Bab 6. Konsultasi Pada Kekasih Dan Sahabat

1067 Words
"Ini keinginan Ibumu, Nick." "Tidak, aku tidak ingin menikahi wanita gila itu, Ayah! Jika aku melakukannya, lalu bagaimana dengan kekasihku?" "Model itu? Ibumu tidak menyukainya. Wanita itu angkuh, genit, manipulatif, dan tidak pantas untukmu!" Nick menenggak habis satu gelas whisky yang berada di dalam genggaman tangannya, lalu meletakkan gelasnya ke atas meja dengan gerakan kasar hingga mengejutkan kekasihnya yang saat ini sedang duduk di sampingnya. Wanita itu, Olivia Arden, kekasih Nick, menatap Nick dengan wajah bingung. "Ada apa, Sayang? Mengapa malam ini kau terlihat sangat kesal? Dan ... mengapa tiba-tiba kau memanggil kami semua ke sini?" tanyanya sambil melemparkan pandangannya ke arah ketiga sahabat Nick yang kini juga ikut menatap heran pada Nick. Nick menyugar rambut hitamnya yang tebal dengan gusar, setelahnya ia pun memalingkan wajahnya pada Olivia. "Aku ingin meminta pendapat darimu, dan ...." Nick kemudian mengalihkan pandangannya pada ketiga sahabat baiknya yang sengaja ia panggil ke Klub Malam ini demi menemani dirinya. "Kalian bertiga," ujarnya pada ketiga sahabatnya itu. "Ayah dan Ibuku, mereka ... ingin memintaku untuk menggantikan Mike. Mereka ingin agar aku menikahi Jillian." "Apa?!" jerit Olivia tak percaya, "Tapi mengapa? Bu-kankah aku yang ...." "Olivia benar, Nick. Mengapa kau yang harus mengambil alih tanggung jawab Saudaramu? Wanita itu gila, kau sendiri yang mengatakannya pada kami. Selain itu, Olivialah yang telah menyelamatkanmu dan juga Mike dua tahun yang lalu," tukas Leon. "Tanpa Olivia, kau dan Mike mungkin sudah ...." Olivia tersenyum kecut mendengar ucapan Leon itu, namun kondisi room yang minus cahaya membuat ketiga sahabat Nick tidak bisa melihat senyumannya. Dua tahun yang lalu, yah— hubungannya dengan Nick semua bermula dari dua tahun yang lalu. Hari itu, Olivia akan pergi untuk melakukan pemotretan. Di tengah jalan, tanpa sengaja ia melihat sebuah kecelakaan. Ia turun dari mobilnya karena seolah mengenal mobil yang terguling itu. Dan dari tengah kerumunan semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut, tiba-tiba seorang wanita maju dengan berani. Tidak ada seorangpun yang mau mendekati mobil itu yang hampir meledak, semua orang hanya melihat dari kejauhan. Tetapi wanita ini, tanpa mengacuhkan bahaya yang bisa saja ia terima— maju dan berusaha keras menyeret Nick dan juga Mike yang tak sadarkan diri menjauhi mobil mereka. Mobil meledak setelahnya, wanita itu pingsan setelah terkena pecahan kaca jendela mobil di punggungnya. Dua rumah sakit berbeda mengirim ambulan ke lokasi kejadian. Wanita itu dibawa oleh salah satu ambulan, sedangkan Mike dan Nick dibawa oleh ambulan lainnya dan dilarikan ke rumah sakit yang sama. Olivia sengaja menemani kakak beradik itu karena ia telah lama menyukai Mike. Sialnya pria itu mengacuhkan dirinya, dan saat ia mengenali mobil Mike— Olivia pikir inilah saatnya ia untuk membuat Mike bertekuk lutut padanya. Malang tak dapat ditolak, Mike mengalami patah di kedua tulang betisnya yang membuat pria tampan itu harus berakhir di kursi roda. Dan Nick, dengan polosnya mengucapkan terima kasih padanya lalu meminta Olivia untuk menjadi kekasihnya. Mengapa tidak? Bukankah dengan begini ia jadi bisa membalas perbuatan Mike yang telah menolak dirinya? Lagipula Nick setampan kakaknya. Dan Mike telah menjadi pria yang cacat. "Olivia?" Sentuhan Nick di punggung telapak tangannya menyentakkan Olivia dari lamunan panjangnya. "Y-ya," jawabnya tergugu dan sontak menatap Nick sembari tersenyum canggung. "Kau tahu, 'kan kalau aku hanya menginginkanmu?" ujar Nick. Olivia mengangguk pelan, namun di dalam hati ia bersorak penuh kemenangan. 'Yes, siapa yang bisa menolak pesonaku? Meski itu seorang Nick Walt, aku pasti akan mendapatkan pria ini,' batinnya. "Aku percaya padamu, Nick." Olivia mengangguk sekali lagi lalu memasang wajah memelas, ia harus melakukannya, 'kan? Agar Nick bisa terus berada di dalam genggaman tangannya? "Dan tentang Jill ...." Olivia mengerutkan keningnya, kemudian berpura-pura merasa terluka. "Bukankah wanita gila itu adalah iparmu? Kau tidak memiliki kewajiban untuk menikahinya," sungutnya. Nick mendengus, kegusaran memenuhi wajah tampannya. "Tentu saja aku tahu itu, tapi Ayahku ... dia mengancam akan mengambil alih Walt Corporation dan mendepakku dari Perusahaan jika aku tidak bersedia menikahi janda Mike!" oceh Nick. "Apa kau tidak bisa membela Olivia di hadapan kedua orang tuamu?" Leon kembali berujar. Ucapannya itu mendapat anggukan setuju dari kedua sahabatnya yang tengah duduk di kiri dan kanannya. "Cih, apa menurut kalian Ayah dan Ibuku tidak melihat Olivia di rumah sakit saat mereka menjengukku dan juga Mike?" lontar Nick gemas. "Tetapi apa? Bahkan setelah mereka mengetahui jika Olivialah yang telah menyelamatkanku dan Mike, mereka masih saja tidak bisa menerima dirinya." Ketiga sahabat Nick berbisik satu sama lain. "Benar-benar orang yang tidak tahu berterima kasih," celetuk Noah. Liam dan Leon mengangguk mengiyakan. "Sst, jangan keras-keras! Aku takut jika Nick akan marah karena kita membicarakan kejelekan kedua orang tuanya," timpal Liam setengah berbisik. "Lalu bagaimana denganku?" Perhatian ketiga sahabat Nick seketika teralihkan oleh pertanyaan Olivia itu. "Apa kau tidak bisa meminta pada wanita itu agar menolakmu? Katakan saja jika kau tidak mencintainya, dengan begitu Ayahmu tidak mungkin akan memaksamu untuk menikahinya, 'kan?" "Andai semudah itu." Nick menghela napas berat. Termenung selama beberapa saat, kemudian diam-diam melirik ke arah Olivia. "Keputusan kedua orang tuaku sudah bulat, aku pikir Jill juga pasti akan dipaksa untuk mengikuti keinginan mereka. Dan dengan kondisinya yang setengah gila, apa kau pikir dia bisa menolak perjodohan ini?" "Jill? Mengapa kau terus memanggilnya Jill? Apa dia semenarik itu?" kedua tangan Olivia bersidekap di d**a, sementara tatapannya tajam ke arah Nick. Kemarahan yang ditampilkan oleh Olivia di wajahnya, membuat Nick untuk ke sekian kalinya kembali menghela napas. Ia juga mengisi lagi gelasnya yang telah kosong dengan whisky kemudian menenggaknya sampai habis. Setelah meletakkan gelasnya dengan geram ke atas meja, Nick pun menoleh pada Olivia. "Aku sama sekali tidak menyukainya!" tegasnya. "Tapi selama ini kau selalu menyebutnya dengan wanita gila, lalu mengapa sekarang kau memanggil nama depannya?" Olivia nyaris menjerit. Nick terpaksa merangkul kekasihnya itu demi menenangkan Olivia. "Dengar, ini hanya untuk sementara," bisiknya di samping telinga Olivia. "Aku berjanji padamu kalau aku tidak akan pernah menyentuhnya seujung rambut pun. Dan setelah keadaannya mulai membaik, aku akan menceraikannya dan menikahimu. Bagaimana?" "Kau akan melakukannya untukku?" Olivia mengangkat wajahnya dan menatap Nick dengan penuh harap. "Tentu." Nick menganggukkan kepalanya, "Bukankah aku sudah berjanji padamu bahwa hanya kau yang akan menjadi istriku?" ucapnya sambil mencubit pipi Olivia. Sesaat, Olivia tersenyum lebar. Namun sesaat kemudian ia menautkan kedua alisnya. "Tapi, apakah kalian akan tinggal di tempat yang sama? Maksudku, kau akan membawa wanita gila itu ke mansionmu?" "Tidak, aku sangat percaya jika Jill tidak akan pernah bersedia meninggalkan vila Mike. Dia sangat mencintai Saudaraku itu hingga menjadi gila seperti sekarang! Jadi, mungkin aku akan tinggal bersamanya di vila Mike."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD