapan langsung dengan pantai dan ada beberapa kolam renang besar tempat para pengunjung resort berenang atau sekedar bersantai, tidak sengaja Rehan melihat seseorang yang sangat dia kenal. Duduk di tepi kolam   dengan kain bali melilit di pinggang hingga kaki nya, tengah asik bersama dua perempuan berbikini yang memiliki wajah hampir serupa. Mereka tengah asik minum jus sambil tertawa di tepi kolam, tanpa mereka sadari mereka menjadi pusat perhatian pengunjung lain, banyak mata yang tertangkap oleh pandangan Rehan tengah curi - curi pandang ke arah mereka bertiga. Tanpa disadari, Rehan menghentikan langkahnya dan mengambil ponselnya dia ingin memastikan. Dalan deringan ke dua, terdengar sahutan dari seberang sana. "Haloo ..." "Sedang apa Be?" "Minun jus Mas, kenapa?" "Dimana ??" Ranya Rehan lagi. "Di tempat yang indah, dan suasanya nyaman ..." "Dengan kain tipis, dan baju kurang bahan apa kamu sadar banyak mata laki- laki yang melihat mu Be, Ganti baju sekarang!" Rehan hampir berteriak, menahan kekesalannya. ***** "Dengan kain tipis, dan baju kurang bahan apa kamu sadar banyak mata laki- laki yang melihat mu Be, Ganti baju sekarang!" Mendengar sahutan dari Rehan, Dita merasa terkejut. Dari mana kekasihnya itu tau jika apa jangan - jangan dia mengirin seorang mata - mata. "Kenapa sih Ta, kok panik gitu?" Lala yang melihat raut wajah sahabatnya langsung bertanya . "Ada Rehan," kata Dita dengan pelan . "Dimana ??"  Tanya Lala. "Itu disana!" Lili menunjuk kearah dimana Rehan tengah berjalan diikuti beberapa karyawan resort. Dita sangat terkejut, kenapa bisa ada kekasihnya disini. Padahal dia pikir dengan kabur ke Bali dia tidak akan bertemu Rehan. "Kenapa bisa ada disini?" guman Dita dengan Lirih. "Tenang dan kuasai. Aman kok, kan sudah di poles foundation tebal tadi." Lili berbisik dengan pelan. "Mas kok bisa disini?" Dita bertanya dengan tenang nya, tepatnya berusaha tenang  . "Apa yang kamu pakai Be?" "Mas aku tanya kok bisa disini?" "Mas tanya apa yang kamu pakai ?" Rehan masih berusaha menekan suaranya agar tidak terdengar marah. Dia tidak suka dengan apa yang kekasihnya kenakan. Dia tidak suka banyak pasang mata yang melihat, seolah - olah kekasihnya adalah mangsa yang siap terkam. Orang- orang yang berdiri sejak tadi dibelakang Rehan bingung, tidak tau apa yang terjadi. Mereka bertanya -tanya, siapa gadis kecil yang di hampiri oleh Bos mereka itu. Erik pun berinisiatif untuk mengusir orang -orang yang berdiri dan mengikuti Rehan sejak tadi. Dia tau Bos nya itu sudah tidak tertarik lagi dengan kunjungannya karena sudah menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik. "Ganti baju Be!" Rehan menarik tangan Dita dengan pelan, dia tidak peduli jika menjadi pusat perhatian banyak orang, yang dia pedulikan hanya lah Dita nya. "Mas pelan - pelan jalannya. Mas jalan duluan sana, aku nya ketarik - tarik ini." Dita menggerutu karena langkah kecilnya tidak mampu mengimbangi langkah Rehan dan membuat dirinya terseret-seret. "Maaf sayang, lupa kalau bawa anak kecil." Dita kesal di bilang anak kecil oleh Rehan, meski tidak sepenuhnya salah namun tidak juga benar. Tingginya memang hanya sebatas d**a Rehan ketika berdiri namun usianya kan sudah tua. Setidaknya 25 bukan usia anak - anak lagi, bahkan jika menonton film dewasa usia nya sudah lulus sensor. "Mas tunggu di luar, aku mau ganti baju dulu. Mas jangan masuk ke kamarku!" Namun bukan Rehan namanya jika dia menuruti apa yang Dita katakan. "Ini kamar Mas. Jadi terserah Mas mau masuk atau tidak. Kamu ganti sana di kamar mandi, atau di depan Mas sini juga tidak papa."   "Habis ganti baju aku mau jalan – jalan.” "Iya jalan - jalan sama Mas." jawab Rehan dengan santainya, dia sudah meminta Erik untuk menyelesaikan urusannya dan dia akan menikmati liburan dadakan dengan kekasihnya anggap saja pengganti gagal kencan kemarin. Setelah menunggu beberapa saat Dita keluar dari kamar mandi dengan gaun pendek, bertali spageti berwarna merah. "Apa yang kamu pakai Be?" Rehan menatap Dita dengan horor . "Baju Mas, ayo kita kepantai," Dita berkata dengan semangatnya. "Ganti baju Be, bahkan Mas bisa melihat bra mu warna merahmuda belum lagi kalau ada angin, rok mu itu akan terbang kamu mau celana dalam mu kelihatan." Dita menatap Rehan dengan melongo. "Mas kok m***m, segala pakai dalam orang di lihat." Dita histeris menurut bagian dadanya dengan tangan. "Makanya sana ganti baju, pakai baju panjang dan celana panjang kalau perlu." Akhir nya Dita kembali masuk kekamar, mandi ingin mengganti baju nya . tak lama dia keluar dengan celana pendek selutut dan kaos pendek berwarna dongker. "Aku mau ke pantai bukannya mau pergi pengajian, nggak mau pakai panjang – Panjang." Dita cemberut ketika Rehan menatapnya dan ingin melayangkan protesnya. "Yasudah ayo." Akhirnya Rehan mengalah. **** Rehan dan Dita tengah minum kelapa muda sambil menikmati angin pantai yang sejuk. Cuaca hari ini tidak terlalu terik dan tidak terlalu mendung jadi nyaman untuk bermain ke pantai. "Mas kenapa bisa ada di disini, Mas ngikutin aku ya?" Dita kembali melayangkan pertanyaan yang sejak tadi membuatnya penasaran. "Ngapain juga Mas ngikutin kamu, kurang kerjaan. Kerjaan Mas banyak Be." "Terus kenapa Mas bisa ada di Resort itu." Dita masih penasaran dengan keberadaan Rehan di Resort tempatnya berlibur. "Kebetulan aja," Jawab Rehan cuek "Bohong! Nggak mungkin kebetulan," Dita masih belum percaya. "Dua hal yang Mas paling benci didunia ini Be, kebohongan dan penghianatan. Mas tidak bohong." Rehan menegaskan kata -kata nya.  "Terus kenapa dari sekian banyak tempat di dunia ini kenapa Mas harus ketemi aku disitu?" "Harusnya Mas yang tanya kamu kenapa bisa di situ?" "Aku jelas liburan." "Dan itu Mas yang punya resort nya jadi salahnya dimana?" "Benar Mas yang punya resort nya?" "Mas tidak bohong Be! Kenapa kamu seolah - olah menuduh Mas berbohong," Rehan sedikit terusik dengan pertanyaan Dita. "Iya iya percaya, lupa kalau Mas itu manusia super kaya. Tau gitu kan, aku bisa dapat gratisan." "Memangnya siapa kamu minta gratisan?" "Katanya sih aku pacar yang punya resort." "Pacar itu orangnya Be, uang ya uang." "Astaga Mas kok pelit." Dita histeris mendengar ucapan Rehan. "Hahahaha, siapa suruh ditanya tidak di jawab.  Mas sudah tanya sejak awal kamu liburan kemana, kamu nya tidak mau jawab. Ya udah ..."  Rehan mengacak rambut Dita, dia gemas dengan tingkah kekasihnya . Untuk beberapa saat Rehan terdiam mengamati wajah Dita. "Mas kenapa lihatin aku begitu? Iya aku cantik ... " Rehan masih diam tak bergeming, membuat Dita sedikit was-was. "Mas!!" "Coba Be lihat Mas, sebentar." "Aku mau ke air Mas." Dita berusaha menghindar dari Rehan. Namun terlambat, Rehan lebih dulu menarik tangan Dita.  Dia mengeluarkan isi tas Dita yang ada di sampingnya, mencari sesuatu. Akhirnya dia mengambil sebuah tisu basah yang di bawa oleh Dita . "Mas mau apa ?" Dita sedikit was -was dengan apa yang akan Rehan lakukan.  Namun Rehan tak menjawab pertanyaan Dita. Dia justru mengusapkan tisu basah ke wajah kekasihnya dengan pelan. Setelah bersih dari foundation baru lah muncul bintik - bintik merah di wajah Dita, memang tidak sepatah kemarin, namun masih terlihat dengan jelas sisa-sisanya. "Sekarang jelaskan ini kenapa?!" tanya Rehan dengan Tegas. "Ini alergi Mas," Jawab Dita dengan pelan. "Jadi kamu menghindar dari Mas karena alergi ini?" Tepat sasaran, Dita tetap berusaha tenang mencari cara apa yang akan dilakukannya untuk bebas dari tuduran Rehan. "Tidak Mas. Ini kemarin waktu sarapan aku nggak tau kenapa, aku juga nggak tau alergi apa tiba - tiba habis makan udah gatel bintik - bintik gini." Dita berusaha menyakinkan Rehan. "Mas harap kamu tidak membohongi Mas Be. Sekarang kita kedokter!" Rehan sudah ingin menarik Dita untuk pergi ke dokter namun Dita dapat menahannya. "Aku sudah ke dokter Mas, jangan cemas. Ini juga sudah sembuh tinggal tunggu bintik - bintiknya hilang .." "Yasudah .. " *****BERSAMBUNG ****  WNG, 13 SEP 2020  SALAM E_PRASETYO    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD