Pertolongan

3061 Words
Riolo bersiul dan melangkah dengan langkah ringan menuju ruangan milik Ostra. Ruangan tersebut adalah ruangan kerja yang biasanya digunakan oleh Ostra sepanjang hari. Sebagai seorang petinggi dan pemimpin, Ostra memang menanggung tugas yang begitu besar. Terlebih, masalah yang tengah mereka miliki adalah masalah yang harus segera mereka selesaikan. Mereka harus bergegas untuk menguasai bumi, dan barulah mereka bisa menata apa yang akan mereka lakukan ke depannya. Jadi, kebanyakan Ostra akan menghabiskan waktunya di dalam ruangan tersebut untuk menyusun strategi. Benar saja, begitu Riolo masuk ke dalam ruangan kerja tersebut, ia melihat Ostra yang tampak berkutat serius dengan peta luas yang dihiasi beberapa tanda yang dibuat oleh Ostra. Tanda-tanda khusus tersebut menunjukkan area yang sudah dikuasai, serta sumber daya apa saja yang ada di dalamnya. Ostra menggunakan peta luas tersebut untuk menyusun rencana dan langkah apa yang akan di ambil ke depannya untuk menguasai bumi dalam waktu yang cepat tertata rapi. Inilah ahli strategi yang sesungguhnya. Riolo yag melihat hal itu mengernyit. Dia tidak senang bermain dengan taktik yang rumit seperti ini. Menurut Riolo, lebih menyenangkan langsung mengadu senjata, atau bahkan bertarung dengan tangan kosong. Seorang lelaki haru seperti itu. Namun, bagi Ostra, kekuatan fisik dan senjata canggih sekali pun, sama sekali tidak akan berguna jika tidak digunakan dengan diiringi oleh kecerdasan serta taktik. Karena itulah, Ostra selalu mengawali semua pergerakannya dengan menyusun strategi agar bisa melakukan apa pun yang ia lakukan dengan taktis. “Kenapa kau datang? Jika hanya ingin mengganggu, lebih baik pergi dan kerjakan tugasmu,” ucap Ostra sembari meletakkan miniatur bendera berwarna merah di bagian peta yang belum dikuasai, lalu menuliskan sesuatu pada tablet komputer canggih yang berada di tangannya. Benar, saat ini Ostra tengah menyusun strategi, karena itulah ia perlu konsentrasi penuh. Ia tidak mengharapkan kehadiran Riolo di sana, sebab hal itu hanya akan mengganggu dirinya dan memecahkan konsentrasinya yang harusnya tetap terfokus pada penyususnan strategi yang tengah ia lakukan. “Aku datang untuk melapor, jika kemarin aku menangkap dua wanita manusia. Lalu aku yakin, jika sekarang Gaal sudah mulai melakukan penelitian dan eksperimen pada keduanya,” ucap Riolo berhasil sepenuhhnya untuk menarik perhatian Ostra yang biasanya sama sekali tidak bisa diganggu gugat ketika dirinya menyusun strateginya. Ostra mengernyitkan keningnya dan menatap Riolo dengan netra merahnya yang penuh dengan intimidasi. Saat ini, Ostra merasakan firasat yang sangat buruk. Entah mengapa, ia merasakan ada hal yang aneh dari penelitian atau eksperimen yang tengah dibicarakan oleh Gaal tersebut. Karena itulah, ia pun bertanya, “Tepatnya, penelitian dan eksperimen apa yang dilakukan oleh Gaal?” Mendengar pertanyaan tersebut Riolo pun ragu untuk menjawab. Sebab dirinya sendiri tidak sepenuhnya tahu mengenai penelitian tersebut. Ia bahkan diusir sebelum Gaal memulai penelitiannya. Namun, sebelumnya Riolo ingat betul bahwa Gaal terlihat sangat senang ketika dirinya mengocehkan sesuka hatinya. Ia ingat betul, jika hal tersebut berkaitan dengan penelitian atau eksperiman yang berkaitan dengan kelangsungan hidup bangsa mereka. Karena itulah, Riolo berkata, “Besar kemungkinan, ia melakukan eksperimen untuk menemukan solusi atas ancaman kepunahan bangsa kita. Karena keduanya adalah wanita muda, aku rasa itu adalah kemungkinan yang sangat besar.” Mendengar apa yang dikatakan oleh Riolo, Ostra pun bergegas untuk bertanya, “Sekarang ada di mana Gaal berada?” “Sepertinya dia sudah kembali ke lablatorium pusat. Kau ingin menemuinya? Sekarang?” tanya Riolo terlihat terkejut. Mengingat saat ini, Ostra terlihat sangat sibuk untuk menyusun strategi. Biasanya, Ostra tidak akan meninggalkan ruang kerjanya sebelum mereka menyelesaikan pekerjaannya. Terlebih, jika itu menyangkut dengan masalah strategi yang tengah ia susun. Riolo agak merinding menyadari perubahan Ostra ini. Ia merasa jika perubahan ini pada akhirnya akan membawa malapetaka. Ostra tidak menjawab pertanyaan Riolo, dan memilih untuk melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ternyata Riolo sendiri memilih untuk mengikuti langkah Ostra yang terlihat lebar dan menuju area di mana labolatorium pusat berada. Ternyata Gaal benar-benar berada di ruangan labolatorium, dan sepertinya tengah membenahi beberapa bahan untuk ia bawah pergi ke pesawat apungnya. Ostra tanpa basa-basi bertanya, “Penelitian apa yang kau lakukan pada kedua wanita yang dibawa oleh Riolo?” Gaal yang mendengar pertanyaan tersebut pun seketika menjawab dengan senang hati, “Ada dua hal. Satu, aku melakukan penelitian pada otak salah satu dari wanita itu. Kedua, karena wanita yang satunya memiliki kondisi tubuh yang sangat lemah. Maka aku memutuskan untuk melakukan eksperimen yang berkaitan dengan pemecahan ancaman kepunahan bangsa kita.” Seketika Ostra merasakan firasat yang sangat buruk lalu bertanya dengan penuh penekanan, “Tepatnya apa eksperimen yang kau lakukan itu, Gaal?” Gaal sadar, jika Ostra pasti merasakan firasat buruk mengenai hal ini. Lalu tanpa merasa bersalah, ia pun menjawab, “Aku menanamkan benihmu yang sebelumnya tersimpan untuk diteliti. Aku terkejut, karena ternyata tubuh wanita itu menerima benihmu dengan sangat baik. Ini benar-benar sangat mengejutkan sekaligus sangat menarik untuk diteliti lebih jauh.” Mendengar apa yang dikatakan oleh Gaal, seketika Ostra merasakan serangan sakit kepala karena tingkah yang dilakukan oleh saudaranya tersebut. Ia benar-benar sangat jengkel, sebab Gaal melakukan semua itu dengan sesuka hati, tanpa meminta persetujuan atau pendapatnya terlebih dahulu. “Kenapa kau bertingkah seenaknya seperti itu? Kenapa kau menggunakan benihku alih-alih menggunakan benihmu sendiri?” tanya Ostra dengan nada tinggi. Riolo sendiri terkejut, karena ternyata Gaal melakukan hal yang sangat gila seperti itu. Mereka semua memang terancam kepunahan sebab sudah tidak ada lagi wanita di antara mereka. Namun, Riolo tidak berpikir jika menanamkan benih mereka dalam tubuh wanita manusia yang lemah adalah pilihan yang masuk akal. Mengingat jika kondisi fisik manusia yang lebih lemah, akan sangat mustahil bagi mereka bisa mengandung benih mereka dengan baik. Selain itu, Gaal menanamkan benih Ostra begitu saja tanpa berdiskusi. “Jelas aku harus menggunakan benihmu, Ostra. Kau adalah Jenderal Merah. Pemimpin tertinggi, di mana seharusnya kau yang memiliki keturunan terlebih dahulu. Tenang saja, semuanya akan berjalan dengan baik, jika sesuai dengan perkiraanku,” ucap Gaal terlihat sangat percaya diri. Ostra sendiri tidak merasa jika dirinya bisa terus merasa marah pada Gaal. Ini bukan bidang yang ia kuasai. Namun, rasanya ia tetap merasa sangat jengkel. Jadi, pada akhirnya ia pun berkata, “Kalau begitu, bawa aku untuk bertemu dengannya. Setidaknya aku harus bertemu dengan wanita yang menerima benihku.” Mendengar hal itu, seketika Gaal memasang ekspresi menyesal yang terkesan dibuat-buat