Chapter Six

762 Words
Chapter Six   Setelah kejadian memalukan di depan lift tadi, lelaki almost pervect tadi meninggalkan Selena yang mukanya udah merah padam karena malu sambil masih terkekeh geli masuk keruangannya, ya ampun memalukan banget sih batin Selena merutuki kebodohannya sendiri, semoga ini terakhir kali dia bertemu dengan lelaki tadi, pasalnya dia sudah enggak  punya muka, malu abis.... Ya ampun dia merutuki sikap cerobohnya yang tidak pada tempatnya. Semoga selamanya dia tidak akan bertemu dengan lelaki itu, Dengan menahan malu dia mendekati karyawan yang ada disana bertanya ruangan tuan Andersond. Dan guess what mereka menunjuk ruangan yang dimasuki lelaki barusan. Kayaknya penderitaan dan kesialan belum mau pergi darinya. Apa lelaki tadi putranya tuan. James. Jika benar maka dia akan jadi sekretaris lelaki tadi. Apa tidak ada keajaiban...please. Apa tidak ada yang lebih sial dari ini? Entah ini musibah atau keberuntungan buatnya. Ragu dia melangkah mendekati ruangan tersebut. Tangannya ragu mau mengetuk pintu saat dia sudah ada didepan pintu , dia hampir berniat pergi saja, entah pergi kemana keberanian dan tekadnya tadi pagi sewaktu berangkat kerja. Rasanya berat hanya sekedar mengetuk pintu ada keraguan apa keputusannya kerja disini sudah benar? Tanyanya dalam hati Bismilah bisiknya mencoba menguatkan sambil memejamkan mata diapun mengetuk pintu tersebut tapi aneh...kenapa tidak ada suara seperti pintu diketok. Diapun membuka mata. Dan yang ada didepannya otomatis membuat matanya melotot dan mulutnya menganga. Untung enggak ada lalat lewat. Ya iyalah disini lalat dilarang masuk...he...he.... "Maafkan saya sir," ucapnya terbata, dia langsung menundukkan kepalanya. Hadeeh yang tadi aja sudah malu-maluin sekarang ditambah ini. Ya yang ada didepannya lelaki tadi dan bisa jadi bakal calon bosnya itu pun kalau dia di maafkan karena dengan kurang ajar sudah memukul dadanya. Ya ampun. Kok dia jadi blushing begini sih setelah sadar sudah dengan kurang ajar menyentuh d**a bidang yang sekarang ada didepannya. Dadanya keras banget ada lekukannya. Apalagi dengan dasi yang sudah terlepas dan beberapa kancing terlepas, jadi makin sexy saja. Pikir Selena. “Astaghfirullah,” bisiknya pada dirinya sendiri, dia berusaha mengenyahkan pikiran mesumnya barusan. Ia tidak mengerti selama eksistensinya selama hampir 21 tahun belum pernah terlintas pikiran m***m di otaknya, bahkan tidak jika dekat dengan Dave. Tapi lelaki di depannya ini, bahkan dengan berdiri di depannya dengan tatapan datarnya saja bisa membuat imajinasinya meliar. "Ada perlu apa kamu mau mengetuk ruangan saya," tanya lelaki didepannya datar. Tuh kan doi marah, padahal tadi masih cekikikan. Pikir Selena sedih. Kemana senyum manisnya tadi yang sudah membuatnya hilang akal. Membuatnya diabetes. "Maaf tuan saya mau bertemu dengan tuan Andersond, karena kemarin saya diberitahukan bahwa hari ini saya sudah harus masuk kerja sebagai sekretaris pribadi tuan Andersond junior," kata Selena pelan setelah menenangkan diri, ya kenapa dia harus takut. Anggap kekacauan tadi tidak pernah terjadi. Bodoh jika dia masih memikirkannya, toh lelaki di depannya juga seakan sudah melupakan kejadian memalukan tadi. Jadi kenapa Selena tidak melupakannya juga. Setidaknya dia akan berhenti membuat kekonyolan yang lebih parah "Oh jadi kamu yang dikirim dad-Ku buat jadi sekretarisku, sebenarnya tidak perlu karena saya sudah punya. Itu di dalam, dan saya rasa kamu tidak cocok jadi sekretaris saya," ucap lelaki arogan itu sarkas, Ish menyesal tadi sudah bilang makhluk tuhan paling seksi, yang ada makhluk tuhan paling nyebelin, gimana enggak, sudah menghina dia seenaknya dan dia tidak disuruh masuk, dasar tidak sopan. "Maaf tuan kalau itu anda bisa langsung menghubungi tuan James Andersond untuk menanyakan langsung, karena saya ditempatkan disini sebagai sekretaris anda.." belum selesai dia berbicara ada suara yang menginterupsi. "Hi ... Son ini sekretaris barumu, sekretaris lamamu Daddy tidak percaya bisa bekerja maksimal dikantor, tapi kalau kamu masih mau memperkerjakannya Daddy tidak keberatan, nanti biar Daddy menyuruh orang tambah meja kursi buat sekretaris kamu," ternyata itu tuan James "Sir, kalau memang tuan Andersond junior sudah memiliki sekretaris saya bisa menempati tempat satunya seperti rencana awal saya sebagai desainer interior," karena kesannya dia yang tidak tahu diri memaksa menjadi sekretaris putranya, sedang lelaki arogan itu menolaknya. "Tapi lowongan itu sudah ada yang menempati" sahut tuan James penuh penyesalan. "Kalau begitu saya bisa mengajukan lamaran ke tempat lain tuan, karena sepertinya putra anda tidak suka jika saya jadi sekretaris beliau," ujar Selena, dia tidak mau kehadirannya disini diterima dengan terpaksa, sudah cukup kemarin dia tidak diinginkan, tidak ditempat kerja juga, dia mau kerja buat orang yang bisa menghargainya bukan yang memandang remeh padanya. Dia yakin dia bisa mendapat kerja ditempat lain dengan kemampuannya sendiri "Kalau begitu saya permisi sir" ujarnya setelah omongannya tidak direspons. Selena segera membungkuk dan segera memutar tubuhnya untuk meninggalkan lelaki arogan yang sayangnya sangat sexy. Hell...stop it Selena, bentak dewi dalam kalbunya sambil berkacak pinggang. Chapter Seve   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD