Sebuah Cip

3130 Words
Hari berganti, dan kini Clara sudah benar-benar bisa mengendalikan dirinya. Ia juga sudah selesai menjelaskan apa yang terjadi pada kakak dan kedua sahabatnya. Tentu saja reaksi yang ditunjukkan oleh ketiganya sama. Ketiganya sama-sama merasa sangat cemas dengan apa yang sudah Clara hadapi sebelumnya. Lalu Hial kembali melakukan pemeriksaan, takut-takut ada sesuatu yang sudah dilakukan oleh bangsa Draconian pada Clara. Jika benar, meraka harus melakukan sesuatu mengenai hal tersebut. Namun, untungnya Hial tidak menemukan apa pun yang aneh pada tubuh Clara. Semuanya aman, bahkan kondisi jantung Clara kini sudah semakin membaik. Clara menatap Calvin yang kini memasuki kamarnya dengan sebuah nampan. Clara bisa mencium aroma yang lembut dari sayuran rebus yang sepertinya akan menjadi sarapannya kali ini. Calvin pun duduk di hadapannya dan berkata, “Sekarang makanlah. Kau harus makan dengan banyak. Ingat, Hial juga mengatakan padamu untuk makan dan istirahat dengan cukup, agar kondisimu bisa segera membaik.” Clara yang mendengar hal itu pun mengangguk dan mulai memakan makanan yang sudah dibawakan oleh kakaknya tersebut. Makanan tersebut terasa sangat lezat bagi Clara, karena garam laut yang dibubuhkan di atasnya memberikan rasa asin yang terasa begitu gurih baginya. Rasa yang sudah lama tidak ia nikmati, dan membuat selera makannya bertambah. Rasanya ia makan lebih banyak daripada biasanya, hal itu membuat dirinya merasa perutnya hampir meledak karena lambungnya yang berkapasitas kecil kini dipaksa untuk terisi makanan lebih banyak daripada biasanya. Melihat Clara yang makan dengan sangat lahap, membuat Calvin menghela napas lega. “Pelan-pelan, Clara. Tidak akan ada yang mencuri makananmu,” ucap Calvin karena Clara makan terlalu cepat, dan hal itu membuat Calvin cemas bahwa adiknya itu akan tersedak nantinya. Clara pun menghentikan kegiatannya saat menyadari sang kakak tidak ikut makan dan malah hanya memperhatikannya. Ia pun teringat, jika biasanya sang kakak lebih memilih untuk memberikan jatah makanannya pada dirinya. Lalu Clara sadar jika dirinya hampir memakan sebagian besar makanan yang sudah dibawa oleh kakaknya ini. Jadi, ia pun bertanya untuk memastikan, “Oh iya, Kakak sudah makan?” Calvin yang mendengar hal itu pun tertawa. Dengan pipi yang penuh dan pertanyaannya yang manis, adiknya ini memang terlihat sangat menggemaskan. Sosok adik yang akan sangat mudah untuk dicintai oleh siapa pun. Rasanya, jika sudah waktunya Clara memiliki hubungan dengan seorang pria, dan ingin memulai kehidupan yang baru dengan pria itu, Calvin tidak akan pernah bisa merelakannya. Jika bisa, Calvin ingin selalu hidup bersama dengan adiknya dan melindunginya di berbagai kesempatan. Namun, Calvin sadar jika dirinya tidak bisa bertindak egois seperti itu. Calvin akan melepaskan Clara untuk hidup dengan pria yang ia cintai, jika itu memang hal yang diinginkan oleh adiknya ini. “Apakah sekarang kau baru ingat pada Kakak? Tenanglah, Kakak sudah makan. Ini adalah makanan yang harus kau habiskan, jadi jangan sisakan sedikit pun. Kau harus menghabiskannya agar segera sehat,” jawab Calvin sembari mengusap puncak kepala Clara dengan lembut. Ia terlihat benar-benar menyayangi adiknya itu. Tentu saja Clara menyadari betapa besarnya kasih sayang yang dimiliki oleh kakaknya ini. Dan karena itulah, Clara merasa sangat beruntung karena dirinya memiliki saudara kembar seperti Calvin. Ia bahkan berpikir, jika mereka mati dan suatu saat terlahir kembali menjadi saudara kembar, maka kali itu Clara akan meminta dirinya terlahir terlebih dahulu dan menjadi seorang kakak. Clara akan berperan menjadi seorang kakak dan menjaga Calvin dalam kehidupan itu. Clara akan melindungi dan menyayanginya, sebesar apa yang sudah Calvin lakukan padanya. Clara berharap bahwa Calvin bahagia. Hanya itu yang ia harapkan. “Aku sudah sehat, Kak. Aku bahkan bisa ikut dengan Kakak dan Kak Zayn untuk mencari keberadaan Kak Vani,” ucap Clara mulai kembali membujuk sang kakak agar dirinya bisa ikut dalam pencarian Vani. Namun, Calvin yang mendengarnya menggeleng dengan sangat tegas. Sama sekali tidak ingin Clara ikut dalam perjalanan yang mungkin akan sangat sulit dan melelahkan. Tentu saja situasi tersebut bisa berbahaya bagi Clara yang sebelumnya saja hampir kesulitan untuk melewati masa kritisnya. “Tidak, Clara. Kau akan tetap tinggal di sini. Hial juga akan tetap ada di tempat persembunyian kita, jadi kau tidak akan sepenuhnya sendirian atau takut karena tidak ada yang menjagamu. Kakak dan Zayn juga tidak akan pergi terlalu lama, karena itulah, tetap tinggal di sini. Tunggu Kakak dengan tenang dan istirahatlah agar tubuhnya benar-benar kembali seperti sedia kala,” ucap Calvin membuat Clara sama sekali tidak bisa menolak apa yang sudah dikatakan oleh kakaknya itu. “Baiklah, aku akan tinggal seperti yang Kakak inginkan,” ucap Clara lesu. Calvin pun mengecup kening Clara dengan lembut. “Tenang saja, Kakak akan berusaha untuk segera menemukannya, semuanya pasti akan berjalan dengan baik. Vani juga pasti bisa bertahan dan bisa berkumpul dengan kita lagi,” ucap Calvin membuat Clara mengangguk dan memeluk sang kakak dengan erat. Clara tahu, jika Vani adalah wanita yang sangat tangguh. Bahkan sebelumnya Clara selalu dilindungi oleh Vani, ia bahkan sampai mengorbankan diri untuk memastikan Clara melarikan diri dari jeratan bangsa Draconian yang mengerikan. Teringat dengan kejadian di mana dirinya melarikan diri, Clara sadar jika ada seseuatu yang belum ia jelaskan pada kakak dan kedua sahabatnya. “Kakak, aku ingat belum menceritakan sesuatu yang cukup penting,” ucap Clara. “Hal apa itu?” tanya Calvin meminta sang adik untuk mengatakannya lebih jauh daripada itu. Clara pun berkata, “Saat itu, aku dan Kak Vani akan melarikan diri dari pesawat apung yang dijadikan tempat penelitian, kami bertemu dengan seorang pria yang terlihat seperti manusia biasa. Sama seperti kita. Namun, dari perkataannya, ia adalah salah satu dari bangsa Draconian bahkan memiliki kedudukan tinggi sebagai seorang Mayor. Hanya saja, ia benar-benar berbeda dibandingkan bangsa Draconian yang kita ketahui. Ia terlihat seperti manusia, bahkan terlihat tampan dengan tubuh tingginya.” Mendengar apa yang dikatakan oleh Clara, Calvin pun menyentuh kening adiknya dan bertanya, “Apakah kau masih demam?” Clara mengerucutkan bibirnya dan bertanya balik, “Kakak tidak percaya padaku? Aku tidak mengatakan omong kosong. Kita benar-benar bertemu dengan bangsa draconian yang terlihat seperti manusia biasa. Ia tidak memiliki sisik atau berpenampilan mengerikan seperti bangsa draconian yang sebelumnya dibicarakan oleh banyak orang. Aku juga melihat langsung bagaimana perbandingan penampilan mereka, Kak.” Melihat jika adiknya tampak sangat bersungguh-sungguh, Calvin pun mengernyitkan keningnya. Clara tidak mungkin mengatakan kebohogongan mengenai hal itu demi bersenang-senang, karena jelas itu bukan hal yang patut untuk dijadikan lelucon. Namun, Calvin juga sulit untuk menerima hal tersebut. Mengingat dirinya