Valery keluar dari kamar mandi menggunakan jubah mandi dan handuk yang melilit dirambutnya, ia duduk dimeja rias seraya mengoles lotion keseluruh tubuhnya.
Suara smartphone berdering, Valery mengambilnya dari atas nakas dan melihat nama seseorang tertera dilayar smartphone.
"Halo...?"
"Val, apa kau sedang sibuk?" Tanya seseorang diseberang telepon.
"No Nic, why?" Jawab Valery kepada lelaki yang tak lain adalah teman kuliahnya itu.
"Aku ingin berbicara denganmu sebentar, dikafe biasa"
"Uh.. Nic, sepertinya aku tidak bisa" ucap Valery tergagap, ketika merasakan pijatan lembut dilehernya. Valery mendesah, entah bagaimana pria itu masuk kekamarnya tanpa ada suara sedikitpun terdengar olehnya.
"Aku akan menjemputmu"
"Tidak!" Protes Valery, seketika smartphone miliknya diambil alih oleh pria dibelakangnya.
Valery dapat melihat pria itu berdiri dibelakangnya dari pantulan cermin, Chris menutup sambungan telepon tanpa basa-basi lalu menaruh kembali benda tersebut diatas meja rias Valery.
Gadis itu terdiam, Chris membuka lilitan handuk yang ada dikepalanya dan menyisir rambut Valery dengan lembut.
Valery menegak salivanya sendiri, disaat-saat seperti ini biasanya pria itu akan labil. Kecemburuannya mengalahkan segala kelembutannya, Valery merasa takut jika pria itu hanya diam seperti ini hanya karena teman lelakinya yang terlalu akrab dengannya menghubungi, dan ia sangat mengerti jika Chris tidak menyukai teman lelakinya itu.
"Chris...?" Panggil Valery dengan pelan, takut membangunkan banteng pemarah itu.
"Hmm?" Gumam pria itu.
"Uh.... Aunty Carol sudah pergi?" Tanya Valery mengalihkan suasana yang canggung.
"Sudah, dan ia akan pergi selama sebulan" tambah Chris, jantung Valery terasa berdegub sangat kencang. Wanita itu pergi selama itu, itu artinya dirinya akan habis-habisan bersama Chris.
Valery melihat pria itu berhenti menyisir rambutnya dan menuju ranjang dan duduk ditepinya.
Chris menepuk pahanya, pertanda ia harus segera kesana karena kadar kesabaran pria itu sangat tipis disaat-saat seperti ini. Valery melangkah pelan, rambutnya masih dalam keadaan basah dan jubah mandi itu hanya setinggi pahanya, menampilkan kaki mulus dan jenjang miliknya.
Valery berbaring telungkup dikedua paha Chris, seperti mengerti perintah pria itu. Bongkahan padat dan kenyal tersebut tak luput dari jamahan jemari besar Chris, dengan gemas ia menampar b****g Valery yang tersuguh indah didepannya. Jubah handuk Valery tersingkap hingga ke pinggul gadis itu, hingga tangan Chris dengan leluasa dapat meraba setiap inti gadis itu.
"Ah...." Valery mendesah, sadar bahwa kini pasti bokonya telah memerah karena tangan pria itu terus menampar b****g tersebut.
"Kau harus diberi hukuman Val..."
Plak!!!
"Aaarrgghhhh.... yes spank me, sir!" Desah Valery, kepalanya tenggelam diatas bantal dengan rambut yang acak-acakan.
Chris memainkan jemarinya dimilik Valery, membuat gadis itu menjerit nikmat dan mendesah kuat. Chris bermain disekitar inti gadis itu, membuat gerakan berputar sampai-sampai nafas Valery tercekat karena nikmatnya.
"Ouh.... s**t Chris!" Racau gadis itu, hanya selang seperkian detik milik gadis itu telah basah dan memudahkan jemari besar milik Chris memasuki area lembab tersebut.
Valery mencengkram kuat seprei dibawahnya, ketika jemari pria itu menggesek miliknya dengan tempo yang cepat. Bunyi gesekan diarea lembab itu terdengar sangat nyaring menghiasi ruangan tersebut, Valery dapat merasakan dibagian intinga begitu panas dan perih.
Hingga beberapa menit kemudian gadis itu mencapai klimaksnya dan lunglai diatas pangkuan Chris.
Nafas Valery masih terengah, namun Chris langsung membalikan tubuhnya dan berdiri dipinggir ranjang. Valery terduduk diatas ranjang dengan membuka lebar kedua pahanya seakan menantang pria itu.
Namun Chris hanya berdiri disana, Chris memasukan jarinya yang tadi ia gunakan kedalam mulut gadis itu, membelai bibir seksi itu terlebih dahulu agar Valery membuka bibirnya dan menyeruak mulutnya dengan jemarinya.
"Be a good girl, Val!" Titah Chris dengan suara seraknya.
"Yes sir..." jawab Valery dengan kedua mata memandang lapar kearah Chris seraya membuka lebar kedua pahanya.
Christian berdiri menjulang tepat dihadapan gadis yang tengah duduk dipinggiran ranjang itu, menunduk melihat gadisnya tengah sibuk mengagumi bentuk tubuhnya. Jemari lentik dengan kuku berwarna peach tersebut menelusuri setiap jengkal tubuh keras Chris, perut dengan kotak-kotak yang keras dan lengan kokoh serta d**a bidang itu tak luput dari elusan jemari mungil Valery.
Membuat Chris menggeram nikmat dan menangkup dagu gadis itu agar menatapnya, pandangan gadis itu terlihat lapar memandang manja kearah Chris. Chris menunduk, mengecup bibir ranum tersebut dengan sangat bernafsu dan kasar. Valery hampir kehabisan nafas, saat pria itu tak memberinya sedikit jeda untuk menghirup udara segar.
Plak!
"Aaarghhh...."
"Be a good girl for me Val..."
Plak!
"Jangan pernah berani mendekati pria lain!"
Plak!
Chris terus menampar wajah Valery, membuat wajah mulusnya memerah dan berkeringat. Belum lagi beberapa helai rambut basahnya yang menutupi sebagian wajahnya.
"Do you hear me?" Tanya Chris seraya mengecup bibir Valery.
"Y-yes sir..." ucap Valery tergagap.
Sedari dulu gadis itu memang menyukai kekerasan diatas ranjang, sehingga ia begitu menggilai Chris dengan segala permainan gila pria itu. Tapi selama 3 tahun terakhir menjalin hubungan terlarang dan melakukan kegiatan gila bersama, mengapa baru saat ini hati Valery ingin menagis?
Chris menutup kedua mata Valery dengan sebuah kain, mengikatnya dengan kuat lalu merebahkan tubuh gadis itu diatas ranjang. Gadis itu menghirup udara, namun seketika ia terkejut seraya mendesah keras. Pria itu, ternyata sedang bermain didaerah sensitifnya. Chris berjongkok diantara kedua paha Valery, menekan perut Valery agar pinggulnya tak terangkat ketika gadis itu menggelinjang hebat.
Geli dan nikmat menjadi satu, sampai-sampai Valery menutup kedua pahanya karena tak tahan lagi, namun ditahan oleh Chris agar kedua paha gadis itu tetap terbuka lebar. Agar dirinya dapat dengan leluasa memainkan milik Valery.
Gadis itu mendesah kuat, kepalanya terangkat keatas seiring pinggulnya yang terangkat karena menahan siksaan pria itu.
"s**t Chris!" Valery terus meracau, suara kecupan pria itu dibagian intinya terdengar begitu erotis ditelinga Valery.
Valery terus mengambil nafas dan mengeluarkan desahan nyaringnya, bibir seksi itu terbuka terus menyebutkan nama Christian. Sementara Chtistian tak berhenti dengan kegiatannya dan terus membuat gadis itu menggelinjang hebat.
"Christian, stop it!" Ujar Valery.
Selang berapa menit, Chris menghentikan kegiatannya. Melihat milik gadis itu begitu basah ia segera menamparnya dengan gemas, membuat Valery menjerit karenanya.
Bibir seksi itu penuh dengan cairan cinta milik Valery, Chris lalu menindih tubuh Valery dan menyeruak memasukan miliknya kedalam milik Valery.
Gadis itu terus mendesah, Chris dengan keras menghujam Valery hingga tubuh gadis itu berguncang hebat. Buah d**a nan ranum yang ikut terguncang dibawah Chris tak luput dari tamparan tangannya hingga memerah.
Hingga beberapa menit kemudian, keduanya mencapai klimaksnya bersamaan. Chris memeluk tubuh Valery, nafas keduanya beradu karena terengah. Keringat bercucuran dari wajah dan tubuh mereka, Chris lalu mengecup dahi Valery dan berbaring disamping gadis itu sambil memeluknya.
Masih dalam ketelanjangan mereka, Chris memeluk Valery yang membelakanginya. Keduanya hampir terlelap karena lelah setelah adegan barusan, dirumah besar yang hanya dihuni oleh mereka tanpa diketahui oleh Aunty Carol.
"Chris...?" Panggil Valery.
"Hmm..."
"Apa kau hanya menggunakan tubuhku saja ketika Aunty Carol pergi?" Tanya gadis itu dengan polosnya.
Seketika kedua mata setajam elang itu terbuka lebar.