Ryan Eka Pratama

1059 Words
Kana kesal bukan main. Wajahnya masam mengingat kata-kata Abi yang menghinanya. Benar kata Fina, Abi hanya memanfaatkan uangnya saja. Anehnya, bagaimana Abi tahu bahwa dia memiliki emas dan tabungan? Kana tidak pernah menceritakannya. Kana raih lagi ponselnya dan dengan cepat menukar seluruh PIN yang mengakses aset-asetnya. Meskipun tidak mungkin Abi mengetahui lewat ponsel, Kana hanya khawatir saja. Kana memang pernah membiarkan Abi memainkan ponselnya. Ini adalah pelajaran berharga buat Kana. Dia bertekad untuk tidak gegabah lagi. Kana tidak mau menyia-nyiakan perjuangannya. Kana menarik napas dalam-dalam dan menghempasnya perlahan. "Hehe. Cantik. Ikut abang yuk." Kana terkesiap. Dia melihat seorang gadis cantik tengah digoda abang-abang yang duduk di sampingnya di dalam angkot. Laki-laki yang duduk di depan gadis itu ikut-ikutan pula menggoda gadis cantik itu. Gadis cantik itu gelisah dan tidak tahu harus bagaimana. Dia pegang tasnya erat-erat. Kampus sudah semakin dekat. Gadis itu hendak turun, tapi dihalang-halangi dua lelaki itu. Kana yang masih tersulut emosi, dengan cepat menarik tangan gadis itu dan menyuruhnya turun dari angkot secepat mungkin. "Apa-apaan lu, Nyet!" salah satunya membentak Kana. Dia hampir mendorong tubuh Kana, tapi Kana dengan sigap menendang selangkangannya. Laki-laki itu mengaduh kesakitan, karena tendangan Kana sangat kuat. Apalagi tubuh Kana sangat besar lagi tambun. Yang satunya lagi tampak ketakutan. Kana turun dari angkot dengan sikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sumpah serapah dari dua laki-laki itu tidak dia hiraukan. Sang sopir jadi ketakutan dan tidak mau menarik ongkos Kana dan gadis cantik tadi, karena aksi Kana yang mengerikan barusan. Padahal Kana sudah bersiap mengeruk isi tasnya. "Makasih, Mbak," ucap gadis cantik tadi setelah angkot menjauh. Kana mengangguk kecil. Dia berlalu cepat dari gadis itu menuju ke dalam kampus. Namun tiba-tiba ada yang memanggilnya dengan sebutan Mbak berkali-kali. Kana menoleh ke belakang, ternyata gadis itu yang mengejarnya, dengan seorang laki-laki. "Ryan?" Dahi laki-laki itu mengernyit saat Kana melihatnya dengan ekspresi kaget. Namun dua detik kemudian matanya membulat besar saat menyadari perempuan bertubuh besar yang mengenalnya. "Eh. Kana? Kamu?" decaknya tak percaya. Laki-laki bernama Ryan mendadak sumringah saat mengamati Kana. "Kamu ... kuliah di sini?" tanya Ryan dengan mata berkilat-kilat. Kana sambut tangan Ryan yang langsung menyalaminya. Kana tersenyum sangat lebar. Ryan semakin tampan dan gagah. Yang membuatnya terkagum-kagum, Ryan berubah sangat sopan. Tidak gue lo lagi yang terdengar dari mulutnya, tapi aku kamu. Kana mendadak bahagia bertemu teman satu SMP yang dulu kerap mengganggunya dan memakinya dengan kata-kata kasar. "Gileee. Cantik kamu, Kana," puji Ryan tak percaya. Gadis yang berdiri di sampingnya ikutan heran dengan sikap Ryan. Wajah Kana bersemu merah karena Ryan memujinya. "Sori. Dulu kan kamu buluk," decak Ryan disertai kekehan. Kana tertawa lepas. Ternyata Ryan tidak berubah, tetap saja menyinggung fisiknya, tapi kali ini ucapannya terkesan candaan. "Yang. Kenalin. Ini Kana, teman SMP aku dari Serang," ucap Ryan yang matanya tak lepas dari wajah Kana. Dia masih tidak percaya dengan penampakan Kana. Gadis yang diselamatkan Kana dari tangan-tangan usil di dalam angkot tadi menjabat tangan Kana erat-erat. Wajahnya dipenuhi ekspresi terima kasih yang sangat mendalam. "Makasih banget tadi," ucapnya hampir menangis. Kana usap-usap bahunya. Ryan masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kana, teman lama SMPnya. "Wow. Jadi kamu yang bantuin dia tadi?" tanya Ryan. "Masih aja nanya!" gadis itu memukul bahu Ryan sebal. "Ini, Mbak Kana. Dia nih ... masa nyuruh aku naik angkot. Bukannya jemput tadi pake mobil," sungut gadis cantik itu. Dia pukul lagi bahu Ryan lebih kuat. Ryan rangkul gadis itu dan mengusap-usap kepalanya. Kana baru memahami sekarang bahwa gadis cantik yang dia tolong barusan adalah kekasih Ryan. "Aku Celine...." Gadis itu memperkenalkan dirinya. "Panggil Kana aja. Nggak usah pake Mbak," ujar Kana. Sebelumnya dia dipanggil Mbak oleh Celine. "Iya. Panggil Kana aja, Yang. Badannya emang bongsor kayak emak-emak. Seharusnya tadi kamu panggil dia Mami atau Emak." Kana tertawa dengan celoteh Ryan. Ryan masih terpana melihat Kana sekarang yang sungguh berbeda. Ryan tiba-tiba meraih ponselnya. "Iya, Om. Baik, Om." Ryan lalu beralih mengamati Kana dan Celine bergantian. Dia menghela lega setelahnya. "Makasih, Kana. Kamu bantu pacar aku," ujar Ryan malu-malu. Kana tersenyum senang dengan Ryan yang sangat berubah daripada sebelumnya. Ryan dan kekasihnya mengajak Kana menuju kantin di dalam kampus. Mereka bertiga memiliki jadwal kuliah di siang hari. Perasaan Kana berubah menjadi sangat bahagia hari itu. Dia benar-benar lupa bahwa dia baru saja mengalami putus cinta. Bertemu kembali teman semasa SMP, merubah suasana hati Kana secara drastis menjadi lebih gembira. Ada banyak yang mereka ceritakan saat makan-makan di kantin, tentang sekolah dan teman-teman mereka. Ryan dengan semangat berkisah tentang dirinya yang memang berubah sejak tinggal di rumah pamannya yang merupakan pejabat tinggi di Kejaksaan Agung. Pamannya menerapkan disiplin yang sangat tinggi terhadap Ryan sehingga dia bisa menyelesaikan sekolah dengan nilai yang baik serta bersikap sopan. "Jadi nggak ada gue lo, bisa marah besar Om ku. Dia nggak suka kita di rumah ngomong begitu," terang Ryan saat menjelaskan kenapa cara bicaranya bisa berubah. "Trus ... harus bersikap baik dan nggak boleh menghina." Kana tersenyum hangat. Senang sekali dengan perubahan sikap Ryan. Baginya Ryan sangat gagah dan tampan dikarenakan sikap baiknya. Ah, sekejap dia membandingkan dengan mantan pacarnya yang baru saja dia putuskan. Jauh sekali dibandingkan dengan Ryan. Abi bukan dari kalangan berada, sikapnya licik, dan tidak setampan Ryan. Dasar tidak tahu diuntung, gumam Kana sebal. Kana seolah tersadar dari cinta butanya. "Aku sangat menyesal dengan sikap Mama kamu, Kana," ucap Ryan setelah menyelesaikan kisah tentang dirinya usai tamat dari SMP. Sebelumnya Ryan menceritakan tentang keadaan Mama Kana sejak Kana meninggalkan rumah menuju Jakarta. Mama Kana mengaku Kana tidak pernah kembali ke kampung halaman karena Kana sudah memiliki pacar dan menikah diam-diam di Jakarta. Kini Mama Kana masih bekerja sebagai buruh cuci keliling di kampung di rumah-rumah orang berada, termasuk rumah keluarga Ryan sendiri. Kak Yuna dan suaminya masih tinggal satu rumah dengan Mama Kana dan sekarang memiliki warung makan di daerah pasar. Kak Yuna yang menjaga warung makan tersebut bersama suaminya. Mereka belum dikaruniai anak. Kana menghela napas kecewa, sedih akan perlakuan mamanya yang tidak ada habis-habisnya menghinanya, dan kini memfitnahnya. Lebih sedih lagi saat mendengar kabar Uwak Ita yang malah pindah dari rumah setahun setelah kepergiannya dari rumah. Uwak Ita pindah ke Pandeglang dan tinggal bersama adiknya di sana, menjaga sang adik yang sakit-sakitan setelah melahirkan anak terakhirnya. Wajar Ryan tahu sedikit tentang keluarga Kana, karena Mama Kana bekerja dua kali seminggu di rumah keluarganya dan tentu sedikit banyak bercerita tentang keadaan keluarganya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD