Chapter Five
Selena pov
Hari ini adalah hari pertamaku pergi bekerja...ya...seminggu yang lalu aku mengikuti serangkaian tes wawancara di beberapa perusahaan dan dari tiga perusahaan yang menerimaku sebagai Desain interior ada satu perusahaan yang memintaku secara khusus buat jadi sekretaris putranya, karena sebentar lagi beliau akan pensiun dan menyerahkan semua perusahaannya ketangan putra tertuanya, karena beliau mempunyai 2 orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan, ya walau selama ini putranya sudah menjabat CEO di anak cabang perusahaannya tapi buat mengurus cabang pusat dia yakin putranya butuh sekretaris yang juga mengerti tentang dunia arsitek karena perusahaan mereka bergerak dibidang konstruksi terbesar di Asia dan Eropa, beliau sudah mempelajari riwayat pendidikanku dan percaya bahwa aku pasti mampu mendampingi putranya dalam memimpin perusahaannya itu.
Ya...karena selain dia akan bekerja di perusahaan Sebonafid Andersond Company juga fasilitas yang akan didapatnya dan gaji yang wow juga sebenarnya dulu dia pernah bermimpi jadi sekretaris tapi Ayah menyuruhku kuliah di jurusan desain interior, jadi ya...disinilah aku sekarang, didepan gedung pencakar langit tempatnya bekerja. Waktu pertama kali aku datang buat wawancara terus terang karena gugup aku tidak sempat mengagumi arsitektur bangunan ini karena grogi dan tegang, dan baru sekarang aku bisa mengedarkan pandanganku sepuasku dilobi perusahaan, aku dibuat terpesona, ruangan dilobi saja terlihat berkelas walau kesan minimalis dan modern juga terlihat dari furniturnya.
Pandanganku tertuju ke meja resepsionis, disana sudah ada wanita cantik berbusana ketat yang sedikit vulgar menurutku, ah setiap orang bebas melakukan yang menurutnya terbaik buat diri mereka sendiri. Itu karena bagiku yang muslim semestinya menutupi seluruh tubuh dan rambutku yang dalam agamaku di sebut aurat, ya aku memang sudah berhijab sejak lima tahun yang lalu.
"Selamat pagi nona Saya pegawai baru disini ini tanda pengenal saya" sapaku sopan setelah aku tiba didepan wanita tadi. Wanita itu menilaiku dari ujung kaki sampai ujung kepalaku yang ditutupi jilbab, apa ada yang salah dengan pakaianku?, batinku sambil melihat pakaianku sendiri, sepertinya tidak. Semuanya masih rapi dan tidak kotor, atau karena aku berjilbab. Di Australia memang tidak seperti di Indonesia yang sudah terbiasa melihat wanita berhijab, disini masih sedikit wanita yang berhijab. Mungkin karena itulah resepsionis itu menilaiku.
"Nona Penampilan anda tidak salah? sepertinya anda salah pakai kostum, disini tertera kalau nona jadi sekretaris tuan Andersond" sahut wanita tersebut, di name tagnya tertulis Naomy.
"Lantas apa hubungannya pakaian saya dengan jabatan saya sebagai sekretaris tuan Andersond?" tanyaku bingung dengan arah pembicaraan Naomy. Apa salah seorang berhijab menjadi sekretaris? Apa salah wanita berhijab bekerja di tempat sebonafid Andersond Company? Tidak ini namanya pelanggaran hak asasi dan bisa di kenai hukuman.
"Selama ini sekretaris tuan Andersond selalu berpenampilan fashionable dan sexy, dan anda jauh dari dua kata itu, Yah ... walau saya akui anda sangat cantik," sahut Naomy memberi alasan, ternyata dia baik juga, ya...Selena merasa Naomy tidak bermaksud kasar padanya, ya cuma terlalu terbuka dan apa adanya, dia lebih suka yang seperti itu daripada bermulut manis tapi kelakuannya melebihi iblis, seperti Dave dan Angel, ck kenapa jadi keinget mereka lagi sih.
"Tuan James Andersond sendiri secara pribadi yang menerima saya sebagai sekretaris putranya" sahutku masih dengan senyum di bibir.
"Iya ... maaf saya tidak bermaksud kasar, cuma tidak seperti biasanya saja, lagi pula saya tadi masih melihat sekretaris tuan Andersond jadi tadi saya agak meragukan anda, maaf ya ... em Selena ya? anda bisa naik menuju lantai 28, anda bisa memakai lift itu yang sebelah kiri, karena yang kanan khusus buat para petinggi perusahaan dan keluarganya," kata Naomy sambil tersenyum. Aku mengangguk mengerti.
"Terima kasih Naomy" jawabnya sambil menjabat tangan Naomy sebagai salam perkenalan. Naomy tersenyum dengan ramah. Kubalas tak kalah manis.
Aku pun menuju lift yang sudah ditunjuk oleh Naomy dengan agak terburu-buru karena aku tidak mau telat dihari pertamaku bekerja, aku pun masuk ke lift tersebut setelah terbuka, ada beberepa karyawan juga yang masuk, aku pun menekan tombol angka 28 tempat CEO berada.
Tibalah dia dilantai 28 tinggal dia sendiri di dalam lift tersebut karena yang lain udah turun duluan.
Tring
Pintu liftpun terbuka, diapun buru-buru keluar, saking buru burunya diapun menabrak seseorang yang juga terburu-buru keluar dari lift sebelah
"Aww ... " ringisku saat p****t cantikku ini menyentuh lantai marmer dengan tragis. Rasanya sakit banget.
"Anda tidak apa-apa nona?" tanya suara bariton didepannya, ada nada geli yang kutangkap dari pria itu, diapun mendongak, sontak aku terkejut. Wajahnya begitu....
"Subhanalloh," desisku lirih memuji sosok yang nyaris sempurna dimataku itu, bahkan berkali-kali lipat dari Dave, ini orang atau malaikat sih batinnya. Oh kalau kata n****+ yang k*****a ketampanannya layaknya dewa Yunani. Ya walau aku meragukannya. Tapi demi apa pun lelaki di depanku ini bisa di kategorikan sempurna.
Rahang yang kokoh di tumbuhi jambang yang baru tumbuh, bibir merah muda tanda lelaki ini tidak merokok. Hidungnya yang mancung, sorot mata yang lembut.
Ya Allah sempurna sekali ciptaan-Mu ini.
"Nona air liurmu menetes tuh," godanya, ya Allah suaranya sexy banget sih, suaranya sesexy orangnya pujiku lagi. Tapi apa tadi yang dia bilang LIUR a...apa? Li...liur...aku pun langsung mengusap bibirku, tidak ada. Sial!!! ternyata aku sedang dikerjai. Awas saja...terdengar kekehan. Aku pun mencari sumber tawa sexy... sexy ya Tuhan batinku, aku pun kembali dibuat terpukau bin terpesona akan makhluk Tuhan paling sexy yang ada di hadapanku ini. Ya Tuhan senyumannya melelehkan sanubariku.
Biar saja aku merasa malu asal bisa menyaksikannya ini...aseek.