sendiri sudah sering kali melihat betapa mengerikannya penampilan pada bangsa draconian yang mengerikan. Dengan tubuh tinggi besar dan sepenuhnya tertutup sisik hitam, dan terlihat seperti reptil kadal yang berjalan dengan kedua kaki mereka. Namun, jika benar apa yang dikatakan oleh Clara ini, jelas Hial dan Zayn juga harus mengetahuinya. Ini bukan hal yang baik. Jika bangsa draconian bisa meniru atau memiliki penampilan yang mirip dengan manusia, akan sangat mudah bagi mereka untuk memanfaatkan penampilan tersebut dan menyusup ke dalam kelompok mereka yang tengah bersembunyi dan berlindung dari perburuan mereka. Carl pun merasakan firasat buruk yang semakin menjadi-jadi. Seakan-akan tubuhnya tahu, jika akan ada hal mengerikan yang segera terjadi. “Baiklah, Kakak mengerti. Untuk sekarang, jangan ceritakan hal ini pada siapa pun, karena bisa saja hal ini malah membuat situasi menjadi kacau. Nanti, kita akan membicarakan hal ini pada Zayn dan Hial untuk memikirkan apa yang akan kita lakukan,” ucap Calvin meminta adiknya menyimpan hal ini dan tidak boleh ada orang lain yang mendengarnya. Karena jika sampai anggota yang lain tahu, mereka bisa saja mencurigai Calvin dan kelompoknya yang baru saja bergabung. Saling mencurigai seperti itu jelas bukan hal yang baik dalam situasi ini. Terlebih, kini Calvin tengah beada dalam kondisi terdesak, di mana dirinya membutuhkan tempat berlindung yang layak bagi adik dan kelompoknya. Jadi, Calvin benar-benar harus berhati-hati mengenai hal ini. Jangan sampai, ada masalah yang membuat dirinya dan sang adik kembali dalam situasi terdesak. “Baik, Kak. Aku akan lebih hati-hati,” ucap Clara tentu saja tidak ingin sampai membuat situasi menjadi kacau karena hal ini. Calvin menghadiahi sebuah kecupan pada kening Clara. Di saat keduanya masih berbincang, mereka pun mendengar sesuatu yang sangat ribut di luar sana. Karena itulah, Calvin pun beranjak untuk memeriksa apa yang terjadi. Clara juga ikut, karena ia tidak mau tinggal di sana sendirian. Untungnya, Calvin mengizinkannya, dan menggenggam tangan Clara dengan erat dan meminta adiknya itu berjalan dengan hati-hati. Lalu mereka pun melihat kerumunan di dekat area masuk tempat persembunyian tersebut. Melihat hal itu, Clara pun bertanya, “Sepertinya Kak Zayn baru kembali dengan kelompoknya, Kak. Tapi, apa yang ia bawa hingga membuat semua orang mengerumuninya?” “Entahlah. Mari pergi lebih dekat, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi,” jawab Calvin lalu menuntun Clara untuk melangkah lebih jauh. Clara sendiri terlihat sangat lega karena akhirnya dirinya bisa melangkah ke luar dari ruangannya. Tak lama, Clara dan Calvin pun tiba di dekat kerumunan, dan mereka pun melihat sesuatu yang sangat mengejutkan. “Kak Vani?” tanya Clara terlihat sangat terkejut sekaligus sangat bahagia saat melihat Vani yang memang dipapah oleh Zayn untuk berdiri. Wajah Vani terlihat sangat pucat, dan bibirnya terlihat pecah-pecah. Seakan-akan dirinya memang sudah lama tidak minum dan makan. Lalu kaki Vani juga pincang karena luka yang terdapat pada lututnya. Terlihat jika Vani tidak terlihat fokus, dan perlu waktu untuk mengumpulkan fokus dan kesadarannya. Jelas saja, kondisi Vani itu terlihat sangat memprihatinkan. Clara tidak bisa menahan kesedihannya saat melihat kondisi Vani yang terlihat sangat berbeda daripada biasa. Vani yang melihat Clara terlihat menatapnya untuk beberapa detik sebelum tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangannya sembari berkata, “Clara.” Clara pun segera menubruk dan memeluk Vani dengan erat. Keduanya terlihat menangis dengan penuh rasa syukur, karena akhirnya mereka kembali dipertemukan. Terutama Clara yang bersyukur karena Vani yang sebelumnya tertinggal selama melarikan diri dari cengkraman bangsa Draconian, kini sudah kembali bertemu dengannya dan bahkan tengah memeluknya dengan erat seperti ini. “Syukurlah, Kakak. Akhirnya Kakak kembali dengan selamat,” ucap Clara dengan penuh rasa syukur. Vani yang mendengar hal itu pun balas berkata, “Aku juga bersyukur, ternyata kau benar-benar bisa bergabung dengan kelompok dengan keadaan yang selamat.”         **         “Karena Kakak, aku bisa tiba di dekat area persembunyian besar. Aku terus mengingat arahan Kakak untuk terus menuju ke arah yang matahari terbenam,” ucap Clara terlihat sangat bahagia dan memeluk Vani yang kini berbaring di ranjang yang sama dengannya. Kini kondisi Vani juga sudah terlihat baik-baik saja. Ia sudah berganti pakaian, dan sudah makan makanan yang jauh lebih layak dan kini beristirahat di ranjang yang sama dengan Clara. Tentu saja, sebelumnya Vani harus diperiksa terlebih dahulu kondisinya oleh Hial, dan untungnya Vani tidak memiliki luka yang parah. Hanya luka pada lututnya yang ia dapatkan ketika dirinya melarikan diri dari bangsa Draconian yang sebelumnya mengurung dan sepertinya akan menjadikannya sebagai penelitian. Untungnya, Vani juga bisa ikut melarikan diri tak lama setelah Clara berhasil melarikan diri. “Itu bukan apa-apa. Aku sangat bersyukur, karena kau bisa sampai di tempat yang aman tanpa terluka parah. Bagiku, hal itu yang paling penting. Aku bahkan tidak berharap akan selamat ketika diriku berhasil melarikan diri tetapi pada akhirnya terserang dehidrasi. Aku berpikir, bahwa aku akan mati sebelum aku ditemukan oleh kelompok yang dipimpin oleh Zayn yang tengah mencari sumber makanan,” ucap Vani terlihat sangat bersyukur karena ternyata ia juga bisa selamat. Benar, sebelumnya Vani memang ditemukan oleh Zayn yang tengah memimpin kelompok kecil untuk mengumpulkan makanan mereka. Di saat itu, Zayn menemukan Vani dalam kondisi yang memprihatikan. Ia hampir menjadi mangsa para mhonyedt karena luka yang ada pada lututnya mengundang para mhonyedt yang kelaparan. Para mhonyedt yang liar tentu saja tidak pandang bulu mengenai apa yang akan mereka makan. Untungnya, Zayn datang tepat waktu dan menyelamatkan Vani dan membawanya kembali ke tempat persembunyian. Lalu kini, Vani pun sudah diobati dan bisa beristirahat di atas ranjang yang sangat nyaman bagi mereka. “Aku tau, jika ingatan di mana kita ditangkap dan dikurung oleh draconian yang kejam itu adalah ingatan yang sangat mengerikan dan tidak bisa kita lupakan dengan mudah. Tapi, aku harap, Kakak melakukan apa yang aku lakukan. Mari lupakan hal itu secara perlahan, agar kita bisa melanjutkan kehidupan kita dengan baik,” ucap Clara meminta Vani untuk mencoba melupakan ingatan mengerikan itu dan melanjutkan kehidupan bersamanya. Vani yang mendengar hal itu pun menunjukkan ekspresi tersentuh. “Terima kasih atas penghiburanmu ini, Clara. Kau benar-benar menggemaskan,” ucap Vani lalu mengusap puncak kepala Clara. Clara yang awalnya tersenyum terlihat agak menyurutkan senyumannya dan berkata, “Lalu aku akan meminta maaf pada Kakak. Maaf karena selama ini aku terus merepotkan Kakak. Jika saja Kakak tidak mengorbankan diri agar aku bisa melarikan diri terlebih dahulu, Kakak pasti tidak perlu menghabiskan waktu lebih lama di tempat yang mengerikan itu.” Vani pun menggeleng saat mendengar perkataan Clara yang penuh dengan penyesalan tersebut. Ia pun berkata, “Kau tidak perlu meminta maaf mengenai hal itu, Clara. Sebab aku benar-benar akan merasa menyesal jika tidak melakukan hal itu. Jika situasi itu kembali terjadi, maka aku akan melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya, Clara. Aku akan mengorbankan diriku agar kau bisa melarikan diri dan mencapai tempat yang aman lebih dahulu daripada aku.” Clara pun menangis. Ia jelas merasakan bahwa Vani sangat menyayanginya. Vani bahkan lebih mementingkan dirinya. Itu membuat Clara tersentuh. Clara pun memeluk Vani dengan erat dan menggumamkan terima kasih berulang kali, dan berkata bahwa ia akan membalas kebaikan Vani. Tentu saja Vani yang mendengar hal itu pun tersenyum. Lalu ia berkata, “Iya, aku mengerti. Sekarang lebih baik kau tidur. Menurut Hial, kita sama-sama harus beristirahat untuk mengembalikan kondisi tubuh kita.” Clara mengangguk. Lalu dirinya pun memejamkan matanya dan tak membutuhkan waktu lama untuk terlelap dengan nyenyak. Vani sendiri terlihat memejamkan matanya, dan ikut terlelah dengan nyenyak bersama dengan Clara. Situasi juga terdengar begitu hening, sebab malam sudah menjelang dan orang-orang juga beristirahat dengan sangat nyaman. Hanya tersisa beberapa orang yang bertugas untuk berjaga, dan nanti akan berganti tugas dengan kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Meskipun ini adalah tempat yang aman, tetapi tidak ada salahnya bagi mereka untuk tetap berjaga-jaga untuk kemungkinan terburuk apa pun. Lalu secara tiba-tiba, sekitar satu jam kemudian Vani kembali membuka matanya dan melihat Clara yang terlelap di sampingnya. Ia pun turun dari ranjang tersebut dengan penuh kehati-hatian dan meraih tangan Clara dengan perlahan dan memeriksa detak nadi Clara, lalu bergumam, “Terdeteksi detak jantung lemah.” Sorot mata Vani juga terlihat kosong, tetapi ia bergerak dengan sangat teratur ketika dirinya melepaskan tangan Clara dan melangkah menuju pintu masuk ruangan. Kembali dengan hati-hati ia membuka pintu tersebut dan melangkah ke luar dari sana. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling area persembunyian yang cukup luas tersebut. Terlihat sangat kosong, karena para manusia yang bersembunyi di sana sudah beristirahat dan tidur di ruangan mereka masing-masing. Salah satu orang yang bertugas untuk berjaga menyadari jika Vani ke luar dan berdiri seperti orang bingung di hadapan pintu ruangannya. Ia pun mendekat dengan kening mengernyit dan bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa kau ke luar dari ruanganmu? Bukankah Tuan Hial memintamu untuk beristirahat?” Vani tidak segera merespons dan tatapannya masih terlihat begitu kosong. Hingga, Vani pun kembali terlihat biasa saja dan menjawab, “Ah, Clara kehausan. Aku ingin membawakan air untuknya. Tapi, aku baru ingat bahwa aku tidak tahu tempat penyimpanan air dan makanan.” Mendengar perkataan Vani tersebut, orang itu pun menghela napas dan berkata, “Kalau begitu, ikuti aku. Aku akan menunjukkan tempatnya, dan kuharap kau mengingatnya agar tidak melakukan hal seperti tadi lagi. Karena bisa-bisa orang lain menganggap gerak-gerikmu itu sangat mencurigakan.” Setelah mengatakan hal tersebut, orang itu pun pergi melangkah menuju area yang digunakan untuk menyimpan air minum dan sejenisnya. Tentu saja Vani mengikutinya dengan pandangan yang kembali terlihat sangat kosong. Seolah-olah bukan dirinya yang mengendalikan tubuhnya, melainkan ada orang lain yang mengendalikan tubuhnya tersebut. Ternyata, Gaal yang berada jauh di tempat lain, kini tengah menggunakan alat VR yang sangat canggih dan ternyata bisa melihat sesuatu yang juga dilihat oleh Vani. Gaal pun tersenyum karena merasa sangat terhibur dengan apa yang terjadi. Tak lama, Gaal melepaskan alat VR yang ia kenakan dan terkejut bukan main, sat bertatap muka langsung dengan Riolo yang menatapnya dengan pandangan penuh selidik. “Kau mengagetkanku, Riolo!” seru Gaal lalu pergi untuk menyimpan alat VR-nya. Riolo yang melihat hal itu pun bertanya, “Apa yang sudah kau lakukan? Sepertinya menarik. Apa aku boleh mencobanya?” Gaal pun menggeleng dengan tegas. “Alat ini masih dalam masa percobaan. Jadi, aku tidak ingin orang lain mencobanya terlebih dahulu, sebelum aku benar-benar memastikan semuanya sesuai dengan standar dan harapanku,” ucap Gaal lalu mengambil kertas laporan penelitiannya dan terlihat mencatat sesuatu di sana. Riolo pun menghela napas dan memilih untuk bermain di ruangan labolatorium Gaal. Ia terlihat sangat bosan dan melakukan hal-hal yang jelas membuat Gaal merasa sangat terganggu. Pada akhirnya, Gaal pun menghela napas panjang dan bertanya, “Kenapa kau terlihat bosan seperti itu? Bukankah kau baru saja pulang dari perburuan bersama dengan Ostra?” Riolo pun menatap Gaal yang masih berkonsentrasi dengan laporan penelitiannya dan menjawab, “Tidak ada yang menarik di sana. Aku tidak menemukan manusia, dan hanya menemukan para mhonyedt. Jadi, judul kegiatan hari ini adalah pembersihan, bukan perburuan.” Mendengar jawaban tersebut, Gaal pun tersenyum tipis. Lalu dirinya pun meletakkan laporannya dan berbalik untuk menghadap Riolo yang juga tengah bermain dengan kursi yang bisa ia putar ke sana ke mari. Jika di situasi normal, Gaal pasti akan merasa sangat jengkel dengan tingkah Riolo ini. Sebab bisa saja Riolo mengacaukan isi lab dan merusak sesuatu, yang jelas adalah barang-barang yang sangat berharga bagi Gaal. Namun, kali ini berbeda. Gaal tengah berada dalam suasana hati yang sangat baik, hingga ia akan mengabaikan tingkah Riolo tersebut dan berkata, “Kalau begitu, mau kuberitahu sesuatu yang menarik?” Hal itu menarik perhatian Riolo yang segera balik bertanya, “Apa itu?” Gaal pun bermain tarik ulur dengan berkata, “Sepertinya aku tidak akan menjelaskan dengan detail apa yang akan terjadi. Tapi, aku akan memberikan sedikit bocoran, bagaimana jika sekarang kau mulai mempersiapkan senjata-senjata kesayanganmu dan mempersiapkan diri untuk melakukan perburuan besar.” Tentu saja apa yang dikatakan oleh Gaal itu terdengar sangat menarik bagi Riolo. Kekacauan besar dan memburu adalah hal yang sangat menyenangkan bagi Gaal. Namun, di sisi lain Gaal merasa agak curiga dengan apa yang tengah dilakukan oleh Gaal. “Mengapa kau terlihat sangat percaya diri seperti ini? Ayo, katakan apa yang sebenarnya tengah kau lakukan,” ucap Riolo mendesak Gaal. Gaal terlihat menghela napas, tetapi ada sorot kebahagiaan pada matanya saat dirinya berkata, “Ah, sebenarnya aku tidak ingin menceritakannya terlalu awal, tapi sepertinya kau terlalu penasaran. Jadi, aku akan menceritakan sedikit. Aku membiat sebuah cip, dan itu adalah cip yang sangat luar biasa. Aku yakin, jika kita memanfaatkan cip itu, kita bisa menguasai bumi ini dalam waktu yang lebih singkat.” Gaal terkekeh pelan, dan seketika membuat Riolo yang mendengar kekehan itu merinding. “Wah, kau terlihat mengerikan jika terlihat terlalu senang seperti ini,” ucap Riolo begidik ngeri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD