Vani mendapatkan kesadarannya lebih dulu dibandingkan dengan Clara. Namun, ia baru mendapatkan kesadarannya, dan bukannya kendali atas tubuhnya. Karena itulah, saat ini Vani hanya bisa menggerakkan matanya ke sana ke mari untuk melihat apa yang ada di sekitarnya. Vani terkejut bukan main, karena alih-alih berada di dalam ruangan jeruji besi atau ruangan mengerikan lainnya sebagai tempat di mana dirinya dan Clara dikurung, kini ia malah terbangun di tempat yang sangat bersih serta berbau khas yang sudah tidak lama ia cium. Vani pun melirik ke sampingnya, dan dirinya pun menemukan keberadaan Clara di sana.
Vani bisa melihat jika Clara berpenampilan sangat berbeda daripada penampilan yang ia ingat. Terlihat dengan sangat jelas bahwa Clara sangat bersih, dan menggunakan gaun putih yang bersih dan anggun. Vani tahu, jika Clara memanglah gadis manis yang cantik. Namun, saat melihatnya berpenampilan bersih dan anggun seperti ini, Clara terlihat sangat berbeda. Clara benar-benar terlihat sangat cantik, dan berbeda daripada biasanya.
Vani sendiri tersadar jika ternyata saat ini ia juga mengenakan pakaian yang persis sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Clara. Vani tidak tahu apa yang terjadi di sini, tetapi Vani tidak memiliki waktu untuk terus memikirkan hal ini lebih jauh. Vani harus segera bergerak dan membawa Clara pergi dari tempat yang berbahaya ini, sebelum bangsa Draconian yang bertugas untuk mengawasi mereka kembali. Sayangnya, usaha Vani tidak bisa berjalan dengan lancar, mengingat saat ini ia bahkan tidak bisa menggerakkan jari-jarinya dengan benar.
“Ugh, sial.Sebenarnya apa yang mereka lakukan pada tubuhku,” gumam Vani dengan bibir yang terasa sangat kaku.
Vani terus berjuang untuk menggerakkan jemarinya, Clara pada akhirnya sadarkan diri. Ia juga menunjukkan gejala yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Vani. Pertama-tama Clara terkejut karena berada di tempat yang sangat bersih dan baik, padahal ia ingat betul sebelumnya sudah tertangkap oleh bangsa Draconian. Lalu saat dirinya menoleh ke samping, ia bertatapan dengan Vani yang akhirnya sudah bisa menggerakkan tangannya dan bertanya dengan perlahan, “Bagaimana kondisimu, Clara? Kau baik-baik saja?”
Mendengar apa yang ditanyakan oleh Vani, tentu saja Clara berusaha untuk menjawabnya. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil. Clara terntu saja dibuat panik, karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya seperti apa yang ia inginkan. Vani yang melihat kepanikan Clara pun berusaha untuk menenangkannya dan mengubah posisinya. “Tenanglah, tadi aku juga berada dalam kondisi yang sama-sama. Kau akan segera bisa menggerakkan tubuhmu. Sekarang atur napasmu, jangan sampai masalah jantungmu kembali kambuh,” ucap Vani mengarahkan Clara untuk melakukan apa yang harus ia lakukan.
Setelah melakukan apa yang Vani katakan dan bisa lebih tenang, Clara sudah bisa menggerakkan tangannya. Sementara Vani kini sudah bisa menggerakkan tubuhnya dengan baik, dan segera turun dari ranjang rawat yang menjadi tempat berbaringnya. Lalu Vani pun berniat untuk bergegas untuk mendekati Clara, tetapi langkahnya tertahan. Sebab ia berjening merasakan dingin yang menggit pada telapak kakinya. Lantai yang ia pijak terlalu dingin, berbeda dengan lantai kasar dan panas yang ia pijak biasanya.
Namun Vani berhasil untuk mengendalikan diri dan bergegas membantu Clara. Tak lama Clara juga sudah bisa mengendalikan tubuhnya dengan baik. Lalu Vani pun berkata, “Kemari, biarkan aku memeriksa tubuhmu terlebih dahulu.”
Setelah memastikan jika tidak ada yang kurang atau luka pada tubuhnya, Vani pun menghela napas lega. Ternyata Clara juga memeriksa kondisi Vani dan berkata, “Untunglah, Kakak juga tidak terluka.”
Vani tersenyum saat melihat Clara yang jelas-jelas mencemaskan dirinya. Clara memang seperti ini. Padahal daripada apa pun, jelas bahwa Clara harusnya mencemaskan dirinya sendiri daripada orang lain. Hal tersebut erjadi karena kondisi Clara sangat lemah, jantungnya tidak berada dalam kondisi yang buruk. Karena itulah, Clara seharusnya lebih mencemaskan kondisinya sendiri dibandingkan dengan kondisi orang lain. Kebaikan hatinya dan sikapnya yang manis membuat Clara dengan mudah mencuri hati orang lain. Itulah yang terjadi pada Vani.
Walaupun sebelumnya ia hanya menjaga Clara karena mendapatkan kewajiban dan kepercayaan untuk menjaganya yang lemah, tetapi sekarang Vani tidak melakukannya karena terpaksa. Ia malah dengan tulus berusaha untuk menjaga dan memastikan kondisi Clara baik-baik saja. Rasanya, Vani tidak akan bisa bernapas lega jika melihat Clara terluka. Karena itulah, Vani akan memastikan dengan segala cara, bahwa Clara akan berada dalam kondisi baik-baik saja. Vani mengangguk dan menggenggam tangan Clara dengan sangat erat.
“Meskipun kita tidak terlihat terluka atau diperlakukan dengan sangat buruk, tetapi kita tidak bisa merasa nyaman di sini. Ini adalah sarang yang dikuasai oleh para draconian yang mengerikan. Sekarang kita harus bergegas untuk melarikan diri, sebelum ada bangsa draconian yang datang kembali. Bukankah kau tidak ingin terus tinggal di sini dan tidak bisa bertemu dengan kakakmu lagi?” tanya Vani membuat Clara menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
Bagaimana mungkin Clara bisa bertahan hidup jika harus terpisah selamanya dengan sang kakak. Padahal, Clara dan Vani tertangkap oleh bangsa Draconian di tengah usahanya untuk kembali bertemu dengan kelompok mereka. Terutama Clara yang ingin kembali bertemu dengan sang kakak. Karena itulah Clara balas menggenggam tangan Vani dan berkata, “Ayo kita pergi, Kak.”
Vani yang sudah melihat tekad pada sorot mata Clara pun mengangguk. “Kalau begitu, sekarang kita harus segera keluar. Kita harus bergegas, karena kita tidak boleh berpapasan dengan bangsa Draconian. Sebelumnya kau melihat mereka dengan mata kepalamu sendiri, bukan? Mereka benar-benar sangat kuat dan cepat. Dengan tubuh mereka yang selayaknya predator, akan sangat mudah bagi mereka untuk menangkap kita, terlebih ini adalah area yang mereka kuasai,” ucap Vani lalu menuntun Clara agar mengikuti langkahnya.
Saat ke luar dari ruangan bersih yang serba putih tersebut, Vani pun melihat berbagai lorong yang juga terlihat serba putih. Namun, di lihat dari strukturnya, Vani yakin jika ini bukan bangunan biasa. Untuk memastikan ini adalah tempat seperti apa, mereka harus bergegas untuk menari area seperti jendela atau sesuatu yang bisa menunjukkan area luar. Hal itu penting, agar Vani bisa merancang pelarian mereka. Saat dirinya menoleh ke arah kanan, Vani bisa melihat jika ada dinding yang terbuat dengan kaca.
“Kakak, sepertinya kita bisa memeriksa dinding kaca itu. Jika tipis, mungkin kita bisa melarikan diri dengan memecahkannya,” ucap Clara.
Vani yang mendengarnya menggeleng. Namun, ia melangkah bersama dengan Clara ke arah dingin kaca tersebut. Lalu Vani berkata, “Kita akan mendekat untuk memeriksa apa yang ada di sekitar tempat kita berada. Tapi, kita tidak bisa melarikan diri dengan cara memecahkan kaca seperti itu, Clara. Kita harus melakukan semuanya dengan sangat tenang. Jika kita memecahkannya, bisa-bisa itu membunyikan alarm yang terpasang di sekitar sini.”
Clara pun tersadar, jika memang mereka harus sangat berhati-hati dalam situasi ini. Sebab situasi mereka lebih berbahaya dibandingan dengan situasi mereka sebelumnya. Situasi benar-benar berubah, mengingat jika saat ini mereka tengah berada di dalam area yang sepenuhnya dikuasai oleh para draconian. Begitu mereka tiba di dekat dinding kaca, Vani dan Clara pun melihat jika ternyata mereka ada di pesawat yang tengah melayang dengan stabil di atas hamparan air yang terlihat sangat dalam telihat dengan gelapnya warna air.
Vani sendiri memeriksa ketebalan dari kaca tersebut, dan menyadari jika itu lebih tipis daripada yang ia perkirakan sebelumnya. Entah memang karena para bangsa Draconian sengaja merancangnya dengan tipis karena berpikir kaca ini tidak akan mudah dipecahkan. Atau bahkan berpikir, jika tidak aka nada yang sengaja untuk memecahkannya dengan mudah. Ini adalah godaan yang sangat jelas bagi dirinya. Akan mudah jika melarikan diri dengan memecahkan kaca ini. Namun, ini akan menjadi pilihan terakhir mereka.
“Kakak, sebenarnya kita berada di mana?” tanya Clara karena tidak pernah melihat area seperti ini sebelumnya. Saat peradaban manusia masih baik-baik saja, Clara kecil tinggal di desa bersama keluarganya. Lalu setelah dirinya beranjak remaja ia harus hidup dalam pelarian dan sebagian besar tinggal di area pembuangan atau di bawah tanah. Tentu saja hal tersebut membuat Clara tidak memiliki kesempatan untuk melihat banyak hal termasuk hal yang disebut sebagai laut ini.
“Ini adalah laut, Clara. Kita melayang di atas laut. Sepertinya kita berada di dalam pesawat tempur yang sering dibicarakan oleh anggota kelompok lain, bahwa ada pesawat yang mengapung di udara dalam waktu yang lama. Rasanya akan sangat berbahaya jika kita melarikan diri dengan gegabah. Sekarang kita pergi ke arah lain terlebih dahulu,” ucap Vani lalu menarik Clara untuk berbalik arah dan melangkah menuju lorong lain.
Sayangnya, begitu mereka memasuki lorong yang berbeda, mereka pun tanpa sengaja berpapasan dengan seorang pria tinggi berwajah tampan yang memiliki warna mata biru yang indah. Penampilannya benar-benar seperti manusia, hingga untuk sejenak Vani dan Clara berpikir jika mereka bertemu dengan manusian yang juga tengah ditahan di sana. Namun, Vani dan Clara dalam waktu singkat sadar jika rasanya tidak mungkin ada seorang manusia yang terlihat begitu santai berjalan-jalan di area yang dikuasai oleh bangs draconian.
“Kenapa kalian ada di sini? Seharusnya, meskipun sudah sadar, kalian tetap di dalam ruangan berbahaya jika kalian bertemu dengan prajurit bangsa Draconian. Bisa-bisa kalian dimasukkan ke dalam penjara,” ucap pria bermata biru itu dengan raut yang sangat bersahabat. Bahkan membuat Vani dan Clara yang melihatnya terpesona untuk sepersekian detik.
“Jika seperti itu, berarti kau bukan bagian dari mereka?” tanya Vani pada pria itu membuat ia tersenyum tipis. Seakan-akan pertanyaan tersebut terdengar sangat menghibur di telinganya.
“Kenapa kalian bisa menyimpulkan hal itu?” tanya balik dirinya dengan nada yang terdengar seperti tengah mencari hiburan.
Clara pun menjawab, “Karena kau tidak terlihat menyeramkan seperti draconian yang kami ketahui. Kau terlihat seperti manusia biasa, bahkan terlihat sangat tampan.”
Jawaan polos dari Clara tersebut sukses membuat pria yang mendengar hal itu tertawa renyah. “Kalian benar-benar menyenangkan. Sekarang, biar kuperkenalkan diriku. Perkenalkan, namaku Gaal, aku adalah Mayor Biru bangsa Draconian,” ucap Gaal dengan senyuman ramah yang membuat Vani dan Clara seketika merinding bukan main lalu berbalik untuk melarikan diri.
Sebenarnya pernyataan yang dikatakan oleh Gaal adalah hal yang sangat mengejutkan bagi Vani dan Clara. Sebab bagi keduanya, Gaal sama sekali tidak terlihat seperti bangsa Draconian yang mengerikan. Ia tidak memiliki kulit bersisik atau bahkan mata yang terlihat mengerikan seperti milik predator. Gaal terlihat seperti manusia normal pada umumnya. Dengan netra biru yang terlihat sangat indah. Ia benar-benar terlihat seperti pria yang sangat memesona, alih-alih terlihat seperti bangsa Draconian sang predator.
Meskipun terkejut, keduanya sudah memiliki pemikiran yang sama. Yaitu segera berbalik dan melarikan diri sekuat mereka. Hal itu bertepatan dengan munculnya prajurit berseragam perang lengkap yang mengejar keduanya. Vani sadar, jika mereka tidak akan lolos kembali jika memaksakan diri untuk melarikan diri bersama. Vani pun menarik Clara lalu mendorongnya agar berlari ke arah dinding kaca yang sebelumnya mereka lihat. Lalu ia berkata, “Larilah dan terjang dinding kaca itu sembari melindungi kepalamu.”
Perintah tersebut terdengar sangat jelas oleh Clara. Namun, Clara terus berlari karena Vani juga berlari di belakangnya. Hanya saja, Clara segera menjawab, “Kakak harus terus berlari di belakangku dan jangan sampai tertinggal. Jika hal itu terjadi, aku akan kembali untuk bersama dengan Kakak.”
Vani mengangguk dan berkata, “Aku berjanji akan melakukannya, Clara. Sekarang pastikan kau melakukan arahanku dengan benar. Lari!”
Clara pun melindungi kepalanya saat dirinya menerjang dinding kaca yang sebelumnya mereka dekati. Ternyata Clara berhasil dengan mudah menghancurkan kaca tersebut dan seketika terjun bebas menuju laut yang menghampar di bawah pesawat melayang tersebut. Tentu saja Clara merasa ketakutan, jantungnya bahkan berdetak dengan sangat kencang karena merasa sangat takut. Namun, ia berusaha untuk tidak menutup matanya. Sebab ia harus memeriksa keadaan Vina.
Sayangnya, ternyata Vina tidak mengikuti langkah Clara. Ternyata Vina menahan para prajurit Draconian yang sebelumnya mengejar mereka. Dan kini Vani benar-benar dilumpuhkan oleh mereka, membuat Clara yang melihat hal tersebut sangat panik dibuatnya. “Tidak, Kakak! Kakak!” jerit Clara lalu jeritannya teredam saat dirinya jatuh tenggelam.
Clara pun merasakan sakit yang luar biasanya pada jantung dan tubuhnya yang jatuh dari ketinggian lalu tenggelam dalam lautan yang luas. Clara pun benar-benar jatuh tidak sadarkan diri dan tenggelam dalam waktu yang singkat. Vani yang memang sengaja mengorbankan diri untuk memastikan Clara lolos dari pelarian tersebut, tentu saja sangat cemas dengan keadaan Clara yang tiba-tiba tenggelam seperti itu. Namun, setidaknya Clara harus lepas terlebih dahulu dari para Draconian yang memang paling berbahaya.
“Kau harus selamat, Clara,” gumam Vani berulang kali. Mengharapkan keselamatan bagi Clara yang ia harap bisa bertahan dalam situasi sulitnya tersebut.
Ternyata Gaal mendengar permohonan Vani yang telah dilumpuhkan oleh para bawahannya. Gaal pun berkata pada Vani, “Sepertinya kau mencoba untuk mengorbankan diri untuk melindungi gadis mungil itu. Tapi bagaimana ya, dia lolos bukan karena mendapatkan perlindunganmu. Aku sengaja membiarkannya lolos. Apa kau pikir, aku akan membiarkan celah di pesawat yang kujadikan sebagai labolatoriumku yang berharga?”
Vani yang mendengar hal itu pun seketika cemas bukan main. Ia sadar, jika semua yang terjadi ini sesuai dengan apa yang direncanakan dan diharapkan oleh Gaal. Vani mengetatkan rahangnya, merasa begitu marah dengan situasi yang tengah terjadi ini. “Sebenarnya apa yang kau rencanakan?” tanya Vani dengan penuh antisipasi.
Gaal pun tersenyum, merasa sangat terhibur karena lawan bicaranya ternyata sama sekali tidak merasa terdesak atau ketakutan karena situasi yang saaat ini tengah menimpa dirinya. Ini benar-benar menarik. Sebab Vani bisa mengendalikan dirinya dengan baik, walaupun berada di bawah tekanan yang sulit seperti ini. Ia pun menjawab dengan tenang, “Besar kemungkinan, bahwa ia akan berusaha untuk mencari atau bergabung dengan kelompok manusia. Sebenarnya aku berharap kau lebih egois dan memilih untuk melarikan diri. Namun, ternyata kau malah memilih untuk mengorbankan diri sendiri. Meskipun tidak sepenuhnya sesuai dengan harapanku, tetapi ini juga tidak sepenuhnya mengecewakan. Aku masih bisa memanfaatkannya untuk hal yang lebih menarik.”
Mendengar perkataan Gaal tersebut, tentu saja Vani semakin marah. Sejak awal, seharusnya Vani membiarkan Clara melarikan diri sendiri. Keputusannya untuk mengorbankan diri, adalah hal yang sangat buruk. Sebab kini, Vani bahkan tidak bisa memastikan kondisi Clara saat ini. “Dasar sampah! Kalian benar-benar tidak tahu diri. Kalian datang ke rumah orang lain, dan berusaha untuk merebut rumah kami lalu memperlakukan kami semua dengan begitu kejam seperti ini. Kalian benar-benar b******n!” seru Vani dengan penuh kemarahan yang meledak-ledak.
Gaal yang mendengar makian tersebut memiringkan kepalanya sedikit, merasa jika apa yang dikatakan oleh Vani bisa ia terima sepenuhnya. “Aku tidak mengerti, kenapa kau bisa semarah ini pada bangsaku yang saat ini berusaha untuk menguasai bumi di mana kalian tinggal,” ucap Gaal terlihat masih tidak paham mengapa Vani dan para manusia marah kepada dirinya dan bangsanya.
“Tentu saja kami marah, karena kalian merebut rumah kami dan bertindak seenaknya. Kalian membuat kami hidup dalam pelarian selama bertahun-tahun,” ucap Vani masih dengan kemarahannya yang meledak-ledak.
“Sebelum kau marah pada kami, seharusnya kalian instropeksi diri terlebih dahulu. Memangnya, kalian pikir, mengapa bumi ini hancur dan peradaban kalian tidak bisa bertahan? Semuanya sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa kalian tidak kompeten untuk memiliki sesuatu yang sangat berharga seperti bumi yang berlimpah dengan sumber daya ini. Karena itulah, kami hadir untuk mengembalikan kejayaan bumi. Tentu saja, kalian tidak akan menjadi penguasa, tetapi menjadi b***k yang melayani kami para penguasa,” ucap Gaal lalu memberikan isyarat pada para prajurit untuk bergegas membawa Vani untuk kembali ke ruangan penelitian.
Tentu saja Vani yang diseret tidak menerimanya begitu saja dan berteriak keras. Jelas sangat menolak untuk ditarik ke dalam ruangan tersebut. Namun, prajurit yang bertugas memang sangat berkompeten. Hingga mereka membawa Vani tanpa menimbulkan masalah apa pun lagi. Sementara Gaal saat ini terlihat melihat laut yang sudah kembali tenang setelah insiden Clara yang menjatuhkan dirinya ke dalam sana. “Hm, kira-kira apa yang akan kudapat nanti ya,” ucap Gaal terlihat sangat penasaran.
Namun, ekspresinya dalam waktu yang cepat berubah, saat dirinya menyadari sesuatu. “Ah, aku melupakan sesuatu. Sepertinya sekarang Riolo sudah datang menemui Ostra dan melaporkan jika aku sudah memulai penelitian dan eksperimenku. Kalau begitu, aku harus bersiap-siap untuk menghadapi kemarahannya,” ucap Gaal.
Namun, alih-alih terlihat gugup atau cemas karena akan menghadapi kemarahan sang jenderal besar, ia malah terlihat sangat santai bahkan tersenyum. Saat ini, ia bahkan Gaal mulai bersenandung ketika dirinya memasuki ruangan penelitiannya dan mengenakan jas putih khas peneliti miliknya. Lalu bertanya, “Penelitian apa yang harus kulakukan hari ini?”