"Apa yang terjadi? Bisakah kita bicarakan baik-baik?"
Tak butuh waktu lama bagi Kevano meninggalkan kesibukannya dan langsung menuju ke rumah Grazilda. Apa yang wanita itu sampaikan melalui ponsel berhasil mengguncang emosi Kevano dalam hitungan detik. Dengan intuisinya yang tajam, Kevano tahu ada hal besar yang telah terjadi pada Grazilda. Hal besar yang menciptakan riak baru dalam hubungan mereka.
Grazilda tersenyum lemah. Dengan karakter Kevano, dia sudah menebak lelaki itu pasti akan segera datang kepadanya dan mencari tahu keseluruhan cerita.
Tidak ada rahasia yang abadi. Tidak ada kebohongan yang bertahan selamanya. Di sinilah Grazilda mengambil keputusan besar untuk hidupnya sendiri.
"Sejauh mana kamu mengenalku, Kev?" tanya Grazilda, menginginkan kejujuran.
Hujan cukup deras siang ini. Langit berwarna kelabu dan beberapa kali petir menyambar. Grazilda sengaja membiarkan jendela ruang tengah terbuka sedikit, membiarkan rintik-rintik air hujan masuk sebagian ke dalam ruangan.
Kevano menatap wanita dengan temperamen tenang, tetapi matanya menunjukkan tekad kuat yang sulit diabaikan. Salah satu kekuatan Grazilda adalah tekad dan harga diri. Dia jenis wanita yang masih sanggup mengangkat dagu bahkan saat harus menerima kekalahan.
"Aku sudah mengatakan sebelumnya kita menjalin hubungan selama tiga tahun. Sebelum itu, kita pernah saling mengenal saat masih remaja. Di SMP, tepatnya. Perlukah kita mengulik masa lalu lagi, Sayang?" tanya Kevano, nadanya sangat sabar. Kedua mata Kevano penuh kehangatan. Ada cinta dan kasih sayang yang jelas darinya yang tak mungkin dipalsukan.
Sekarang masalahnya semakin rumit. Grazilda tak yakin dirinya cukup baik bagi Kevano, setidaknta setelah ia mengetahui beberapa fakta ambigu masa lalunya terkait karakternya sendiri terhadap putra kecilnya.
"Apakah kamu sudah menceritakan semua kisah masa laluku padaku, Kev?"
"Aku sudah menceritakan semua yang aku ketahui tentang kamu. Sayang, apakah ada masalah? Apakah ada hal-hal yang membuat kamu ragu sama aku?" Kevano mencoba meraih lengan Grazilda, tetapi segera ditolak dengan cepat. Ada rasa perih di hatinya. Terutama saat ia teringat kalimat terakhir yang Grazilda sampaikan padanya melalui ponsel beberapa saat lalu.
Grazilda sudah menebak jawaban ini. Seharusnya ia tak perlu menanyakan lagi pertanyaan serupa. Hanya saja, ada monster dalam hatinya yang butuh diyakinkan lagi tentang semua ini.
"Aku menemukan sesuatu! Sebuah fakta yang baru saja kusadari ada!"
Selembar salinan kartu keluarga lama milik Grazilda disodorkan persis di hadapan Kevano. Di sana tertera nama Jefri dan Felix. Kevano adalah orang yang cerdas. Tidak butuh banyak kata-kata untuk menjelaskan semua ini. Bukti-bukti ini hanya mengarah pada satu hal.
"Kamu pernah menikah dan memiliki anak di masa lalu!"
Getir.
Ada rasa asam yang kuat dari respon Kevano pada kenyataan baru ini. Ekspresi Kevano masih terkendali, tapi dari pancaran matanya Grazilda tahu amarah Kevano telah dipancing ke titik tertinggi.
Tak ada seorang pun lelaki yang suka dibohongi jika kelasih yang seharusnya menjadi calon istrinya, ternyata memiliki masa lalu dengan orang lain hingga menghadirkan seorang putra.
Secara teknis, tak ada yang salah dengan fakta ini. Masa lalu adalah bagian dari seseorang. Tidak ada yang melarang seorang janda menjalin kisah romansa lagi. Memiliki putra pun juga bukan suatu kriminalitas.
Yang menjadi masalah adalah fakta ini disembunyikan. Sengaja tak diungkap sebelumnya oleh Grazilda. Sesuatu yang disembunyikan tak ubahnya sebagai kebohongan. Keduanya tak berbeda jauh.
"Aku belum pernah menyebutkan semua ini, 'kan?" Grazilda bertanya lemah.
Kevano linglung untuk sejenak. Dia menatap salinan kartu keluarga cukup lama, kemudian menatap Grazilda dengan hati-hati. Seolah-olah mata tajamnya sengaja menilai kembali sosok wanita di hadapannya.
"Tidak. Kamu tidak menyebutkan semua ini padaku sebelumnya!"
"Jadi, sepanjang tiga tahun kita menjalin hubungan, fakta ini tak pernah diangkat, 'kan?"
Tidak ada jawaban dari Kevano, tetapi itu justru menguatkan opini Grazilda sebelumnya. Dia, entah bagaimana, tidak pernah jujur pada Kevano sebagaimana mestinya. Bahkan hingga hubungan mereka hampir tiba pada perkawinan, fakta ini sengaja tak diangkat.
Wanita seperti apa yang bahkan dengan sengaja menyimpan kisah masa lalu dan riwayat putranya sendiri sedemikian rupa?
"Kupikir, kamu mengenalku dengan baik. Aku bergantung dengan setiap ceritamu untuk mengenal kembali diriku. Tapi saat ini, aku tahu baik aku atau kamu tak ada yang cukup mengenal sosokku sesungguhnnya. Wanita macam apa yang meninggalkan putranya sendiri jauh di belakang, mengubur kisah masa lalu, dan menyembunyikan fakta dari calon suaminya sendiri!"
"Sayang, mari kita bicarakan pelan-pelan."
"Ada bagian dari diriku yang bahkan kamu tidak mengetahuinya. Ada karakter buruk yang kusembunyikan dengan baik. Aku tidak pernah merasa semunafik ini dalam hidup, Kev! Seolah-olah aku bangun dari tidur, dan melihat aku bukan wanita yang kukenal!"
Tidak adil memaksakan semua situasi pada Kevano. Lelaki ini lugas dan apa adanya. Jika Grazilda terus mempertahankan hubungan ini, rasanya sangat tidak baik bagi Kevano. Karena di titik ini, ia mulai meragukan dirinya sendiri.
Kevano mampu menangkap keseluruhan situasi dengan baik. Dia meremas salinan kartu keluarga di tangannya, kemudian melemparkannya di sudut ruangan paling jauh.
"Untuk mengenal seseorang, tidak butuh banyak penjelasan eksplisit. Aku mengenalmu selama tiga tahun dan aku paham karaktermu. Sayang, kamu bukan wanita dangkal dan licik. Kamu bukan produk murah seperti itu. Jadi, jika memang kamu memiliki masa lalu dan memilih menyembunyikannya, itu pasti memiliki alasan yang cukup kuat. Kamu memiliki rahasiamu sendiri yang berhak kamu jaga bahkan hingga akhir usia!" Kevano tak terlalu mengindahkan penjelasan Grazilda yang penuh sarkasme.
Sebagai lelaki, Kevano percaya pada intuisinya sendiri. Dia bukan lelaki bodoh dan dia cukup peka menanggapi banyak hal. Dia yakin Grazilda masih menjadi Grazilda-nya. Grazilda yang ia kenal dan ia limpahi dengan kasih sayang.
"Jangan letakkan keyakinanmu pada orang yang salah, Kev!" Grazilda berkata miris setelah mendengar respon Kevano yang masih mencoba mencarikan alasan untuknya. Alasan yang Grazilda sendiri tak yakin ada.
"Aku tidak pernah salah menilai seseorang, Sayang! Dan kamu adalah wanita yang terbaik untukku. Satu-satunya wanita yang aku inginkan!"
"Kev!"
"Memang kenapa jika kamu memiliki masa lalu? Mantan suami? Putra? Memang kenapa jika kamu pernah melakukan dosa di masa lalu? Memang kenapa jika kamu pernah bersikap kejam dam berdarah? Selama itu kamu … itu sudah cukup melengkapi hidupku! Selama itu kamu, aku tak memiliki keluhan lain. Selama itu kamu, akan selalu ada seribu pintu menyambutmu kembali setiap salah yang kamu perbuat!"
Keduanya kemudian terdiam lama dalam hening. Hanya ada suara hujan yang semakin deras di luar. Menampar-nampar kaca jendela besar dari balik ruangan.
"Apa mungkin kamu bodoh, Kev? Aku mungkin bukan wanita yang ada dalam imajinasimu sebelumnya!" Grazilda menutup wajahnya dengan tangan, kemudian menarik napas panjang hampir menyerah sepenuhnya.
Baik Kevano dan Grazilda mungkin sebelumnya ada dalam ilusi kosong. Menganggap seolah-olah Grazilda sosok wanita seperti dewi dengan kepribadian lembut penuh kasih. Pada kenyataannya, Grazilda sendiri tak yakin dirinya siapa dan karakternya bagaimana.
Ibarat sebuah bunga, kini ia gugur dan menjatuhkan kelopaknya satu demi satu. Hanya menunggu waktu sebelum semuanya menghilang dan pudar dari dunia.
"Persetàn dengan semuanya, Graz! Aku menyayangimu, mencintaimu, dan memujamu! Tak peduli bagaimana karaktermu di masa lalu, tak peduli dosa yang pernah kamu ukir di waktu-waktu sebelumnya. Bahkan sekali pun kamu memiliki seribu satu kesalahan, itu tak memudarkan keinginanku untuk bersama. Cintaku tanpa syarat, Graz! Cintaku tidak sedangkal kapas yang bisa berubah arah hanya karena tiupan angin."
"Kev!"
"Jangan pernah menyederhanakan perasaanku! Jangan pernah! Perasaan ini ada dan tetap ada selama itu kamu. Sepanjang keberadaanmu masih ada, eksistensimu tersisa, di situlah perasaanku akan tetap ada dan mustahil digeser! Jadi ayo! Keluarkan semua sisi burukmu. Katakan hal-hal rendah tentangmu. Semuanya, keluarkan! Akan kita lihat sejauh mana hatiku bertahan. Pada akhirnya, aku tetap akan berdiri di sini, Graz! Di sisimu! Menjadi bayanganmu sendiri! Kamu salah jika kamu pikir aku akan peegi hanya karena masa lalumu! Hanya karena keraguanmu pada diri sendiri!"
Sekuat inilah cinta Kevano. Sebuah cinta yang melepaskan diri dari sebab akibat.
…