dan sangat menjengkelkan. Baik Ostra maupun Riolo sama-sama menyadari apa yang dilakukan oleh Gaal tersebut, hingga tidak bisa menahan diri untuk semakin merasa kesal terhadap saudara mereka tersebut. “Wah, kau terlambat, Ostra. Wnita yang menerima bernihmu sudah berhasil melarikan diri,” ucap Gaal lagi-lagi tanpa merasa bersalah. Tentu saja kali ini Ostra benar-benar terlihat sangat marah dan mengeluarkan aura yang terlihat sangat mengerikan. Ia pun bertanya, “Apa kau gila?! Bagaimana bisa ia melarikan diri? Terlebih saat dia sudah menerima benihku? Apa yang terjadi jika benih itu berkembang?!” Bukannya takut saat menghadapi kemarahan yang ditunjukkan oleh Ostra, Gaal malah tersenyum dan menjawab, “Tenanglah. Semuanya masih tetap berada dalam kendaliku. Mana mungkin aku mau kehilangan sesuatu yang sangat berharga, terlebih itu adalah eksperimen penting yang berkaitan dengan keberlangsungan bangsa kita.” Gaal lalu menghidupkan komputer canggihnya dan memainkan jemarinya di atas keyboard untuk beberapa saat. Ia terlihat sangat berkonsentrasi, hingga Ostra dan Riolo memilih untuk menutup bibir mereka rapat-rapat. Hingga kayar monitor menunjukkan kode-kode rumit dan beralih menjadi peta dan tanda titik merah yang berpendar dan bergerak pelan. Gaal duduk dengan santai dan bersandar pada sandaran kursi sebelum berkata, “Lihatlah, aku tidak sepenuhnya kehilangannya. Aku membiarkannya untuk melarikan diri, untuk mendapatkan hal yang lebih besar. Dia akan menjadi umpan bagiku.” Namun, Ostra masih sangat jengkel hingga berkata, “Tutup mulutmu. Berhenti bertingkah seenaknya dan mengatakan omong kosong seperti Riolo. Sungguh, itu bukanlah sikap yang menyenangkan untuk dilihat.” “Lalu, bagaimana dengan wanita satu lagi? Bukankah yang melarikan diri hanya wanita yang menerima benih Osra? Lalu bagaimanan dengan wanita satunya?” tanya Riolo merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan wanita itu. Gaal pun menjawab, “Ia masih ada di pesawat apungku. Tidak perlu cemas, aku memanfaatkannya dengan sangat baik. Karena aku harus melakukan penelitian dan eksperimen lebih jauh padanya, aku tidak membiarkannya untuk melarikan diri, berbeda dengan wanita satunya. Tapi, aku juga sudah memiliki rencana untuknya. Kalian tidak perlu mencemaskan apa pun, sebab aku akan melakukan semuanya dengan sempurna. Kesalahan tidak ada dalam kamusku.” Riolo yang mendengar hal itu pun mencibir, “Jangan terlalu percaya diri, Gaal. Jika sampai kau salah melangkah atau melakukan kesalahan, aku akan menjadi orang pertama yang menertawakan kemalanganmu itu.” Gaal memang sangat lembut, ia juga memiliki raut wajah yang paling ramah di antara tiga bersaudara itu. Namun, Gaal agak tidak bisa menahan dirinya untuk bertingkah seperti orang gila jika berhubungan dengan penelitian dan eksperimen. Ia benar-benar dipenuhi oleh semangat dan kebahagiaan jika berkaitan dengan masalah itu. Ostra sendiri menatap Gaal dengan tatapannya yang sangat tajam, sebab ia benar-benar terlihat penuh dengan kebahagiaan. Padahal, situasi saat ini membuat Ostra agak gugup. Meskipun saat ini sudah jelas jika Gaal meletakkan pelacak pada wanita yang tengah kabur itu, tetapi situasi saat ini tidak bisa ditebak dengan mudah. Entah wanita itu bisa bertemu dengan kelompoknya lagi atau tidak. Bisa saja, wanita itu pada akhirnya mati di tengah jalan, karena bertemu dengan gerombolan mhonyedt. Sungguh, memikirkan hal tersebut membuat Ostra sakit kepala. Rasanya, ke depannya bukan hanya mengawasi Riolo, ia juga harus mengawasi Gaal agar tidak bertingkah macam-macam dengan eksperimen yang ia lakukan. “Kau memang mendapatkan kebebasan dariku untuk melakukan penelitian dan eksperimen. Tapi, aku tidak ingin kau main-main dengan benihku yang kau simpan. Aku memang memberikan benih-benih untuk kau jadikan bahan penelitian dan eksperimen, tetapi itu tidak berarti kau bisa seenaknya, terlebih dalam melakukan eksperimen yang besar seperti ini. Kau harus tetap mendapatkan izin dariku untuk melakukannya,” ucap Ostra penuh dengan penekanan. Gaal berdecak pelan lalu menatap Ostra, sang Jenderal Besar yang memang dikenal sangat berkharisma saat memimpin pasukannya. Seharusnya, Gaal mematuhi perintah dan peringatan yang diberikan oleh Ostra. Namun, Gaal tidak berada dalam kondisi yang harus memathui Ostra saat ini. Sebab ia berada dalam kondisi yang spesial saat ini. Ia pun berkata, “Kau memang pemegang kendali tertinggi sebagai pemimpin yang paling berkuasa. Tapi, hal itu berbeda di dalam labolatoriumku, Jenderal. Aku yang memegang kendali tertinggi di sini, karena itulah kau yang harus mematuhi perkataanku di dalam labolatorium.” Riolo yang mendengar hal itu pun bergumam, “Lihat, bukankah ia sangat menyebalkan.” “Benar, ia memang sangat menyebalkan, hingga aku berpikir untuk menghadiahkan sebuah pukulan untuknya,” ucap Ostra menyahut perkataan Riolo dengan kening mengernyit, tanda jika dirinya benar-benar merasa sangat kesal dengan tingkah Riolo.         **           Calvin memimpin kelompoknya untuk bergegas menuju area dinding yang dipenuhi oleh tanaman rambat. Calvin terlihat sangat berhati-hati saat memimpin anggota kelompoknya yang terlihat sudah sangat kelelahan. Perjalanan yang memang harusnya ditempuh sekitar satu minggu, pada akhirnya ia bisa ditempuh dalam waktu sekitar empat hari lamanya. Sebab Calvin memilih untuk memangkas waktu istirahat mereka dan terus melanjutkan perjalanan mereka. Calvin melakukan hal tersebut, karena harus menghindari kemungkinan mereka dikejar oleh gerombolan mhoyedt yang sebelumnya sudah mengejar mereka. Selain itu, ada kecemasan bagi Calvin. Hal itu tak lain adalah kondisi di mana dirinya terpisah dengan Clara dan Vina. Calvin benar-benar cemas karena terpisah dengan sang adik. Terlebih mereka menghilang tanpa jejak. Meskipun sangat ingin untuk mencari keberadaan keduanya, terutama keberadaan Clara, ia tidak bisa melakukan hal tersebut. Sebab kini Calvin memiliki tanggung jawab sebagai seorang pemimpin untuk memastikan bahwa anggota kelompok yang tersisa bisa sampai dengan aman ke tempat tujuan mereka. Calvin pun menyingkap tanaman rambat yang menghalangi pandangan di depannya, lalu terlihatlah pemandangan yang sangat menakjubkan. Sebab ada perkemahan yang dibuat mengisi lubang-lubang dinding tebing karang yang ada di hadapan mereka. Selain itu, para manusia yang tinggal di sana terlihat hidup lebih layak daripada Calvin dan kelompoknya selama ini. Seluruh anggota kelompok Calvin terlihat sangat lega hingga terduduk menangis karena merasa sangat bahagia dibuatnya. Sementara para manusia yang tinggal di tempat persembunyian tersebut segera menyambut mereka dengan hangat. Di antara mereka, ada dua orang pria yang mendekat pada Calvin dengan raut penuh kebahagiaan. Keduanya terlihat bahagia karena akhirnya kembali bertemu dengan Calvin setelah terpisah sekian lama. Dulu, mereka tinggal di daerah yang sama. Lalu merencanakan perjalanan dan merencanakan perjalanan menuju tempat pengungsian, hanya saja di tengah itu semua mereka harus terpisah. Sebab ada situasi tak terduga yang terjadi, membuat mereka harus menempuh jalan yang berbeda. Tentu saja sudah dipastikan bahwa Calvin menempuh jalan yang sangat tidak mudah. “Akhirnya, kita kembali bersama,” ucap Hial—salah satu pria yang menyambut kedatangannya Calvin—tersenyum lebar karena merasa sangat bahagia. Sementara pria yang satunya, bernama menyadari ada yang aneh di sana hingga bertanya, “Apa yang terjadi? Di mana Clara? Mengapa aku tidak melihatnya di antara rombonganmu?” Calvin awalnya berusaha untuk menahan diri, memastikan untuk tidak menangis apa pun yang terjadi. Namun, Calvin tidak bisa melawan ikatan antara saudara kembar. Pada akhirnya, ia pun tidak bisa menahan air mata yang menetes dan mengalir begitu saja membasahi pipinya. Tentu saja Zayn dan Hial yang sudah saling mengenal dalam waktu yang lama, mengenal betul sifat Calvin. Ia bukan orang yang lemah, yang bisa dengan mudah menunjukkan emosi yang membuatnya terlihat lemah seperti ini. Mereka pun yakin, jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Clara. Zayn pun tanpa sadar mencengkram bahu Calvin dengan sangat kuat dan bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa Clara tidak terlihat? Dia akan segera bergabung dengan kita, bukan?” Calvin tidak bisa mengendalikan dirinya dengan air matanya yang terus mengalir dengan deras. “Tolong, aku mohon tolong aku,” ucap Calvin terlihat sangat putus asa. Calvin merasa jika dirinya adalah seorang kakak yang tidak berguna. Ia tidak bisa melindungi adiknya dan bahkan kini tidak bisa menemukan cara untuk kembali bertemu dengan sang adik yang sudah terpisah dengannya. Rasanya kepercayaan diri Calvin yang selama ini berpikir jika dirinya bisa kembali bertemu dengan sang adik, dan melindunginya, seketika runtuh di waktu yang singkat. Hial yang menyadari hal itu pun menepuk punggung Calvin dan berkata, “Sekarang tenangkan dirimu terlebih dahulu. Duduklah dan minum untuk menenangkan diri. Setelah itu, barulah kita membicarakan hal ini lebih lanjut. Kami tidak akan bisa membantu jika kau tidak menjelaskan situasimu dengan jelas.” Lalu Zayn pun meminta yang lainnya untuk membantu kelompok Calvin untuk menemukan tempat untuk beristirahat. “Berikan mereka pakaian ganti, dan ruang untuk beristirahat. Lalu siapkan makanan dan minum untuk mereka. Aku yakin mereka semua merasa sangat lelah karena menempuh perjalanan panjang untuk berkumpul bersama kita,” ucap Zayn meminta bantuan anggota kelompoknya yang tentu saja segera mematuhinya dalam waktu sekejap. Zayn masih tinggal di sana lebih lama untuk memberikan pengarahan, dan merapikan tanaman rambat yang sebelumnya disingkap untuk memasuki tempat persembunyian mereka. Zayn harus memastikan jika tempat persembunyian mereka benar-benar terlindungi dan sulit untuk dideteksi. Baik oleh para mhonyedt maupun oleh para draconian yang semakin bersemangat untuk berburu demi sepenuhnya menguasai bumi. Sementara Calvin sendiri kini mengikuti Hial yang akan menunjukkan ruangan yang bisa ia gunakan untuk beristirahat. Selain itu, Hial juga menyiapkan pakaian ganti yang jauh lebih bersih daripada yang ia kenakan saat ini. Semuanya sangat tertatap rapi, Hial dan Zayn benar-benar menyediakan tempat yang layak untuk bersembunyi. Calvin merasa jika Clara pasti akan merasa sangat bahagia ketika bergabung di tempat ini. Sayangnya, Clara sekarang ini tidak ada di tempat ini. “Minumlah,” ucap Hial memberikan segelas air bersih pada Calvin. Tentu saja Calvin meminumnya dan merasakan jika air tersebut adalah air terbersih yang sudah lama tidak ia rasakan. Tanda jika mereka benar-benar sudah menjalani kehidupan yang sangat baik selama ini. Mereka bahkan bisa mendapatkan air sebersih ini. Tak lama, Zayn juga bergabung dengan mereka, hingga Calvin pun membuka pembicaraan dengan berkata, “Tolong bantu aku. Clara dan Vani terpisah dengan kelompok saat kami dalam perjalanan menuju tempat persembunyian kalian ini. Gerombolan mhonyedt menyerang kami, hingga konsentrasiku pecah dan tidak bisa melindungi Clara sepenuhnya. Aku benar-benar malu mengatakan hal ini. Aku memang ingin mencari keduanya, tetapi tanggung jawabku sebagai seorang pemimpin kelompok, memaksaku untuk tidak bertindak egois. Sekarang, aku tidak memiliki pilihan lain, selain meminta tolong kalian. Tolong bantu aku untuk mencari Clara dan Vani.” Tentu saja raut wajah Hial dan Zayn berubah menjadi sangat buruk karena apa yang dijelaskan oleh Calvin tersebut. Rasanya mereka juga merasa sangat jengkel, karena Calvin tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik sebagai seorang kakak. Namun, keduanya tidak bisa mengatakannya begitu saja, mengingat jika kondisi Calvin juga tidak memungkinkan untuk terus melindungi Clara sebab dirinya mengambil peran sebagai seorang pemimpin. Hial dan Zayn pun berpandangan dan mengangguk kompak. “Kami tidak mungkin menolak permintaanmu ini, Calvin. Tanpa diminta pun, kami pasti akan membantu mencarinya. Sekarang kau harus beristirahat dulu. Kau tidak mungkin bisa mencari Clara dengan kondisi yang sangat kacau seperti ini,” ucap Zayn. Hial mengangguk lalu berkata, “Jika sudah tenang, kau bisa pergi ke ruanganku untuk menunjukkan di area mana kalian terpisah dan detail bagaimana kalian terpisah.” Ini adalah cara yang terpikirkan oleh Hial untuk memprediksi di mana mereka bisa melakukan pencarian untuk kemungkinan terbesar menemukan Clara. Mereka juga harus memperhitungkan berapa lama mereka terpisah agar bisa merenancang strategi. “Meskipun sudah terpisah empat hari, aku yakin Clara dan Vani sama-sama bisa bertahan. Mereka pasti baik-baik saja,” ucap Hial menambahkan untuk membuat Calvin bersemangat. Zayn mengangguk. “Clara memang lemah dan memerlukan perlindungan kita. Tapi, Clara juga memiliki sisi kuat yang tidak pernah bisa kita duga. Aku yakin dengan bantuan Vani, Clara bisa bertahan menghadapi situasi sulit ini,” ucap Zayn. Calvin menatap kedua sahabatnya dengan penuh rasa syukur. Meskipun ia sudah memperkirakan jika Zayn dan Hial akan membantunya. Namun, tetap saja rasanya sangat bahagia mengetahui bahwa kedua sahabatnya tidak pernah berubah dari yang ia ingat sebelumnya. Calvin punu berkata, “Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakan jasa yang sudah kalian lakukan ini.” “Kau mengatakan omong kosong apa? Kita adalah sahabat, sudah sewajarnya kita melakukan hal sebanyak ini untukmu. Terlebih, kami juga menyayangi Clara seperti adik sendiri. Bagaimana mungkin kami tega membiarkan adik kami yang menggemaskan berada dalam kesulitan di luar sana seorang diri?” tanya Hial sembari tersenyum tipis. Terlihat dengan sangat jelas bahwa Hial memiliki kasih sayang yang luar biasa terhadap Clara. Sementara Zayn mengepalkan kedua tangannya. Seakan-akan tengah mengumpulkan tekadnya sendiri. “Dengan cara apa pun, aku akan menemukan Clara. Jadi, kau tidak perlu terlalu cemas. Mari kita cari keberadaan Clara, dan kembali berkumpul besama,” ucap Zayn membuat kedua sahabatnya mengangguk. Mereka sudah mengumpulkan tekad yang sama dan menyatukan pemikiran mereka. Mereka akan bekerja keras untuk menemukan Clara dan membawanya untuk segera berkumpul dengan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD